Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 12 Halaman 16 Kurikulum Merdeka
Berikut ini adalah kunci jawaban untuk soal-soal di halaman 16 mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 12 berdasarkan kurikulum merdeka. Soal-soal yang terdapat pada halaman tersebut mengharuskan siswa mencari informasi dari ensiklopedia. Siswa disarankan untuk mengerjakan soal secara mandiri sebelum menggunakan kunci jawaban ini.
Soal-soal yang diberikan meminta siswa untuk mengetahui informasi tentang tiga entri, yaitu “Horison”, “Sutan Takdir Alisjahbana”, dan “Ali Topan Anak Jalanan”. Berikut penjelasannya:
Informasi Tentang Horison
Horison adalah sebuah majalah bulanan kesusastraan yang paling lama hidupnya dalam sejarah sastra Indonesia, yaitu sejak tahun 1966. Pada saat pertama kali terbit pada bulan Juli 1966, majalah ini tidak dapat dipisahkan dari suasana dan semangat kebudayaan pada masa itu. Dasar penerbitannya adalah semangat untuk menegakkan demokrasi dan kebebasan mencipta.
Majalah ini dibiayai oleh Yayasan Indonesia yang didirikan tanggal 31 Mei 1966. Pengasuh majalah ini terdiri atas Mochtar Lubis (Penanggung Jawab), Dewan Redaksi: Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Taufiq Ismail, Soe Hok Djin (Arief Budiman), dan D.S. Moeljanto. Di awal penerbitannya, majalah ini masih banyak memuat karya sastra yang berhubungan dengan situasi politik waktu itu, seperti sajak-sajak “demonstran” dan karya-karya yang menentang kezaliman kekuasaan otoriter Orde Lama.
Namun, setelah itu muncul penulis baru yang banyak di antaranya berasal dari lingkungan perguruan tinggi sehingga corak tulisan lebih mengarah kepada niat pembaharuan. Sampai tahun 1974-1975, Horison penuh dengan karya avant-garde yang dikerjakan, antara lain, oleh Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Danarto, Ikranegara, Sides Sudyarto. Setelah itu, makin sedikit karya mereka yang muncul sehingga makin santer isu merosotnya mutu majalah itu.
Informasi Tentang Sutan Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana adalah seorang pengarang Indonesia yang banyak berorientasi ke dunia Barat. Dia mengatakan bahwa otak Indonesia harus diasah menyamai otak Barat. Meskipun banyak ditentang orang, Sutan Takdir Alisjahbana tetap dengan pendiriannya itu.
Ia lahir di Natal, Tapanuli, Sumatra Utara, tanggal 11 Februari 1908, dan meninggal tanggal 31 Juli 1993. Jenazahnya dimakamkan di sebuah bukit di sekitar Bogor. Pendidikan dasarnya di HIS Bengkulu, kemudian melanjutkan ke Kweekschool di Bukittinggi, Lahat, dan Muara Enim. Setelah tamat dari Kweekschool, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Kweekschool (HKS) Bandung tahun 1925–1928.
Tahun 1931 ia mengikuti pendidikan di Hoofdacte Cursus Jakarta, sejenis pendidikan guru, dan tamat tahun 1933. Tahun 1937 ia mengikuti kuliah di Rechtshcogeschool (Sekolah Hakim Tinggi) Jakarta dan tamat tahun 1942. Di samping itu, tahun 1940 ia mengikuti kuliah di Fakultas Sastra, Universiteit van Indonesie, program studi Ilmu Bahasa Umum, Filsafat Asia Timur dan tamat tahun 1942.
Tahun 1979 Sutan Takdir Alisjahbana mendapat gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia dan tahun 1987 mendapat gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari Universiti Sains Malaysia. Ia mulai bekerja sebagai guru sekolah dasar (Hollandsch Inlandsche School) di Palembang, Sumatra Selatan, tahun 1928–1929.
Setelah dua tahun mengajar, tahun 1930 ia pindah ke Jakarta. Dia menjabat redaktur kepala pada Penerbit Balai Pustaka dan pimpinan majalah Pandji Poestaka tahun 1930–1942. Tahun 1942–1945 ia bertugas sebagai penulis ahli dan anggota Komisi Bahasa Indonesia, Jakarta. Tahun 1945–1950 menjabat Ketua Komisi Bahasa Indonesia.
Tahun 1933 Sutan Takdir Alisjahbana mendirikan dan menerbitkan majalah Poedjangga Baroe bersama-sama dengan Amir Hamzah dan Armijn Pane. Majalah ini menyuarakan pembaharuan sastra. Sutan Takdir Alisjahbana menampilkan beberapa tulisan yang berorientasi pada pendiriannya itu, yaitu pembaruan ala Barat.
Informasi Tentang Ali Topan Anak Jalanan
Novel Ali Topan Anak Jalanan: Kesandung Cinta merupakan novel karya Teguh Esha yang terbit pada tahun 1977. Tokoh Ali Topan muncul pertama kali dalam cerita bersambung karya Teguh Esha di majalah Stop tahun 1972. Setelah itu, Teguh Esha mengekranisasikan karya tersebut dalam bentuk film dengan judul “Ali Topan Anak Jalanan” pada tahun 1977 dengan pemeran utama Junaedi Salat dan Yatie Octavia.
Dari film tersebut kemudian Teguh Esha menuliskannya dalam bentuk novel dengan judul Ali Topan Anak Jalanan Kesandung Cinta yang terbit tahun 1977. Karya novel ini mengisahkan percintaan antara Ali Topan dan Anna Karenina yang tidak disetujui oleh orang tua si gadis dan menyebabkan Ali Topan pergi dari rumahnya.
Saat Ali Topan harus hidup di jalanan ia membutuhkan pekerjaan. Oleh sebab itu, Ali Topan bekerja menjadi wartawan dan detektif. Hal inilah yang menjadi tema novel kedua Teguh Esha tentang Ali Topan yang berjudul Ali Topan Detektif Partikelir terbit tahun 1978 oleh penerbit Cypress.
Novel ini kemudian terbit ulang pada tahun 2000 dengan judul Ali Topan Wartawan Jalanan yang diterbitkan oleh PT Visi Gagas Komunika. Selain dalam bentuk novel dan film, karya Teguh Esha ini pada tahun 2009 diunggah di youtube dalam versi yang berbeda dengan sutradara Harry Dagoe Suharyadi dan dibintangi oleh Ari Sihasale dan Karina Suwandi.
Karya Teguh Esha ini juga digubah menjadi lirik lagu yang diciptakan oleh Guruh Sukarno Putra dan dinyanyikan oleh Chrisye dengan judul lagu “Anak Jalanan”. Pada tahun 2011 tepatnya pada bulan April, kisah Ali Topan ini juga digubah menjadi sebuah drama musikal di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki yang dilakukan oleh ArtSwara.
Menentukan Dua Kata Kunci di Bidang Sastra
Soal selanjutnya meminta siswa untuk menentukan dua kata kunci atau entri di bidang sastra yang ingin dicari informasinya di antara enam kategori informasi di dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia. Berikut contoh jawabannya:
Arena
Majalah Arena adalah majalah kebudayaan yang diterbitkan pertama kali tanggal 1 Mei 1955 oleh penerbit Firma Pustaka Maju, Jalan Sutomo P. 342, Medan, Sumatra Utara dengan moto “Segar Bernilai dan Populer.” Pada tahun 1957 motonya berubah menjadi “Untuk Politik, Kebudayaan dan Pengetahuan Umum.”
Majalah Arena terbit dua kali sebulan (dwimingguan) dengan ukuran 21 x 28 cm. Jenis kertas yang digunakannya, baik untuk halaman isi maupun halaman sampul, adalah kertas koran. Harga majalah ini per eksemplar Rp3,50 dan untuk luar negeri Rp4,00. Harga langganan per kuartal (6 nomor) Rp20,00. Cara berlangganan membayar 3 bulan di muka dan setelah uang diterima akan dikirim majalahnya.
Rubrik yang terdapat dalam majalah Arena ini bermacam-macam, yaitu olahraga, politik, ekonomi, sosial, sastra, pendidikan, adat istiadat, agama, dan biografi. Tahun 1957 rubrik dalam majalah itu sudah berkurang, yang masih ada ialah rubrik politik, kebudayaan, pengetahuan umum, dan sastra.
Ruang khusus sastra berjudul “Sipongang” memuat puisi, cerita pendek, cerita bersambung, drama, dan kritik esai secara rutin. Editor di bidang sastra adalah Asri Muchtar dan Marzuki Markiman. Selain itu, untuk memberikan kesempatan kepada pembaca menyampaikan gagasannya, majalah Arena menyediakan ruang khusus untuk pembaca (surat pembaca).
Penulis “surat pembaca” tersebut berasal dari kalangan masyarakat terpelajar dari berbagai kota, seperti Lhok Seumawe, Riau, Bukittinggi. Kemudian ada juga Padang, Solok, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Malang, Makassar, Manado, Kutoarjo, Bukittinggi, Medan, Malang, dan Ambon.
Badai Laut Selatan
Badai Laut Selatan merupakan cerita silat karya Kho Ping Hoo yang diterbitkan di Solo oleh penerbit Gema, tahun 1969. Format buku dibuat dalam ukuran mini-saku, sebanyak 39 jilid, jenis kertas stensil/koran, ukuran 10 x 13 cm, tiap volume/jilid berjumlah 64 halaman. Oplah buku itu sekitar 12.500 eksemplar.
Dalam cerita tersebut tidak ada pembagian bab sebagaimana dikenal pada cerita-cerita panjang lainnya. Perpindahan peristiwa dapat diketahui lewat kalimat-kalimat pengantar, seperti “Sementara itu, Kita tinggalkan dulu…”, “Sang Waktu melesat cepat sehingga tanpa disadari…”, “langsung pelukisan peristiwa”, atau lewat hadirnya tiga tanda baca asteris.
Kho Ping Hoo menghasilkan dua jenis cerita silat, yaitu cerita silat Indonesia/Jawa dan cerita silat Cina. Badai Laut Selatan termasuk dalam kategori cerita silat (sejarah) Indonesia/Jawa. Cerita itu bertemakan hancurnya kejahatan oleh kebajikan yang dijabarkan ke dalam berhasilnya balas dendam terhadap pemerkosa serta gagalnya usaha para pemberontak merebut kekuasaan di Kerajaan Kahuripan.
Dalam cerita silat itu diungkapkan ihwal cita-cita Prabu Airlangga untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil ke dalam satu kerajaan Nusantara, yaitu Kahuripan. Cita-cita seperti itu mendapat banyak tantangan. Beberapa wilayah taklukannya diam-diam menyusun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan merebut kekuasaan. Salah satu wilayah yang hendak memberontak ialah Kadipaten Selopenangkep di bawah pimpinan Adipati Joyowiseso.