Kisah Cinta Fanny Kondoh andamp Papa Udon Berawal dari Jabat Tangan hingga Hamil usai Suami Meninggal

Posted on

Kisah cinta Sherly Fanny alias Fanny Kondoh dengan Presiden Direktur Marugame Udon di Indonesia, Hajime Kondoh alias Papa Udon sampai akhirnya keduanya dipisahkan oleh kematian menarik perhatian masyarakat.

Fanny Kondoh tidak terduga bahwa kisah tersebut dimulai ketika dia menjadi karyawan di restoran Papa Udon di Semarang.

Bukan hanya tentang cinta, tetapi juga perjalanan Fanny Kondoh tentang pengorbanan, keajaiban, dan perjuangannya ketika ia harus berpisah dengan Papa Udon selamanya.

Diketahui, ayah Udon meninggal dunia ketika Fanny Kondoh tengah hamil berusia 4 bulan dengan anak pertamanya.

Cerita perjalanan tersebut dibagikan Fanny Kondoh dalam podcast Denny Sumargo yang tayang pada Selasa, 18 Februari 2025.

Diceritakan Fanny, ia pertama kali bertemu dengan almarhum suaminya di sebuah restoran Marugame Udon di Semarang.

Pada saat itu, Fanny bekerja sebagai kasir, sedangkan Kondoh adalah seorang General Manager yang datang untuk mengawasi pembukaan outlet baru.

Pada pertemuan pertama mereka, mereka mulai membuka diri.

Menariknya, Fanny mengaku hatinya sudah sangat yakin bahwa Papa Udon akan menjadi suaminya di masa depan saat mereka berjabatan tangan.

“Aku gak bisa berbahasa Inggris,” kata Fanny. “Halo, senang berkenalan dengan Anda, saat pertama kali berjabat tangan aku langsung berpikir ‘Dia akan menjadi suamiku’ aku langsung yakin itu demi Allah,” kata Fanny kepada Denny Sumargo.

Fanny mengaku keyakinan itu dirasakannya karena telah mengalami kegagalan asmara yang sering dialami.

“Apa yang membuatmu merasa seperti itu,” tanya Densu.

“Pada saat itu aku memang lagi capek dengan dunia cinta ini terus menghantamkan saya dengan Tuhan ‘ya Allah aku capek bekerja ingin dinafkan oleh Allah ingin menikah punya pasangan hidup’ dan aku merasa miskin, terus dia datang menyentuh tanganku,” bebernya.

Fanny sendiri awalnya tidak menyangka bahwa status Papa Udon sudah menjadi duda dengan tiga anak di Jepang.

“Aku hanya diberikan satu kartu nama, padahal ada dua outlet,” katanya.

Pada saat itu, Fanny dipromosikan menjadi manajer pelatih di Jakarta.

“Dibawa ke Jakarta untuk menjadi pelatih lalu ternyata dibawa ke Jakarta untuk jadi istri,” katanya sambil tertawa.

Berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang dari komunikasi jarak jauh sampai akhirnya Hajime Kondoh berniat untuk mengajaknya melangsungkan pernikahan.

Ia bertemu dengan ibu Fanny dengan serius di Jawa Timur.

“Desember dia tiba-tiba mengirimkan pesan “Fanny, aku ingin pergi ke Semarang”, “ya ampun, nanti aku bilang ke manajer untuk menginformasikan kedatangan Bapak”, “tidak, tidak, aku ingin pergi ke Semarang, aku ingin memastikan perasaanmu kepadaku”, katanya dengan cerita tentang LDR,” ujar Fanny.

“Aku ke Probolinggo, rumahku, aku dibeli cincin pengikat,” katanya.

Tapi, perjalanan mereka tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah perbedaan usia 25 tahun dan pandangan hidup yang berbeda.

Dengan niat yang sungguh-sungguh, akhirnya memutuskan untuk beralih agama menjadi Muslim setelah melalui proses mempertimbangkan dan mencari petunjuk spiritual yang mendalam.

“Persiapan akad nikahnya dia sebenarnya belum mau masuk Islam, tapi tiba-tiba dia demam selama 5 hari lalu dia dibawa ke rumah sakit masih demam, terus aku bilang “aku ingin kita bukan hanya bersama di dunia ini, tapi di akhirat juga kamu, aku tuh ingin kita bersama di Surga,” ucap Fanny kepada suaminya saat itu.

Setelah melalui proses yang mendalam, Papa Udon akhirnya mengucapkan syahadat dan memeluk Islam dengan keyakinan yang tulus pada tahun 2017.

“Setelah itu kita bersepakat dalam keadaannya sudah beriman dan beragama Islam,” kata Fanny.

Kebahagiaan mereka ternyata tidak berjalan lancar, hingga Kondoh didiagnosis mengidap kanker kandung kemih stadium dini.

Awalnya, dokter memperkirakan usia Kondoh hanya tersisa dua tahun, namun dengan perawatan intensif, ia bertahan selama lima tahun.

Dalam kondisi yang semakin menurun, satu hal yang selalu menjadi keinginannya kepada Fanny adalah keinginannya untuk memiliki seorang anak.

Fanny telah mencoba berbagai cara untuk hamil secara alami, tetapi tidak pernah berhasil.

Tidak ada keberhasilan dari dua kali percobaan program bayi tabung.

“Tahun kedua menikah dia minta mau anak, dua kali sempat keguguran program,” ujarnya.

Dia bilang, ‘Aku ingin anak ini melindungi kamu ketika aku tidak ada di sini lagi,’ katanya.

Pada awalnya, Papa Udon memiliki keinginan untuk mengadopsi anak, tetapi keluarga bayi tersebut menolak.

Dalam keadaan penuh keputusasaan, dokter akhirnya menemukan bahwa darah Fanny terlalu kental, sehingga janin sulit bertahan.

Setelah dilakukan perawatan medis, mereka memutuskan untuk melakukan transfer embrio sekali lagi.

Saat itu, kondisi Papa Udon yang dirawat di Singapura semakin parah dan harus dipulangkan ke Jepang.

Dokter di Singapura mengungkapkan kenyataan pahit bahwa tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.

Papa Udon bertemu Fanny dengan mantan istri dan ketiga anaknya di Jepang untuk membicarakan warisan.

Sesampainya dia di Indonesia, Fanny akhirnya menjalani transfer embrio pada Senin pagi.

Hari berikutnya, Kondoh masuk rumah sakit dan setelah seminggu, ia meninggal.

“Dan ternyata dia sedang mengandung, tapi suaminya Udon pergi meninggalkannya,” katanya.

“Penghentian yang cukup berat, karena dia harus menggunakan kursi roda untuk mengucapkan selamat tinggal karena dia baru saja menjalani operasi tulang dan tidak boleh berjalan jauh,” katanya.

Perjuangan Papa Udon, atau yang dikenal dengan nama Hajime Kondoh, berakhir saat dia dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 15 Oktober 2024, sekitar pukul 23.33 WIB.

Pada usia 29 tahun, Fanny harus berjuang sendirian untuk mengandung calon anaknya tanpa kehadiran suaminya.

“Aku membayangkan bayi aku nempel di dalam perutmu, dan bayi ini akan melindungi kamu. Iya, aku percaya begitu,” ujar Fanny menirukan pesan suaminya yang ia baca saat penyuntikan embrio terakhir.

“Saat dia sedang menjalani kematian, dia memegang perutku dan berkata ‘Ya Tuhan, peliharalah anak dan istriku, aku tidak memiliki apa-apa jika aku pergi, tetapi jaga istri dan anakku’ padahal itu baru satu minggu kami melakukan transfer embrio, belum mengetahui apakah dia hamil atau tidak,” katanya sambil menangis.

Bahkan sebelum meninggal, Papa Udon telah menyiapkan nama untuk calon putrinya.

“Dia memberi nama Kazuki yang berarti ketenangan dan kebahagiaan bagi banyak orang, di tengah-tengah Musa dan dia oke karena harus ada identitas Muslim,” katanya.

Diketahui Fanny Kondoh adalah seorang selebriti TikTok yang terkenal dengan kegiatan menyumbang sedekah kepada para pengemis di jalanan.

Konten Fanny Kondoh dimulai sejak tahun 2020.

Tahun yang diwarnai oleh wabah Covid-19 di Indonesia.

Masa tersebut membuat Fanny Kondoh berniat mengalokasikan sebagian warisan untuk dijadikan makanan untuk dibagi.

Suami yang sering disapa Papa Udon juga setuju dengan keinginan istrinya.

Sebelum menjadi konten kreator, Fanny Kondoh adalah kasir di Marugame Udon yang membuatnya bertemu dengan Papa Udon.

Namun Fanny memilih mengundurkan diri dan memutuskan untuk aktif di media sosial.

Selain itu, Fanny juga berfokus menemani suaminya yang didiagnosis menderita kanker.

Ia juga bekerja di bidang asuransi dan menjadi duta merek untuk beberapa produk.

Sementara Papa Udon adalah pria berkebangsaan Jepang yang bernama Hajime Kondoh.

Hajime Kondoh merupakan Presiden Direktur (Presdir) Marugame Udon atau Direktur Utama PT Sriboga Marugame Indonesia.

Dia menjabat sebagai CEO sejak 2021. Dia sebelumnya menjabat sebagai General Manager.

Hajime dan Fanny menikah pada tahun 2017. Hajime adalah seorang ayah tiga orang anak ketika menikahi Fanny.

Pada tahun 2024, Hajime Kondoh memutuskan untuk menetap di Indonesia bersama istrinya.

Tapi, sebelum pindah ke Indonesia, ternyata Hajime Kondoh sudah pernah tinggal di beberapa negara.

Ia pernah bekerja dan tinggal di Cina, Korea, Vietnam, Australia, hingga Amerika Serikat.

Hanya saja, Hajime Kondoh lebih memilih tinggal di Indonesia.

Dia membangun rumah tangga dengan Fanny Kondoh, yang juga koleganya di Marugame.

Namun, takdir berkata lain.

Hajime Kondoh meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker kandung kemih sejak tahun 2020.

(*)

google news

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *