Mengenal Agenesis Ginjal pada Acha Septriasa, Bayi dengan Satu atau Tanpa Ginjal

Posted on

Acha Septriasa dan Kondisi Medis yang Diidapnya

Nama Acha Septriasa kembali menjadi sorotan setelah ia mengungkapkan kisah hidupnya yang tidak banyak diketahui publik. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah fakta bahwa ia hanya memiliki satu ginjal sejak lahir. Kondisi ini disebut sebagai renal agenesis, sebuah kondisi medis yang jarang diketahui oleh masyarakat umum.

Acha Septriasa, yang dikenal sebagai artis Indonesia sejak tahun 2000-an, baru-baru ini menjadi perbincangan karena keputusannya untuk bercerai dari suaminya, Vicky Kharisma, setelah menjalani pernikahan selama sembilan tahun. Dari pengungkapan ini, banyak orang mulai mengetahui sisi lain dari kehidupan Acha, termasuk kondisi kesehatannya yang cukup unik.

Apa Itu Renal Agenesis?

Renal agenesis merupakan kondisi di mana seseorang terlahir dengan satu ginjal saja atau bahkan tanpa ginjal sama sekali. Kata “renal” merujuk pada ginjal, sedangkan “agenesis” berarti ketidakhadiran organ akibat perkembangan janin yang tidak sempurna. Ada dua jenis utama dari kondisi ini:

  1. Unilateral Renal Agenesis

    Jenis ini terjadi ketika bayi hanya memiliki satu ginjal. Meskipun jumlahnya sedikit, ginjal tersebut biasanya akan tumbuh lebih besar dan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Bayi dengan kondisi ini dapat hidup normal asalkan menjaga kesehatan secara baik.

  2. Bilateral Renal Agenesis

    Kondisi ini terjadi ketika bayi tidak memiliki ginjal sama sekali. Selain itu, bayi juga sering kali mengalami gangguan pada paru-paru dan saluran kemih. Kondisi ini sangat berbahaya dan biasanya menyebabkan kematian sebelum atau sesaat setelah kelahiran.

Diketahui bahwa sekitar 1 dari 2.000 bayi di dunia mengalami unilateral renal agenesis, sedangkan bilateral hanya terjadi pada 1 dari 8.500 bayi. Penyebab kondisi ini bisa bervariasi, seperti mutasi genetik, diabetes, kehamilan kembar, atau penggunaan obat-obatan selama kehamilan.

Faktor Penyebab dan Gejala

Salah satu penyebab utama renal agenesis adalah adanya mutasi genetik yang diturunkan dari orang tua. Jika salah satu orang tua memiliki gen mutasi, ada 50% kemungkinan anaknya juga mengalaminya. Pada kasus bilateral, gen mutasi biasanya berasal dari kedua orang tua.

Anak dengan kondisi ini biasanya menunjukkan gejala seperti hipertensi, proteinuria (protein dalam urin), serta aliran urin yang tidak lancar. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini tidak terdeteksi sampai usia dewasa. Contohnya adalah Acha Septriasa, yang mengetahui kondisinya setelah mengalami pingsan dan pembengkakan ginjal.

Pencegahan dan Pengelolaan

Untuk mencegah kondisi ini, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini. Tes USG dan pemeriksaan cairan amniotic bisa membantu mendeteksi perkembangan ginjal dan paru-paru bayi. Setelah lahir, tes seperti USG abdomen, CT scan, dan MRI juga bisa digunakan untuk memastikan apakah bayi mengalami renal agenesis.

Jika seseorang hanya memiliki satu ginjal, mereka memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit seperti hipertensi, proteinuria, hingga gagal ginjal. Oleh karena itu, penting bagi penderita untuk menjaga tekanan darah, melakukan pemeriksaan rutin, dan menjalani pola hidup sehat. Diet rendah gula dan sodium, serta meningkatkan konsumsi serat dan potasium, juga dianjurkan.

Selain itu, penderita disarankan untuk rutin berolahraga, memantau tekanan darah di rumah, dan menghindari penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu. Dengan pengelolaan yang tepat, seseorang dengan satu ginjal masih bisa menjalani kehidupan yang normal dan sehat.