Peringatan Duka dan Pentingnya Persiapan Saat Mendaki Gunung Rinjani
Kabar duka yang menimpa Zulpan, seorang pelajar asal Kota Mataram berusia 16 tahun, saat turun dari pendakian di Gunung Rinjani menjadi peringatan penting bagi para pendaki. Insiden ini tidak hanya menggemparkan dunia pendakian, tetapi juga memicu diskusi tentang kesiapan fisik, mental, dan logistik yang dibutuhkan dalam mendaki salah satu gunung terkenal di kawasan tersebut.
Bukit Sempana, yang sering disebut sebagai bukit oleh banyak orang, ternyata memiliki jalur yang sangat ekstrem. Menurut Ricko Ruliyarto, pemilik Tracking Organizer Lombok Journey, jalur pendakian di sana tidak bisa dianggap remeh. Ia menjelaskan bahwa jalur pendakian yang melalui “Tembok Cina” memiliki kemiringan hingga 90 derajat. Hal ini membuat pendaki harus seperti “mengangkat kepala mereka ke puncak”.
“Jalur ini cukup sulit, terlebih jika kita tidak memiliki persiapan fisik dan mental yang cukup,” ujar Ricko. Ia menambahkan bahwa meskipun adanya ‘letter z’ yang membantu, jalur ini tetap membutuhkan ketahanan fisik dan keberanian mental. Selain itu, medannya juga sangat curam, licin, dan penuh dengan bebatuan lepasan.
Ricko menyebut Bukit Sempana sebagai “gunung” karena tingkat kesulitan jalurnya yang setara dengan jalur-jalur lain di Gunung Rinjani. Ia menyarankan kepada para pendaki, terutama yang baru mulai, untuk selalu menggunakan jasa pemandu atau guide agar keselamatan mereka terjamin.
Selain itu, persiapan logistik juga sangat penting. Pengelola menetapkan biaya retribusi sebesar Rp 20.000 per hari untuk wisatawan lokal dan Rp 35.000 untuk wisatawan mancanegara. Dalam tiket camping tersebut, tercantum nomor kontak pengelola, sehingga pendaki dapat segera menghubungi mereka jika terjadi hal tak terduga.
Musta’an, salah satu pengelola Sempana, juga menyampaikan belasungkawa atas kehilangan Zulpan. Ia menjelaskan bahwa bagi warga Sembalun, Sempana bukanlah bukit, melainkan gunung. Ketinggiannya mencapai 2.300 meter dari permukaan laut, sehingga memerlukan persiapan yang matang.
Pengelola juga memberikan penjelasan lengkap kepada pendaki sebelum melakukan summit. Salah satu hal yang dicek adalah persiapan air minum. Pendaki diminta membawa minimal 1-2 liter air. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, mereka tidak diperbolehkan naik.
Selain itu, pengelola juga menekankan pentingnya izin orangtua sebelum mendaki. Mereka menilai bahwa mendaki bukan sekadar aktivitas hiburan, tetapi hal yang sakral dan butuh restu serta persiapan yang matang.
Untuk keamanan, pengelola menyarankan pendaki pemula, terutama pelajar, untuk menggunakan jasa pemandu. Biaya jasa tersebut sebesar Rp 350 ribu per malam. Meski demikian, masih banyak pendaki lokal yang enggan menggunakan jasa pemandu, meskipun sebagian besar pendaki luar negeri lebih memilih jasa tracking organizer yang menyediakan pemandu.
Insiden Zulpan menjadi pengingat bahwa mendaki Gunung Rinjani, termasuk Bukit Sempana, membutuhkan persiapan yang matang. Dari segi fisik, mental, dan logistik, semua hal ini harus dipertimbangkan agar keselamatan dapat terjaga. Dengan kesadaran akan risiko dan persiapan yang baik, pendaki dapat menikmati pengalaman mendaki dengan aman dan bermakna.
