Perjuangan dan Kehidupan Mpok Alpa yang Menginspirasi
Mpok Alpa, sosok yang dikenal dengan gaya khas Betawinya, meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga, sahabat, dan penggemarnya. Kepergiannya menyisakan duka yang dalam, terlebih setelah diketahui bahwa ia telah berjuang melawan penyakit kanker payudara selama beberapa waktu.
Sang suami, Ajie Darmaji, akhirnya mengungkapkan alasan di balik keputusan Mpok Alpa untuk menyembunyikan penyakitnya. Berikut adalah perjalanan hidup dan perjuangan sang istri yang sangat berkesan.
Tidak Ingin Menjadi Beban
Ajie menjelaskan bahwa Mpok Alpa memiliki prinsip hidup yang kuat. Ia tidak ingin menjadi beban bagi siapa pun, bahkan ketika mengetahui dirinya menderita kanker. Ia memilih untuk merahasiakan penyakitnya dari banyak orang, termasuk sahabat-sahabat dekatnya.
“Karena orangnya memang enggak bisa diam, almarhum. Katanya, punya penyakit jangan dimanja. Mau dikasih tahu ke orang juga enggak mau,” ujar Ajie.
Menurutnya, Mpok Alpa percaya bahwa jika masih mampu menghadapi sakit sendiri, maka itu lebih baik daripada mengungkapkannya kepada orang lain. Bahkan saat beberapa teman menyarankan agar penyakitnya diumumkan agar bisa mendapatkan bantuan, Mpok Alpa tetap menolak. “Katanya selagi kita masih bisa, mampu, kita aja,” kata Ajie.
Sikap mandiri ini membuat Ajie merasa bangga, sekaligus sedih. Di tengah kondisi yang kritis, Mpok Alpa tetap memilih untuk tidak merepotkan siapa pun.
Lebih Suka Memberi Daripada Menerima
Selain sikap mandiri, Mpok Alpa juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ia lebih suka memberi daripada menerima. Hal ini tercermin dari cara hidupnya dan bagaimana ia menyikapi penyakitnya.
Ajie mengatakan bahwa Mpok Alpa sering berkata, “Kata lu lebih baik kita memberi daripada menerima.” Prinsip ini dipegang teguh oleh Mpok Alpa hingga akhir hayatnya. Meski sedang menderita, ia tetap menjalani hari-harinya dengan senyum dan energi yang selama ini dikenal publik.
Detik-Detik Terakhir Bersama Mpok Alpa
Ajie juga menceritakan momen-momen terakhir bersama istrinya sebelum ia berpulang. Pada malam sebelum kepergian, Mpok Alpa mulai menunjukkan tanda-tanda gelisah, termasuk sesak napas yang semakin parah. Ia meminta Ajie untuk melepaskan oksigen yang dipakainya.
“Pa, ini copotin ya. Mama udah enggak kuat napasnya, sudah di sini (dada),” ujar Ajie menirukan permintaan istrinya. Saat itu, mereka sedang berada di RS Dharmais, tempat Mpok Alpa dirawat intensif.
Kondisi tubuh Mpok Alpa mulai dingin sejak dini hari. Meskipun begitu, ia sempat meminta Ajie untuk tidur di sebelahnya. “Tapi saya enggak mau, takut ganggu,” kata Ajie. Pada pukul 07.00 WIB, kondisi semakin memburuk. Mpok Alpa kembali meminta oksigennya dilepas.
Pelukan Terakhir dan Kalimat Syahadat
Momen paling emosional terjadi saat Mpok Alpa mengembuskan napas terakhir di pelukan sang suami. Ajie membimbing istrinya mengucapkan kalimat syahadat sebagai pengantar kepergian.
“Saya peluk, saya bilang ‘Ikutin ya.’ Sampai ‘Laa ilaaha illallah’, cuma sampai ‘Allah’… lalu merem, sudah habis (napasnya),” kata Ajie. Suasana haru menyelimuti ruangan saat itu, menyaksikan perjuangan akhir seorang istri, ibu, dan figur publik yang dicintai banyak orang.
Mpok Alpa meninggal dunia pada Jumat (15/8/2025) pukul 08.31 WIB di RS Dharmais, Jakarta. Usianya baru 38 tahun, dan ia meninggalkan seorang suami serta empat anak yang masih kecil. Jenazah Mpok Alpa telah dimakamkan pada hari yang sama di Pemakaman Wakaf Kujaran, Jakarta Selatan.
