Perubahan Tarif Impor yang Mempengaruhi Pasar Global
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengumumkan perintah eksekutif yang menegaskan kembali aturan tarif impor terhadap sejumlah negara mitra dagang. Perubahan ini mencakup peningkatan tarif untuk beberapa negara, termasuk Brasil, Swiss, India, dan Kanada. Kebijakan ini dinilai berpotensi memengaruhi stabilitas pasar keuangan di seluruh dunia.
Ketentuan tarif terbaru menyebabkan penurunan signifikan pada saham-saham AS. Pada Jumat (1/8/2025), indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,23 persen menjadi 43.588,58. Sementara itu, S&P 500 melemah 1,6 persen ke level 6.238,01, dan Nasdaq Composite turun 2,24 persen ke posisi 20.650,13. Di Eropa, STOXX 600 juga mengalami penurunan sebesar 1,89 persen pada pembukaan sesi perdagangan.
Selain itu, pasar AS juga merespons data ketenagakerjaan yang mengecewakan. Pertumbuhan lapangan kerja melambat lebih dari perkiraan, sementara data bulan sebelumnya direvisi turun tajam. Hal ini menunjukkan perlambatan dalam pasar tenaga kerja, yang semakin memperburuk situasi ekonomi.
Para analis dan pelaku bisnis mengatakan bahwa dampak dari kebijakan tarif baru ini tidak akan positif bagi pertumbuhan ekonomi. Co-Head Singapura dan CIO Asia di VP Bank, Thomas Rupf, menyatakan bahwa tidak ada pemenang sejati dalam konflik perdagangan ini. Meskipun beberapa negara mendapatkan persyaratan yang lebih baik, secara keseluruhan dampaknya tetap negatif.
Pengusaha anggur dari Jerman, Johannes Selbach, juga menyampaikan bahwa tarif impor merugikan Amerika sendiri dan negara-negara Eropa. Ia memperkirakan bahwa kebijakan ini tidak akan memberikan manfaat nyata bagi sektor ketenagakerjaan AS.
Tarif Baru Mulai Berlaku 7 Agustus 2025
Seorang pejabat di Gedung Putih menyatakan bahwa ketentuan tarif baru dari AS akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Meski demikian, banyak detail yang masih belum jelas, sehingga menciptakan ketidakpastian di kalangan pelaku usaha.
Pejabat pemerintahan Presiden Trump membela kebijakan ini dengan menyatakan bahwa ketidakpastian terkait tarif sangat penting untuk mendapatkan pengaruh yang dibutuhkan Amerika. Ketua Dewan Penasihat Ekonomi AS, Stephen Miran, mengatakan bahwa ketidakpastian bisa menciptakan kondisi yang memungkinkan Presiden Donald Trump menciptakan kesepakatan perdagangan dengan banyak negara.
Dampak Berbeda untuk Negara-Negara Tertentu
Berdasarkan perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Donald Trump, tarif baru mencakup kisaran antara 10 hingga 41 persen untuk negara-negara mitra dagang. Swiss, yang menerima tarif 39 persen, mengaku terkejut dan akan melakukan negosiasi lanjutan. India, yang mendapat tarif 25 persen, juga akan mengambil langkah serupa.
Tarif baru dari AS juga mencakup bea masuk sebesar 35 persen untuk barang dari Kanada, 50 persen untuk Brasil, dan 20 persen untuk barang impor dari Taiwan. Namun, negara-negara Asia Tenggara merasa lega karena tarif AS atas ekspor mereka lebih rendah daripada ancaman sebelumnya.
Beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Thailand, diberi tarif sebesar 19 persen. Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, menyatakan bahwa pengurangan tarif dari 36 persen menjadi 19 persen akan membantu perekonomian nasional. Ia menilai bahwa hal ini membantu menjaga daya saing Thailand di panggung global, meningkatkan kepercayaan investor, serta membuka pintu bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan, dan peluang baru.
