Mata Air Ajaib Cipalias Baros, Penuh Makna dan Sejarah, Terdapat Makam Tumenggung Jaya Maruta

Posted on

Wisata Pemandian Alami dan Makam Sakti di Cipalias Baros

Mata Air Cipalias Baros adalah salah satu sumber air alami yang terletak di Kampung Kadu Gagak, Desa Cisalam, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Tempat ini tidak hanya menjadi sumber kehidupan bagi warga setempat, tetapi juga menjadi destinasi wisata yang menarik minat banyak orang.

Di sekitar mata air, terdapat pepohonan rindang yang memberikan suasana tenang dan nyaman. Pengunjung dapat bersantai, berwisata keluarga, atau sekadar menikmati kesegaran air yang jernih. Selain itu, masyarakat sekitar sering menggunakan air ini untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.

Mata Air Cipalias juga memiliki makna spiritual yang dalam. Menurut cerita turun-temurun, tempat ini dianggap sakral dan digunakan untuk ritual mandi oleh masyarakat yang ingin meraih karomah atau keberkahan. Pemandian ini memiliki area yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, sehingga menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung.

Tidak jauh dari pemandian, terdapat makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat, yaitu makam Tumenggung Jaya Maruta atau dikenal dengan Ki Jaga Ripuh. Makam ini menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh warga dan para peziarah.

Menurut legenda, mata air Cipalias muncul atas izin Tuhan setelah Ki Jaga Ripuh melakukan doa dan munajat agar masyarakat di sekitarnya diberi sumber air. Dikisahkan bahwa Ki Jaga Ripuh berasal dari Sumedang dan memiliki keturunan yang sama dengan Prabu Siliwangi. Ayahnya, KI Jaga Perkasa, merupakan keturunan dari Prabu Kian Santang, anak Prabu Siliwangi.

Ki Jaga Ripuh kemudian melakukan perjalanan ke Garut dan akhirnya hijrah ke Barat Pulau Jawa, tepatnya ke Banten. Di sana, ia melihat masyarakat mengalami kesulitan karena kemarau panjang. Ia pun memohon kepada Allah agar diberi air. Caranya adalah dengan menancapkan tongkat saktinya ke tanah. Ajaibnya, bekas lubang tancapan tersebut langsung mengeluarkan air yang membesar dan menjadi sumur serta sendang.

Dari sinilah muncul julukan Ki Jaga Ripuh, karena dianggap mampu menyelesaikan masalah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air. Ada juga yang mengatakan bahwa gelar ini diberikan karena Ki Jaga Ripuh mampu membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan hidup.

Di sekitar mata air, Ki Jaga Ripuh sering melakukan semedi dan memohon jodoh. Konon, air yang keluar jernih dan terus-menerus dimanfaatkan oleh makhluk halus maupun makhluk kasat mata. Salah satunya adalah bidadari dari kahyangan. Ketika itu, beliau melihat tujuh bidadari membersihkan diri. Sebelum turun, mereka melepaskan selendang terbang dan menumpuknya di sudut tertentu.

Ki Jaga Ripuh mengambil salah satu selendang dan menyimpannya. Akibatnya, saat salah satu bidadari bernama Mayang Sari hendak terbang ke kahyangan, ia tidak bisa menemukan selendangnya. Ki Jaga Ripuh menawarkan bantuan dan akhirnya mereka menikah. Mereka tinggal di dekat sumur hingga akhir hayatnya.

Seiring berjalannya waktu, makam Ki Jaga Ripuh sering diziarahi karena dianggap sebagai orang sakti yang mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Banyak pengunjung yang datang untuk meminta dilancarkan rezeki. Sebelum masuk makam, pengunjung diwajibkan mandi di sumur keramat, membaca basmallah dan kalimat syahadat. Setelah mandi, mereka membawa air keramat untuk didoakan di makam.

Jika pengunjung memiliki masalah yang cukup berat, disarankan untuk melakukan riyadoh atau menginap selama satu minggu hingga 41 hari. Hal ini diyakini dapat membantu mengatasi segala bentuk kesulitan dan mendapatkan keberkahan dari Tuhan.