– Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memperlihatkan alternatif mengolah masakan tanpa harus mengandalkan elpiji.
Dengan menggunaan limbah minyak goreng, tungku, dan blower kecil, mereka membuat kompor alternatif yang efektif melainkan lebih hemat, khususnya saat sulit mendapatkan gas elpiji bersubsidi.
Memanfaatkan limbah
“Roemah Puyuh Amih Ine” yang terletak di Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kuningan, adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berada di tepi jalan.
Mereka memiliki metode memasak inovatif, tidak sepenuhnya bergantung pada gas elpiji bersubsidi 3 kilogram seperti yang biasanya.
Muhamad Taufiq, pemilik usaha makanan ini, berhasil mengubah beberapa sampah rumah tangganya menjadi kompor alternatif.
di dapur produksinya.
Inovasi Penggunaan Minyak Bekas untuk Dapur
Ide untuk memanfaatkan minyak bekas dimulai dari kebutuhan untuk mengolah minyak sisa penggorengan puyuh, ikan, dan berbagai menu lainnya.
Taufiq mampu menghasilkan tiga hingga lima liter minyak bekas per hari, yang biasanya akan menjadi limbah pencemar lingkungan bila dibuang begitu saja.
Dengan kreativitasnya, Taufiq menerapkan platform seperti YouTube untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara mengoperasikan peralatan dasar.
Setelah beberapa kali melakukan uji coba, dia berhasil membuat kompor alternatif yang sangat efektif.
Setelah beberapa bulan menggunakan kompor ini bersama istrinya, Taufiq merasakan penghematan yang signifikan.
Dia mengklaim telah menghemat ratusan ribu rupiah yang biasanya dialokasikan untuk gas elpiji bersubsidi tiga kilogram.
“Saya hanya menggunakan sekitar 3-4 liter minyak tanah untuk memasak puyuh dan ikan dalam sehari, sementara satu tabung gas dengan penggunaan yang sama akan habis dalam tiga hari,” kata Taufiq.
Kemerdekaan dari kemacetanibelanggas
Taufiq mengaku tidak dipengaruhi oleh kesulitan mendapatkan gas elpiji sekarang ini.
“Sangat efektif, dengan kompor alternatif ini saya tidak bergantung pada gas elpiji. Ketika orang-orang sekarang susah mencari gas, Alhamdulillah saya tidak. Saya tetap bisa berjualan untuk ungkep puyuh, masak ikan, sambel, dan lain-lain. Lebih hemat,” tambahnya.
Tapi, meskipun banyak kelebihannya, Taufiq juga menyadari kekurangan dari kompor alternatif yang dibuatnya.
Terdapat satu pendapat bahwa tungku ini tidak sepraktis tabung gas yang bisa dibawa kemanapun.
Selain itu, selama proses memasak, ia harus memastikan api tetap dalam keadaan stabil.