Keuangan Habis, Yai Mim Pindah Hotel usai Dikucilkan: Menghibur Diri

Posted on

Kehidupan Yai Mim yang Pindah-pindah di Jakarta

Yai Mim, mantan dosen UIN Malang, mengaku harus tinggal berpindah-pindah di Jakarta setelah diusir dari rumahnya di Malang akibat perseteruan dengan tetangganya, Nurul Sahara. Perseteruan ini bermula dari masalah lahan parkir hingga tuduhan asusila yang menimbulkan kontroversi.

Ia lebih memilih hidup berpindah-pindah demi menjaga ketenangan dan kebahagiaannya. “Sebenernya saya malas pulang ke Malang. Makanya saya ke Jakarta, pindah-pindah, Pak. Saya di hotel ini, kemarin di hotel sana. Pindah dari hotel ke hotel,” ujar Yai Mim dalam tayangan YouTube Uya Kuya TV, Sabtu (4/10/2025).

Meskipun terbatas secara finansial, ia lebih memilih kondisi yang membuatnya bahagia daripada kembali ke Malang dengan rasa tertekan dan diancam. “Saya ingin menghibur diri yang penting aku hidup itu happy,” katanya.

Masalah yang Mengakibatkan Kehidupan Berpindah-pindah

Yai Mim juga menyampaikan bagaimana dirinya mengatur keuangannya dan biaya hidup selama berpindah-pindah hotel. “Sebenarnya gak ada saya uang tuh, uang kok dipakai terus begini ‘nanti gimana uangnya? Udahlah, yang penting bagi saya happy. Daripada pulang penat. Daripada pulang gak tenang. Kenapa? Diancam terus saya,” jelasnya.

Menangis Tak Terima Istri Dituduh Pelecehan

Duduk permasalahan antara dosen nonaktif UIN Malang, Yai Mim dengan tetangganya pemilik rental mobil, Nurul Sahara memasuki babak baru atas tuduhan asusila. Yai Mim selama ini menahan kesabarannya meski dituduh melakukan tindak pencabulan terhadap Sahara.

Namun, tangisnya pecah meluapkan amarahnya ketika sang istri justru ikut dituduh melakukan asusila. Tokoh yang dikenal aktif dalam urusan sosial dan keagamaan itu tampak menangis saat menceritakan kejadian yang menimpa keluarganya.

Dengan suara bergetar, Yai Mim mengaku tidak bisa menerima perlakuan yang diduga dilakukan oleh pihak terkait terhadap istrinya. “Istri saya dituduh main dengan para kiai — main dalam arti zina dengan kiai. Saya walaupun, mohon maaf, saya tidak terima itu, kau hina istriku,” ucap Yai Mim sambil menahan tangis, dalam podcast YouTube Uya Kuya TV, Sabtu (4/10/2025).

Konflik yang Membuat Hidup Yai Mim Tidak Tenang

Yai Mim juga mengungkapkan bahwa Sofyan, suami Sahara lah yang pernah diduga menyentuh istrinya. “Aku lebih nggak terima lagi. Kau hina istriku. istri bagiku segala-galanya dan Pak Sofyan pernah pegang istri saya. Saya nggak pernah pegang istrimu,” lanjutnya dengan nada tegas.

Menurut pengakuannya, dugaan tindakan tak pantas itu bahkan sempat terjadi di tengah keramaian dan terekam dalam video. “Pada saat ramai-ramai, ada videonya. Dia mengatakan kepada saya, ‘Perempuanmu pemain…’ dia tanya, ‘Ada videonya?’ saya jawab, ‘Ada,’” tambahnya.

Pernyataan emosional Yai Mim berlanjut dengan pengakuan bahwa ia dan keluarganya mengalami dampak fisik dan psikologis akibat peristiwa tersebut. Yai Mim mengungkapkan bahwa teriakan yang diarahkan ke arah istrinya membuat telinga sang istri sakit hingga menyebabkan gangguan pendengaran di satu sisi.

“Aku tanya ucapan, terus dia teriak di telinga istri sampai sekarang telinganya sakit,” ujar Yai Mim. “Jadi saya ini budek sebelah,” timpal istri Yai Mim.

Tuduhan yang Menimbulkan Masalah Besar

Meski sempat menahan diri dan “menerima” hal-hal lain, Yai Mim menegaskan bahwa perlakuan terhadap istrinya tidak bisa dibiarkan. Ia menyatakan telah menerima informasi bahwa video-video pribadi mereka ditengarai disebarkan ke sejumlah grup WhatsApp pesantrennya oleh pihak yang disebutnya terkait dengan Sahara.

“Kalau kami berhasil menemukan aspek hukumnya, maka percayalah, Yai Mim ini kesabarannya ada batasnya,” ujar Rose, istri Yai Mim sambil meminta pihak Sahara dan yang terlibat untuk menghentikan penyebaran video tersebut.

Yai Mim tampak menahan emosi saat menyampaikan bahwa dirinya tidak terima atas tuduhan cabul yang diarahkan kepadanya. Dengan suara bergetar, Yai Mim menegaskan bahwa ia telah bersabar menghadapi berbagai masalah, mulai dari persoalan lahan parkir hingga diusir dari rumahnya sendiri.

Namun, ia mengaku tak bisa menahan diri ketika tuduhan itu menyentuh kehormatan dirinya dan istrinya. “Saya sabar saja, masalah parkir, tanah mau diambil, rumah saya mau dibakar—silakan. Tapi tolong, istriku, saya tidak terima ini. Maaf saya,” ucap Yai Mim dalam video tersebut.

Penyelesaian Masalah dengan Pihak Berwenang

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebelumnya didatangi Nurul Sahara, pemilik rental mobil yang berseteru dengan Yai Mim. Seperti diketahui sebelumnya Yai Mim lebih dulu menemui Dedi Mulyadi, kini Sahara juga mengunjungi rumah dinas Dedi Mulyadi.

Dalam momen itu, Sahara menceritakan awal mulanya konflik perseteruannya dengan Yai Mim terjadi. Di hadapan Kang Dedi, Sahara mengungkapkan soal kendaraan rental mobil yang dimilikinya bukan mencapai ratusan juta, namun hanya 12 unit mobil. Sehingga aktivitas bisnis tersebut tidak menimbulkan gangguan di lingkungan sekitar.

Namun, selain isu lahan, perselisihan ini juga diperkeruh dengan pengakuan Sahara, bahwa dirinya sempat mengalami pelecehan dari Yai Mim. Bahkan Sahara mengaku empat kali dilecehkan oleh Yai Mim. Dugaan pelecehan itu berupa ucapan Yai Mim yang dianggap mengganggu Sahara.

“Saya udah gak kuat sampai emosi saya memuncak di dalam, akhirnya dari situ saya nahan. Nah munculah kasus-kasus berikutnya, kasus parkir itu,” ucapnya.

Pengakuan Sahara tentang Dugaan Pelecehan

Sahara juga menjelaskan, soal penyewaan lahan di depan rumah Yai bersifat legal dan terbatas, dilakukan melalui proses akad resmi, dan sepenuhnya digunakan untuk keperluan bisnis rental mobil. Lahan yang disewa bukan rumah atau properti pribadi dari sang dosen, melainkan area tambahan untuk menampung kendaraan rental agar tidak mengganggu aktivitas pemilik rumah.

Menanggapi soal dugaan pelecehan tersebut, lewat Instagram miliknya Kang Dedi berharap perseteruan keduanya bisa diselesaikan dengan baik-baik. “Bincang santai bareng Mbak Sahara, tetangga Yai Mim. Semoga semuanya baik-baik saja. Aamiin,” tulis Kang Dedi, Sabtu (4/10/2025).