Bencana Longsor dan Pergerakan Tanah Melanda Wilayah Garut dan Tasikmalaya
Bencana alam kembali terjadi di wilayah Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, pada Senin 4 Agustus 2025 malam. Longsoran dan pergerakan tanah menimpa sejumlah permukiman warga, menyebabkan satu orang mengalami luka serius di bagian kepala setelah tertimpa reruntuhan bangunan rumah yang rusak akibat longsor.
Korban bernama Rini, warga Kampung Cipadung, Desa Bojong, Kecamatan Banjarwangi. Ia mengalami luka parah akibat tertimpa tembok rumah bagian belakang yang roboh. Saat kejadian, Rini sempat mengalami pendarahan cukup hebat di kepala dan mendapatkan perawatan medis.
”Tiba-tiba saya mendengar suara gemuruh dan lampu pun mati. Ternyata telah terjadi longsor yang menimpa bagian belakang rumah saya dan reruntuhannya menimpa kepala saya hingga berdarah,” kata Rini, Selasa 5 Agustus 2025.
Longsor dan pergerakan tanah juga memengaruhi infrastruktur dan permukiman warga di lima desa di Kecamatan Banjarwangi. Beberapa rumah, jalan, dan fasilitas umum seperti sekolah dilaporkan mengalami kerusakan.
Camat Banjarwangi Asep Harsono menyampaikan bahwa pihak kecamatan masih menunggu hasil asesmen dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut untuk mengetahui jumlah pasti rumah dan fasilitas yang terdampak. Namun, laporan awal menunjukkan bahwa lima desa telah terdampak secara langsung.
Ia menjelaskan, bencana longsor yang terjadi di wilayahnya juga menyebabkan satu anak berusia 10 tahun meninggal. Selain itu, ada satu warga yang mengalami luka di bagian kepala akibat tertimpa reruntuhan rumah.
Ancaman Longsor Susulan
Menurut Asep, bencana tanah bergerak di wilayahnya ini memang kerap terjadi, terutama saat intensitas hujan tinggi. Wilayah perbukitan dan kontur tanah yang labil memperparah risiko bencana longsor.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi longsor susulan, mengingat cuaca di wilayah tersebut masih tidak menentu. Aparat gabungan bersama pemerintah desa juga meminta partisipasi aktif masyarakat untuk segera melaporkan tanda-tanda pergerakan tanah di sekitar tempat tinggal mereka.
”Pemerintah Kecamatan Banjarwangi bersama BPBD, relawan dan aparatur setempat kini fokus pada penanganan korban serta pendataan dampak kerusakan,” katanya.
Sekolah Rusak Akibat Longsor
Bencana longsor yang melanda wilayah Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, pada Senin 4 Agustus 2025 dini hari, tidak hanya merusak permukiman warga, tetapi juga melumpuhkan aktivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sirnagalih. Dinding ruang kelas VI di sekolah itu jebol setelah diterjang material longsor dari tebing di belakang sekolah.
Kepala SDN Sirnagalih Titim Sahelawati menjelaskan, longsor terjadi sekitar pukul 24.00 saat hujan deras. Dampak kerusakan yang parah memaksa pihak sekolah mengosongkan ruang kelas tersebut.
”Material longsor masuk ke dalam kelas, menimpa dinding hingga jebol. Bongkahan tanah bertebaran di dalam ruangan, sehingga kelas VI tidak bisa digunakan sama sekali,” kata Titim.
Untuk memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berjalan, pihaknya mengambil langkah darurat dengan menggabungkan siswa. Murid kelas V dan VI disatukan dalam satu ruangan, begitu juga dengan murid kelas I dan II. Total siswa di SDN Sirnagalih berjumlah 44 orang.
Titim menyebutkan, tim dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya beserta Kepala Desa Sirnaputra dan pengawas sudah meninjau lokasi. Pihak sekolah berharap, perbaikan dapat segera dilakukan agar KBM kembali normal. Pada Senin dan Selasa warga dan staf sekolah pun bahu-membahu membersihkan material longsor yang memenuhi ruang kelas.
Jalan Ambles Pasca Longsor
Sementara itu, akses jalan utama yang menghubungkan Desa Cidugaleun, Kabupaten Tasikmalaya dan Parentas, Kabupaten Garut, ambles pascaditerjang longsor, Senin 4 Agustus 2025 dini hari.
Akibatnya, kendaraan roda empat sama sekali tidak bisa melintas, sehingga warga harus menempuh perjalanan memutar selama tiga jam untuk mencapai pusat Kota Tasikmalaya.
Kepala Desa Cidugaleun Firmansyah menjelaskan, ada empat titik longsor yang terjadi. Namun, satu titik di Kampung Ciharasas menjadi yang paling parah. Sebelum longsor, perjalanan menuju Singaparna hanya membutuhkan waktu satu jam. Namun, kini warga terpaksa memutar arah ke Garut yang memakan waktu tempuh tiga kali lipat lebih lama. Jalan yang longsor itu berstatus jalan provinsi dan merupakan akses perbatasan.
Banjir Limpasan Akibat Sampah
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi kembali melakukan monitoring lapangan ke lokasi-lokasi rawan banjir limpasan dan genangan air pada Selasa 5 Agustus 2025. Hal itu dilakukan menyusul peristiwa banjir limpasan yang terjadi pada Senin 4 Agustus 2025 di beberapa lokasi, akibat saluran air tersumbat oleh sampah.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat Taufik menyebutkan, bencana banjir limpasan yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi, di antaranya di Jalan Dewi Sartika, Jalan Arif Rahman Hakim, dan Jalan Prana. Hujan cukup deras mengguyur, sedangkan saluran pembuangan air tersumbat sampah, sehingga mengakibatkan air menggenang dan terjadi banjir.
”Intinya, banjir limpasan dan genangan air di Kota Sukabumi semuanya akibat dari tersumbatnya saluran air oleh sampah. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat, termasuk para pedagang kaki lima, untuk selalu menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan,” ujar Novian.
