Perjalanan Duka Elma Agustina Setelah Kehilangan Suami
Elma Agustina masih terus merasakan kesedihan mendalam setelah kehilangan suaminya, Brigadir Nurhadi. Sebagai anggota Bidang Propam Polda NTB, ia meninggal dunia di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada April 2025 lalu. Kejadian ini memicu perasaan duka yang tak bisa segera dilepaskan oleh Elma dan keluarganya.
Brigadir Nurhadi diduga menjadi korban pembunuhan oleh dua atasannya, yaitu Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra. Mereka kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda NTB. Selain itu, seorang wanita asal Jambi bernama Misri Puspita Sari juga turut terlibat dalam kasus ini. Mereka semua kini sedang menjalani proses hukum terkait tindakan yang dilakukan.
Elma mengungkapkan bahwa awalnya ia sangat syok saat mengetahui suaminya meninggal dalam kondisi tenggelam di kolam renang vila yang berada di Gili Trawangan. Hingga kini, ia masih merasakan rasa sedih yang mendalam atas kepergian sang suami. Kesedihan ini semakin dalam ketika anaknya sering bertanya tentang kepulangan ayahnya. Dengan nada lirih, Elma selalu menjelaskan bahwa ayahnya sudah berada di surga.
“Kadang-kadang (anak) suka nanyain kabar ayahnya. Kapan ayah pulang? Begitu nanyanya,” ujarnya dalam wawancara eksklusif. “Saya selalu jawab kalau ayah sudah di surga. Sudah bahagia di surga.”
Elma sering mengajak anaknya untuk berkunjung ke makam suaminya. Anaknya pun kerap mencium batu nisan yang terpasang di makam Brigadir Nurhadi. Hal ini memberikan kehangatan dan rasa dekat meski suaminya telah pergi.
Selain itu, Elma mengenang sosok Brigadir Nurhadi sebagai pribadi yang baik dan tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Ia mengatakan bahwa sifat baik suaminya tidak pernah berubah sejak masa pacaran. Bahkan, ia memiliki impian yang belum tercapai, seperti membeli rumah dan membangun usaha sendiri. Selain itu, almarhum juga ingin melihat anaknya sukses saat dewasa.
“Kita bikin rumah, usaha sendiri. Terus dia ingin anaknya sukses atau bahkan lebih dari dia. Lalu kalau anaknya ditanya cita-citanya apa, maunya jadi Akpol (polisi). Dari umur dua tahun udah cita-citanya jadi Akpol,” cerita Elma.
Elma juga berharap kepada Polri agar dapat membantu perekonomian keluarganya pasca kepergian suaminya. Ia menilai bahwa suaminya gugur dalam tugas. Sementara itu, ia berharap kepada kedua anaknya agar tumbuh menjadi sosok yang diharapkan dan dicita-citakan oleh almarhum.
Kronologi Kematian Brigadir Nurhadi
Brigadir Nurhadi meninggal setelah diduga dibunuh oleh dua anggota Propam Polda NTB, yaitu Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Sucandra. Selain itu, ada tersangka lain yaitu seorang wanita bernama Misri Puspita Sari. Mereka semua kini telah ditahan dan dijerat dengan Pasal 351 dan 359 KUHP tentang penganiayaan dan kelalaian yang menyebabkan kematian.
Peristiwa tersebut terjadi pada 16 April 2025 ketika Brigadir Nurhadi diajak oleh Kompol Yogi dan Ipda Haris ke sebuah vila di Gili Trawangan, Lombok. Di sana, ia bertemu dengan Misri beserta wanita lainnya berinisial P. Korban diduga diberi obat penenang oleh salah satu tersangka. Sekira pukul 21.00 WITA, Misri melihat Brigadir Nurhadi terapung di kolam renang.
Setelah itu, jasad korban langsung diangkat. Menurut hasil autopsi, Brigadir Nurhadi menderita luka di kepala bagian depan dan belakang yang diduga akibat terbentuk benda tumpul. Selain itu, ditemukan patah lidah yang diduga akibat korban dicekik. Air kolam juga ditemukan di tubuh korban, yang membuktikan bahwa ia meninggal karena tenggelam setelah pingsan.
Peristiwa ini disebut tidak ada saksinya serta tidak terekam kamera CCTV karena vila yang disewa bersifat private. Ketiga tersangka kini sedang menjalani proses hukum dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
