Merawat Mental untuk Menghindari Maksiat
Merawat mental adalah proses spiritual dan psikologis yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Proses ini melibatkan penguatan iman, menjaga diri dari hal-hal negatif, serta membangun lingkungan yang positif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Memperbanyak ibadah
- Bertobat secara istikamah
- Menjaga pandangan dan pikiran
- Memilih teman yang baik
- Mengendalikan diri dari godaan
Pada hari Jumat, tepatnya tanggal 12 September 2025, umat muslim akan melaksanakan ibadah Salat Jumat. Hari Jumat disebut sebagai Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari, yang diyakini sebagai hari penuh keberkahan.
Berikut adalah naskah khutbah Jumat yang bertemakan “Merawat Mental, Menghindari Maksiat”:
Khutbah 1
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, marilah kita membahas suatu hal yang sangat penting dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu tentang kesehatan mental di era digital. Di zaman sekarang, menjaga kesehatan mental menjadi sesuatu yang sangat mendesak dan genting. Salah satu faktor yang berkontribusi besar terhadap gangguan mental adalah kebiasaan kita berlama-lama di media sosial.
Kita sering kali tidak lepas dari aktivitas di sosial media, mulai dari mencari keributan di Twitter hingga menonton video-video lucu di TikTok dan Instagram. Tanpa sadar, kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk hal-hal ini. Akibatnya, segala sesuatu menjadi serba terlambat, tugas-tugas terbengkalai, mood hilang, perasaan menyesal muncul, hingga begadang yang tiada artinya. Dampak lebih jauhnya ialah kita bisa mengalami depresi dan kecemasan.
Sosial media memang menghadirkan hiburan yang mengasyikkan, tetapi seringkali membuat kita lupa waktu. Tak jarang kita terjebak dalam kebiasaan begadang, mengorbankan waktu istirahat yang seharusnya kita pergunakan untuk tidur. Hal ini tentu berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental kita. Selain itu, media sosial juga bisa menjadi arena untuk berdebat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, bahkan dalam beberapa kasus, kita bisa saja tergelincir untuk melihat hal-hal yang tidak senonoh.
Ada korelasi yang jelas antara perbuatan maksiat yang kita lakukan di media sosial dengan stabilitas mental kita. Ketika kita terjebak dalam perilaku buruk di dunia maya, hati kita menjadi gelisah, pikiran kita menjadi tidak tenang. Inilah yang menyebabkan kita mudah stres dan merasa cemas. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Ar-Ra’d ayat 28:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Untuk itu, mengurangi penggunaan media sosial dan lebih fokus pada amalan-amalan saleh adalah pilihan terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan demikian, kita bisa menjaga kesehatan mental kita dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Marilah kita perbanyak dzikir, salat, membaca Al-Qur’an, dan melakukan kebaikan kepada sesama. Jadikan waktu kita lebih produktif dengan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Insya Allah, dengan menjaga diri dari hal-hal yang buruk di media sosial, kita akan memperoleh ketenangan dan kedamaian dalam hidup.
Aturan-aturan syariah yang Allah turunkan ternyata baik untuk kesehatan mental kita. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Meninggalkan alkohol, mengharamkan narkoba, melarang makanan yang tidak halal-thayyib, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, dan meninggalkan perilaku yang tidak bermanfaat di sosial media punya dampak yang secara langsung baik bagi diri kita. Larangan ini bukanlah beban, melainkan cara Allah agar kita menggapai rahmat. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 286:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Kita harus mulai mengatur ritme dopamin dalam diri kita. Caranya? Yakni dengan puasa dopamin atau puasa hiburan dari hal-hal yang negatif. Dalam bahasa agama, ini dikenal sebagai “Ulin Nuha,” atau kecerdasan dalam menahan diri. Maka dari itu, sebagai “pasien,” kita perlu melakukan “riyadlat al-nafs” berupa dopamine detox challenge atau tantangan untuk puasa dari hiburan yang berlebihan.
Dengan puasa hiburan dari hal-hal yang negatif, kita dapat mengurangi gangguan mental, dan lebih fokus pada penghambaan kepada Allah. Dengan demikian, hati kita menjadi lebih tenang dan pikiran kita menjadi lebih jernih dalam menjalankan ibadah dan amal kebaikan.
Khutbah 2
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Marilah kita terus jaga fisik dan mental kita. Memaksimalkan olahraga, makanan sehat dan hubungan sosial, maka akan menciptakan mood, suasana hati yang stabil, lebih fokus dan produktif. Dalam sabda Rasulullah Saw:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.”
Marilah kita berdoa kepada Allah agar senantiasa diberi kesehatan fisik maupun mental, agar kita dapat memaksimalkan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan.
Semoga Allah memberikan ampunan bagi seluruh muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar dan dekat, serta Maha Mengabulkan doa-doa. Ya Tuhan yang memenuhi kebutuhan, ya Tuhan yang cukupi keperluan.
Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran kepada kami sebagai sesuatu yang benar dan berikanlah kemampuan untuk mengikuti kebenaran tersebut. Tunjukkanlah kebatilan sebagai sesuatu yang batil dan berikanlah kemampuan untuk menghindarinya.
Ya Tuhan kami, berikanlah kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab neraka.
Sesungguhnya, Allah memerintahkan keadilan, kebaikan, memberi kepada kerabat, dan melarang perbuatan keji, munkar, dan aniaya. Ia memberi nasihat kepada kalian agar kalian ingat. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
