Masuk Angin: Fenomena Budaya yang Tidak Terkait dengan Angin
Masuk angin sering dianggap sebagai penyakit yang nyata. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Banyak orang mengalami gejala seperti pusing, mual, pegal-pegal, dan perut kembung. Meski demikian, para ahli medis menegaskan bahwa masuk angin bukanlah penyakit dalam arti medis. Tidak ada diagnosis resmi yang menyebutkan kondisi ini.
Gejala yang disebut masuk angin sebenarnya bisa menjadi tanda adanya penyakit lain. Misalnya, rasa pusing dan mual bisa mengindikasikan infeksi virus atau masalah pencernaan. Sementara itu, pegal-pegal dan meriang biasanya terkait dengan flu. Dengan kata lain, gejala-gejala ini adalah indikasi dari kondisi medis yang berbeda.
Konsep masuk angin lebih tepat disebut sebagai “sindrom budaya”. Ini adalah istilah yang dikenal dalam masyarakat, tetapi tidak termasuk dalam kategori penyakit di dunia medis global. Penelitian menunjukkan bahwa istilah serupa juga ditemukan di negara-negara lain, seperti Prancis dan Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa setiap budaya memiliki cara sendiri dalam menjelaskan ketidaknyamanan fisik.
Peran Sistem Medis Tradisional
Di Indonesia, kerokan adalah salah satu metode pengobatan tradisional yang populer. Menurut Didik Gunawan Tamtomo, kerokan bekerja dengan memicu pelebaran pembuluh darah di bawah kulit. Proses ini memberikan sensasi hangat yang membuat tubuh terasa lebih nyaman. Namun, sensasi ini hanya meredakan gejala, bukan mengobati penyebabnya.
Contoh anekdotal menunjukkan bagaimana masyarakat memahami masuk angin. Namun, metode ini tidak memiliki dasar medis yang kuat. Oleh karena itu, tidak boleh digunakan sebagai pengganti pengobatan profesional. Salah satu contoh yang sangat berbahaya adalah “masuk angin kasep”, yang dianggap sebagai kondisi parah. Padahal, gejalanya bisa mengarah pada kondisi serius seperti angin duduk, yang merupakan gejala jantung.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berakibat fatal. Maka dari itu, menganggap masuk angin sepele sangat berbahaya.
Masuk Angin sebagai Bentuk Pengamatan Budaya
Masuk angin mencerminkan cara masyarakat memahami tubuh mereka. Ketika merasa tidak nyaman, mereka mencari istilah untuk menjelaskan kondisi tersebut. Masuk angin menjadi jawaban atas rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dialami. Istilah ini adalah hasil dari pengamatan dan pengalaman turun-temurun. Namun, sifatnya personal dan subjektif, serta tidak terkait langsung dengan angin.
Meskipun begitu, gejala yang dialami tetap harus diperhatikan. Gejala-gejala tersebut bisa menjadi alarm dari tubuh. Jika gejala terus berlanjut atau semakin memburuk, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis yang akurat.
Metode Pengobatan Tradisional di Berbagai Negara
Profesor Atik Triratnawati menyatakan bahwa masyarakat memiliki sistem medis sendiri. Setiap kelompok sosial memiliki cara unik dalam menjelaskan penyakit. Masuk angin, misalnya, adalah bentuk perilaku budaya yang diiringi metode penyembuhan tradisional.
Di Indonesia, masyarakat menggunakan berbagai alat dan bahan, seperti koin kuno, balsam, minyak, dan rempah-rempah. Di China, masuk angin dikenal dengan nama “hang feng”. Metode pengobatannya melibatkan ramuan tanaman dan akupunktur. Teknik gua sha juga digunakan, yaitu dengan menggosok racun dari tubuh menggunakan batu giok atau tanduk.
Di negara Asia Tenggara lainnya, istilah masuk angin berbeda. Di Vietnam, disebut “cao gio”, sedangkan di Kamboja disebut “goh kyol”. Di Thailand, masyarakat menyebutnya “khaj wad”. Beberapa kelompok percaya pada pengobatan modern, sementara yang lain masih mempertahankan tradisi.
Perbedaan Pandangan antara Masuk Angin dan Flu
Menurut persepsi orang Jawa, masuk angin berbeda dari flu. Tidak ada gejala bersin-bersin dalam masuk angin. Flu lebih identik dengan batuk, pilek, dan suara serak. Jika seseorang menganggap masuk angin sebagai flu, orang Jawa cenderung memilih obat kimia, bukan metode tradisional seperti kerokan.
Orang Jawa membagi masuk angin ke dalam tiga kategori: biasa, berat, dan kasep. Masuk angin biasa dianggap ringan, dengan gejala seperti kembung dan pegal-pegal. Pengobatannya cukup sekali kerokan. Masuk angin berat muncul secara tidak disadari, terutama pada orang yang bekerja keras dan kurang istirahat. Gejala tambahan seperti mual, muntah, dan diare bisa muncul. Pengobatannya melibatkan kerokan berulang dan konsumsi ramuan obat, seperti puyer, air garam, atau jamu.
Sementara itu, masuk angin kasep atau angin duduk adalah kondisi yang muncul mendadak. Masyarakat tradisional menganggapnya sebagai penyebab kematian. Dalam perspektif medis, kondisi ini bisa menjadi komplikasi dari penyakit yang sudah ada, seperti gangguan hati, maag, atau asma. Faktor-faktor seperti keterbatasan ekonomi atau penyepelean terhadap penyakit bisa memperparah kondisi ini.
