Pemicu Perang Kamboja-Thailand, 11 Warga Sipil Tewas dalam Serangan Gajah Putih

Posted on

Perang di Perbatasan Thailand dan Kamboja

Pada akhir pekan lalu, kawasan perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali menjadi saksi bentrokan bersenjata yang menimbulkan korban jiwa. Insiden ini terjadi setelah beberapa hari ketegangan memuncak, dengan pasukan kedua negara saling melepaskan tembakan. Peristiwa ini menandai peningkatan konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Perang terjadi di daerah yang disengketakan, khususnya di dekat Kuil Preah Vihear. Wilayah ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, serta menjadi sumber perselisihan antara dua negara tetangga. Puncak dari insiden ini terjadi pada dini hari Kamis (24/7/2025), ketika pasukan infanteri dari kedua pihak terlibat baku tembak.

Korban Jiwa dan Luka

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Thailand, hingga malam Kamis, 12 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran tersebut. Dari jumlah tersebut, 11 adalah warga sipil, sedangkan satu korban lainnya merupakan anggota militer. Selain itu, puluhan warga sipil mengalami cedera ringan hingga berat. Sejumlah besar penduduk lokal terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat aman.

Sementara itu, pihak Kamboja belum melaporkan adanya korban tewas atau luka. Namun, pihak tersebut mengonfirmasi bahwa serangan udara dari Thailand telah menargetkan wilayah mereka. Dalam laporan resmi, Kementerian Pertahanan Kamboja menyebutkan bahwa jet tempur F-16 Thailand menjatuhkan dua bom di jalan menuju Pagoda Wat Kaew Seekha Kiri Svarak, yang berada di kawasan perbatasan.

Klaim Masing-Masing Pihak

Thailand menuding Kamboja melakukan serangan terlebih dahulu, termasuk mengerahkan pesawat tanpa awak dan pasukan bersenjata ke wilayah sengketa. Pihak Bangkok juga menuduh pasukan Kamboja menembakkan senjata berat ke area sipil di Distrik Kap Choeng, Provinsi Surin.

Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, menyatakan bahwa pasukannya hanya bertindak untuk membela diri setelah serangan tak beralasan dari tentara Thailand. Ia menekankan bahwa tindakan yang diambil oleh Kamboja berada dalam batas-batas pembelaan diri.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, juga menyampaikan pernyataan bahwa Thailand menyerang posisi tentara di dua lokasi kuil di Provinsi Oddar Meanchey. Ia menegaskan bahwa pihaknya selalu ingin menyelesaikan masalah secara damai, namun dalam situasi ini, tidak ada pilihan selain merespons dengan kekuatan bersenjata.

Aksi Militer dan Respons

Thailand mengklaim telah mengerahkan enam jet F-16 untuk menyerang markas militer regional Kamboja. Kementerian Pertahanan Kamboja mengonfirmasi bahwa serangan udara tersebut telah menargetkan wilayah mereka. Pihak Kamboja menyatakan akan merespons dengan tegas terhadap aksi tersebut.

Kemunculan konflik ini juga terkait dengan sengketa lama antara kedua negara. Perselisihan ini berakar pada wilayah sekitar Kuil Preah Vihear, yang diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO. Pada 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja. Namun, area sekitarnya masih menjadi sengketa hingga saat ini.

Beberapa tahun terakhir, ketegangan sempat mereda, tetapi kembali memuncak akibat patroli militer intensif di sekitar perbatasan. Pemerintah Kamboja menuduh militer Thailand melanggar batas wilayah dan membangun pos-pos baru di zona netral, sementara Thailand menuding Kamboja memprovokasi dengan menempatkan artileri berat di dekat pemukiman sipil.

Bahaya bagi Stabilitas Regional

Konflik ini tidak hanya berdampak langsung pada korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga berpotensi mengancam perdamaian dan stabilitas regional. Pihak Kamboja menilai bahwa aksi Thailand melanggar hukum internasional dan membahayakan fondasi tatanan berbasis aturan internasional.

Dengan situasi yang semakin memburuk, penting bagi komunitas internasional untuk turut campur dalam upaya menenangkan ketegangan dan mencari solusi damai yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.