Kala Prabowo Melampaui Capaian Jokowi, Ekonom Terkejut

Posted on

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II/2025 Mencapai 5,12%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2025 mencatatkan angka yang mengejutkan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% secara year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam periode yang sama satu dekade lalu.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II/2025 atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.947 triliun. Sementara itu, PDB atas harga konstan mencapai Rp3.396,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi ini tercatat tumbuh 5,12% dari tahun sebelumnya.

Dari sisi produksi, sektor industri pengolahan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Sektor ini tumbuh sebesar 5,68% (yoy) dengan kontribusi sebesar 18,67% terhadap PDB. Selain itu, sektor perdagangan dan konstruksi juga memberikan kontribusi positif. Sektor manufaktur yang sebelumnya mengalami kontraksi, kini memberikan kontribusi utama terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertanian, meskipun menjadi kontributor terbesar kedua dari sisi produksi, hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,65% (yoy). Meskipun demikian, sektor ini masih menyumbang 13,83% terhadap PDB.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didukung oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 54,25% terhadap PDB. PMTB tumbuh 6,99% (yoy) dengan kontribusi sebesar 27,83%. Ekspor juga memberikan kontribusi sebesar 10,67% (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perbandingan dengan Era Pemerintahan Sebelumnya

Capaian pertumbuhan ekonomi pemerintahan Prabowo Subianto dalam delapan bulan pertama lebih baik dibandingkan era pemerintahan Joko Widodo. Pada kuartal II/2015, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 4,67% (yoy). Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang memengaruhi konsumsi masyarakat.

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kenaikan harga BBM juga terjadi. Pada tahun 2004, harga BBM dinaikkan hingga 100%, yang berdampak pada inflasi yang signifikan. Namun, pertumbuhan ekonomi pada awal pemerintahan SBY lebih tinggi dibandingkan era Jokowi dan Prabowo.

Konsensus Ekonom Meleset

Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 sebesar 5,12% (yoy) melebihi proyeksi 30 ekonom dan lembaga yang dihimpun oleh Bloomberg. Median pertumbuhan PDB kuartal II/2025 tercatat sebesar 4,8% (yoy). Proyeksi tertinggi sebesar 5%, sedangkan proyeksi terendah sebesar 4,6%.

Bank-bank BUMN seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan sebesar 4,79% atau setara dengan nilai rata-rata konsensus para ekonom tersebut. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meramalkan pertumbuhan lebih tinggi yaitu 4,9%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede sebelumnya memperkirakan PDB kuartal II/2025 hanya tumbuh 4,76% (yoy). Dia menyebut data BPS yang dirilis hari ini mengejutkan pasar. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 5,12% (yoy) yang diumumkan oleh BPS memang mengejutkan pasar, terutama karena seluruh estimasi konsensus Bloomberg berada di bawah angka tersebut—bahkan estimasi tertingginya hanya menyentuh 5,0%,” ujar Josua.

Josua menjelaskan bahwa data pertumbuhan yang dirilis BPS tidak hanya melampaui ekspektasi pasar, tetapi juga terjadi di tengah narasi yang kontras. Salah satunya adalah Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona kontraksi selama kuartal tersebut, yakni berkisar 49.

Faktor Penyebab Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun indeks penjualan eceran secara riil masih lemah, masyarakat mulai kembali aktif berbelanja melalui kanal digital, terutama saat momentum Idulfitri maupun libur sekolah. Data transaksi online dari e-commerce dan marketplace tumbuh sebesar 7,55% secara kuartalan, dan konsumsi elektronik (uang elektronik, kartu debit, kredit) tumbuh 6,26% secara tahunan, pada kuartal II/2025.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi 5,12% yang dirilis BPS itu melebihi ekspektasi pasar. Menurutnya, pertumbuhan ini melonjak dari kuartal I/2025 yang hanya 4,87% (yoy). Padahal, perkiraan sebelumnya pertumbuhan bakal melambat pada kuartal II/2025. “[Pertumbuhan] didukung konsumsi rumah tangga yang lebih kuat dan kenaikan aktivitas investasi. Permintaan eksternal juga berkontribusi positif, dengan ekspor terakselerasi jelang penerapan tarif impor AS,” ujar Andry.