Mengapa Ada Begitu Banyak Merpati di Kota Besar Dunia?

Posted on

– Jika Anda bepergian ke beberapa negara, terutama di Eropa, Anda akan melihat banyak sekali burung merpati di kota-kota besar yang hidup bebas. Mereka mematuk sisa makanan di trotoar, bergerombol di atas gedung, dan terbang berkelompok di alun-alun kota.

Kebiasaan merpati begitu melekat dalam kehidupan kota, hingga sulit membayangkan kota tanpa mereka. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana burung ini bisa begitu banyak di kota-kota di seluruh dunia?

Dia lebih suka tinggal di tebing berbatu daripada di kota.

Dari Burung Hutan Menjadi Penduduk Kota

Sejarah panjang hubungan manusia dengan burung merpati dimulai sekitar 10.000 tahun lalu di Mesopotamia dan Mesir kuno. Manusia mulai menarik perhatian burung ini dengan makanan, membiarkan mereka bersarang dan berkembang biak di lingkungan manusia. “Dulu, manusia membawa burung merpati ke kota untuk diternakkan sebagai sumber makanan,” kata Steve Portugal, seorang ahli ekofisiologi yang mempelajari perilaku burung.

Daging merpati muda, yang disebut “squab,” merupakan sumber protein dan lemak yang berharga. Seiring waktu, manusia mulai mengembangbiakkan dan menjinakkan mereka, sehingga menghasilkan berbagai jenis merpati yang kita kenal saat ini.

Seiring perkembangan hubungan antara manusia dan burung merpati, orang mulai menyadari bahwa burung ini memiliki kemampuan navigasi yang luar biasa. Keterampilan ini membuat mereka berguna sebagai pembawa pesan dalam perjalanan laut dan di medan perang.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pelaut di Mediterania menggunakan burung merpati untuk menemukan daratan, dan banyak kota memanfaatkan mereka sebagai pengantar pesan jarak jauh.

Namun, seiring waktu, peran merpati sebagai sumber makanan mulai menurun. “Ketika unggas lain menjadi lebih populer untuk dikonsumsi, merpati tidak lagi menjadi pilihan utama dan orang-orang mulai memelihara mereka sebagai hobi,” kata Elizabeth Carlen, seorang peneliti dari Fordham University.

Hal ini terutama terlihat di negara-negara Eropa dan Amerika. Tetapi di Asia, tidak terlalu banyak burung merpati liar di kota, mungkin karena burung ini masih dianggap sebagai sumber makanan, sehingga cenderung ditangkap orang.

Pada abad ke-17, burung merpati mulai dibawa ke Amerika Utara oleh kapal-kapal dari Eropa, bukan untuk dimakan, tetapi sebagai bagian dari tren merpati peliharaan yang sedang berkembang pada saat itu. Akan tetapi, banyak dari burung tersebut lepas dan berkembang biak di kota-kota Amerika.

“Kita membuat lingkungan perkotaan baru ini, dan secara tidak langsung kita membuat burung yang tahan hidup dengan baik di dalamnya,” kata Michael Habib, seorang paleontolog dari Museum Sejarah Alam County Los Angeles.

Mengapa Burung Merpati Sangat Cocok Tinggal di Kota?

Burung merpati memiliki berbagai keunggulan yang membuat mereka sangat sukses dalam beradaptasi dengan kehidupan kota. Salah satunya adalah kebiasaan alami mereka sebagai penghuni tebing.

“Merpati secara alami hidup di tebing berbatu, dan gedung-gedung tinggi di kota sangat mirip dengan habitat asli mereka,” kata Carlen. Jendela, ornamen bangunan, dan unit AC menjadi tempat bertengger yang ideal, seperti celah-celah di tebing.

Selain itu, pola makan merpati yang fleksibel juga membuat mereka lebih unggul dibandingkan burung lain. Jika beberapa burung hanya bisa makan biji-bijian atau serangga tertentu, merpati bisa memakan hampir semua sisa makanan manusia.

Spesies lain cenderung menjadi spesialis dalam makanannya, sedangkan burung merpati adalah pemakan segala,” kata Portugal. “Dan makanan di kota tidak akan pernah habis—tidak banyak burung merpati yang kelaparan!

Kelebihan lain yang dimiliki merpati adalah sistem reproduksi mereka. Berbeda dengan burung lain yang harus mencari serangga atau biji-bijian untuk memberi makan anak-anak mereka, merpati memiliki cara unik dalam memberi makan anak-anaknya. Kedua induk menghasilkan “susu tembolok” yang kaya protein dan lemak untuk anak-anaknya.

“Selama induknya bisa makan, mereka bisa memberi makan anak-anaknya juga,” kata Portugal. Dengan kemampuan berkembang biak yang tinggi—hingga 10 anak burung per tahun—tidak heran jumlah mereka terus bertambah.

Banyak orang tidak menyukai keberadaan burung merpati di kota, bahkan menyebutnya sebagai “tikus bersayap.” Hal ini bisa dimengerti, karena merpati dapat menyebarkan penyakit dan kotorannya bisa mengotori bangunan serta jalanan. Namun, di sisi lain, merpati adalah salah satu dari sedikit satwa liar yang masih dapat kita temui di kota modern.

Portugal melihat sisi positif dari keberadaan burung ini. “Mereka adalah satu-satunya bentuk kehidupan liar yang masih bisa berinteraksi dengan manusia di kota-kota saat ini,” katanya. “Mereka sangat fleksibel dan berhasil bertahan hidup—mereka adalah penyintas sejati. Sebenarnya, kita bisa belajar banyak dari mereka.”