Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Jalan
Jalan menjadi isu penting yang terus dibahas dari waktu ke waktu. Saat ini, keselamatan infrastruktur jalan telah menjadi permasalahan global yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Di Indonesia, aturan keselamatan jalan tertuang dalam beberapa regulasi seperti Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, ada juga Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) jalan yang menjadi pedoman dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas.
Sistem transportasi jalan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pengguna jalan (manusia), kendaraan, dan jalan (termasuk lingkungan sekitarnya). Ketiga faktor ini dapat berkontribusi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas. Interaksi antara kendaraan dan jalan menjadi pertimbangan utama dalam desain geometrik jalan. Sementara interaksi antara pengguna jalan dan kendaraan berkaitan dengan hubungan manusia dengan mesin, yang menjadi fokus industri kendaraan bermotor. Interaksi antara pengguna jalan dan jalan sendiri masih perlu penjelasan lebih lanjut baik dalam pedoman maupun petunjuk teknis.
Strategi Keselamatan Jalan Nasional
Negara-negara di dunia telah mengembangkan Strategi Keselamatan Jalan Nasional sebagai panduan untuk meningkatkan keselamatan jalan. Meskipun setiap negara memiliki strategi yang berbeda sesuai tingkat pembangunan dan masalah kecelakaan yang mereka hadapi, terdapat lima pilar umum yang mencerminkan pendekatan “sistem berkeselamatan”.
Pilar pertama adalah manajemen keselamatan jalan, yang mencakup penguatan kapasitas lembaga, pembentukan badan koordinasi, pengembangan strategi nasional, serta sistem data kecelakaan. Pilar kedua menitikberatkan pada jalan yang berkeselamatan, termasuk peningkatan kesadaran dalam perencanaan, audit keselamatan, dan penanganan lokasi rawan kecelakaan. Pilar ketiga berfokus pada kendaraan yang berkeselamatan, seperti harmonisasi standar, program penilaian mobil baru, dan pemasangan fitur keselamatan. Pilar keempat menyasar pemakai jalan yang berkeselamatan, melalui peningkatan kesadaran, penegakan hukum, dan prosedur SIM. Terakhir, pilar kelima menangani tanggap darurat pasca-tabrakan, termasuk pengembangan sistem rumah sakit dan nomor darurat.
Enam Aktivitas untuk Mencapai Jalan dan Mobilitas yang Lebih Aman
Secara global, terdapat enam aktivitas yang dapat dilakukan untuk mencapai jalan dan mobilitas yang lebih aman:
- Mempromosikan Kepemilikan dan Akuntabilitas Keselamatan Jalan: Ini melibatkan pemerintah dan otoritas jalan raya dalam menetapkan target penghapusan jalan berisiko tinggi, alokasi anggaran, serta pengembangan unit khusus keselamatan.
- Mempromosikan Keberagaman Pengguna Jalan dalam Perencanaan Kota: Perencanaan penggunaan lahan harus mempertimbangkan kebutuhan mobilitas aman bagi semua pengguna, termasuk penilaian dampak keselamatan.
- Meningkatkan Operasi Infrastruktur Jalan yang Ada: Otoritas jalan raya perlu mengidentifikasi lokasi berbahaya dan melakukan penilaian keselamatan infrastruktur yang sudah ada.
- Mendorong Pengembangan Infrastruktur Baru yang Aman: Desain infrastruktur baru harus memperhitungkan semua moda transportasi dan memastikan keselamatan pengguna jalan.
- Meningkatkan Kapasitas dan Transfer Pengetahuan: Kolaborasi dengan lembaga pendidikan, swasta, dan masyarakat diperlukan untuk memastikan prinsip desain infrastruktur yang aman diterapkan.
- Mendorong Penelitian dan Pengembangan: Penelitian tentang infrastruktur jalan yang lebih aman dan proyek demonstrasi untuk inovasi keselamatan sangat penting.
Kebijakan Peningkatan Infrastruktur Jalan
PIARC (Permanent International Association of Road Congresses) merupakan asosiasi jalan raya dunia yang melakukan tinjauan penting terhadap kebijakan keselamatan jalan raya. Beberapa poin penting yang muncul dari tinjauan tersebut antara lain: perlunya pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara infrastruktur dan kecepatan, penggunaan kombinasi pendekatan ‘lokasi titik’ dan sistem secara keseluruhan, serta pentingnya penilaian risiko dalam identifikasi lokasi berisiko.
Manajemen Keselamatan Infrastruktur Jalan yang Efektif
Untuk mewujudkan manajemen keselamatan infrastruktur jalan yang efektif, terdapat tiga tahapan utama: Tahapan Awal, Tahapan Pembuatan Kemajuan, dan Tahapan Aktivitas Konsolidasi. Setiap tahapan ini mencakup langkah-langkah seperti pemahaman prinsip keselamatan, pelatihan staf, pengembangan alat keselamatan, dan implementasi reformasi berkelanjutan.
Beberapa poin penting dalam manajemen keselamatan infrastruktur jalan yang perlu diperhatikan antara lain: peningkatan infrastruktur jalan dapat mengurangi jumlah kematian dan cedera, investasi dalam infrastruktur yang efektif memberikan manfaat besar, serta infrastruktur jalan sering menjadi faktor utama dalam tingkat keparahan kecelakaan. Oleh karena itu, peningkatan manajemen keselamatan infrastruktur jalan perlu disertai dengan peningkatan kualitas keselamatan dan perlindungan jaringan jalan untuk semua pengguna, terutama yang paling rentan seperti pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara sepeda motor. Dengan demikian, diharapkan penerapan manajemen keselamatan infrastruktur jalan semakin baik dan mencapai target yang diinginkan.
