Kondisi Gaza yang Semakin Memburuk
Kondisi di wilayah Gaza kini semakin memprihatinkan. Banyak warga setempat mengalami krisis pangan akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel. Situasi ini telah memicu kekhawatiran besar terhadap kemanusiaan dan stabilitas wilayah tersebut. Dalam situasi seperti ini, masyarakat internasional merasa gelisah dengan potensi eskalasi militer yang lebih luas serta konsekuensi yang lebih mengerikan.
Konflik antara Israel dan Palestina mencapai puncaknya sejak Oktober 2023 ketika pasukan Israel meluncurkan serangan militer besar-besaran. Serangan ini dipicu oleh ketegangan yang terjadi akibat konflik bersenjata antara Hamas dan pasukan Israel. Sejak saat itu, lebih dari 61.000 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Wilayah Gaza juga hancur berantakan akibat pemboman intensif yang terus-menerus dilakukan.
Saat ini, 86 persen wilayah Gaza telah dijadikan zona militer, memaksa penduduk untuk bermukim di area-area yang semakin tidak layak huni. Masalah kelaparan dan pembatasan bantuan kemanusiaan semakin memperparah kondisi warga yang tersisa. Di tengah krisis ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memilih untuk tidak memberikan sikap tegas terhadap rencana Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menduduki seluruh wilayah Gaza.
Trump menolak untuk menyampaikan pendapatnya secara langsung, dan justru menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Israel. “Selebihnya, saya belum bisa memastikannya. Itu semua akan bergantung pada Israel,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip dari berbagai sumber.
Upaya Bantuan dari Pihak AS
Meskipun tidak memberikan sikap tegas, Trump tetap menekankan bahwa Amerika Serikat sedang berupaya memberikan bantuan kepada warga Gaza. Salah satu bentuk bantuan yang diberikan adalah dana sebesar 60 juta USD yang dialokasikan untuk distribusi makanan melalui organisasi kemanusiaan GHF. Organisasi ini menjadi satu-satunya saluran bantuan yang masih berfungsi di tengah blokade yang diberlakukan.
“AS kini tengah berupaya memberi makan rakyat,” kata Trump dalam pernyataannya. Ia juga menyebut bahwa Israel akan membantu dalam hal distribusi bantuan, serta negara-negara Arab yang akan berkontribusi baik dalam dana maupun distribusi. Meski begitu, upaya ini dinilai tidak cukup untuk mengatasi kebutuhan mendesak di lapangan. Bahkan, ada laporan yang menyebut bahwa Israel menembaki warga Palestina yang mencoba mengakses truk bantuan.
Rencana Netanyahu untuk Menduduki Seluruh Wilayah Gaza
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus memperkuat niatnya untuk melakukan pendudukan total atas wilayah Gaza. Menurut beberapa laporan media Israel, seperti Channel 12, i24NEWS, The Jerusalem Post, dan Ynet, Netanyahu telah membuat keputusan final untuk mengerahkan militer ke seluruh wilayah Gaza, termasuk area-area yang diyakini menjadi tempat para sandera Israel.
Langkah ini disebut sebagai respons atas gagalnya perundingan gencatan senjata dengan kelompok Palestina. Meskipun Israel pernah menarik pasukan dan pemukimnya dari Gaza pada tahun 2005, banyak ahli hukum internasional menilai bahwa wilayah tersebut tetap berada di bawah pendudukan Israel. Hal ini karena Israel terus mengontrol udara, perbatasan, serta jalur keluar-masuk bantuan kemanusiaan.
Rencana Netanyahu menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat internasional. Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Miroslav Jenca, memperingatkan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan berisiko memperparah kondisi wilayah tersebut. “Pendudukan penuh atas Gaza akan berisiko menimbulkan konsekuensi bencana,” katanya.
Jenca juga menegaskan bahwa Gaza harus tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan. Namun, sejumlah pihak menilai tindakan Israel mengarah pada pembersihan etnis, terlebih setelah pernyataan Trump pada awal 2024 yang menyiratkan adanya rencana pembangunan “riviera Timur Tengah” di atas reruntuhan Gaza, menggantikan penduduk aslinya.
Sikap Trump Terhadap Konflik
Trump selama ini secara terbuka membela hak Israel untuk melakukan operasi militer di Gaza, menyebut tindakan Israel sebagai “respon terhadap Hamas”. Ia menyalahkan kelompok Hamas atas konflik dan mengkritik kebijakan pemerintahan Biden yang dianggapnya lemah terhadap Iran, negara yang dituding mendukung Hamas.
Tidak seperti beberapa pemimpin dunia yang menyoroti tingginya korban sipil di Gaza, Trump jarang menyentuh isu penderitaan warga Palestina. Bahkan ketika laporan menunjukkan puluhan ribu korban jiwa dan kerusakan infrastruktur besar-besaran, ia tidak pernah menyampaikan sikap yang jelas.


