Kisah Penjaga Perbatasan RI-Malaysia di Desa Temajuk

Posted on

Tugas Berat di Ujung Barat Kalimantan

Di ujung barat Kalimantan, tepatnya di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, terdapat sebuah pos perbatasan yang langsung menghadap ke Malaysia. Di sana, Letnan Dua (Letda) Arm Mohamad Nur Pratama (23) menjalani tugasnya selama dua bulan untuk menjaga kedaulatan negara.

Tugas yang dijalani bukan hanya sekadar mengawasi pagar batas, tetapi juga menghadapi dinamika kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan. Banyak dari mereka masih memiliki hubungan keluarga dengan warga di seberang perbatasan. Menurut Nur, hubungan kekerabatan antara warga Temajuk dan Malaysia sangat dekat, bahkan banyak dari mereka memiliki satu rumpun keluarga.

Namun, meskipun hubungan begitu erat, aturan negara tetap berlaku ketat. Nur menegaskan bahwa tidak ada akses bebas keluar-masuk antara Temajuk dan Malaysia karena belum ada pos lintas batas resmi (PLBN). Ia menyatakan bahwa pihaknya melarang keras perpindahan barang atau orang antara Indonesia dan Malaysia. Masyarakat hanya diperbolehkan sampai batas pagar saja.

Momentum Idul Fitri

Momen Hari Raya Idul Fitri sering menjadi ajang warga perbatasan bertemu dengan keluarga mereka di Negeri Jiran. Biasanya, pertemuan dilakukan di batas pagar, hanya sekadar saling menyapa atau bertukar kabar. Hal ini menunjukkan bahwa meski aturan ketat, hubungan antarwarga tetap terjalin.

Selain menjaga gerbang resmi, tantangan lain yang dihadapi adalah adanya jalur tikus yang kerap dimanfaatkan untuk keluar-masuk secara ilegal. Nur mengatakan bahwa beberapa jalur tidak bisa dijaga sepenuhnya, sehingga pihaknya melakukan antisipasi bersama. Aktivitas ilegal tersebut biasanya terjadi pada malam hari.

Untuk mengatasi hal tersebut, TNI kerap berkoordinasi dengan pasukan penjaga perbatasan Malaysia. Komunikasi antarpos perbatasan dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran lintas batas yang berpotensi membahayakan keamanan kedua negara. Jika ada warga yang mencoba membawa barang terlarang, biasanya bisa langsung ditangani dan dilaporkan ke pihak berwajib.

Wisata Perbatasan

Menariknya, perbatasan di Temajuk kini juga menjadi daya tarik wisata. Warga dari berbagai daerah, bahkan ada yang datang dari Jakarta, sering singgah hanya untuk berfoto di titik nol kilometer batas negara. Nur menyebut bahwa ramai atau tidaknya pengunjung bergantung pada waktu. Biasanya, satu keluarga datang untuk berfoto.

Namun, berbeda dengan warga Indonesia, warga Malaysia disebutnya jarang menjadikan titik perbatasan ini sebagai tujuan wisata. Meski begitu, keberadaan wisatawan membuat Temajuk semakin dikenal. Nur menilai, hal itu justru memberi warna baru di pos yang sehari-hari identik dengan tugas militer.

Sukses dan Kesulitan dalam Tugas

Nur mengaku tidak memiliki banyak keluhan selama bertugas, meski fasilitas di pos perbatasan terbatas. Pengamatan menunjukkan bahwa kondisi jalan di perbatasan hanya berupa tanah merah dan belum diaspal. Pos penjaga juga tampak sederhana dengan bangunan didominasi papan biasa dan dicat hijau.

Ia menyatakan bahwa suka dukanya mungkin hanya soal kondisi tempat yang kurang memadai. Namun, ia tetap bekerja sepenuh hati karena Satgas harus menjaga wilayah dengan profesional. Baginya, menjaga perbatasan bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan untuk menjaga harga diri bangsa.

Pesan kepada Masyarakat

Di akhir perbincangan, Nur berpesan kepada masyarakat di kedua negara agar mematuhi aturan terkait pelintasan perbatasan. Ia mengimbau masyarakat untuk lengkapi surat-surat bila ada keperluan resmi dan jangan gunakan jalur tikus. Dengan demikian, hubungan baik antara warga perbatasan tetap terjaga tanpa mengorbankan kedaulatan negara.

Nur menekankan bahwa perbatasan harus dijaga sama-sama agar tetap aman, damai, dan bermanfaat bagi masyarakat.