Joko Widodo dan Aksi Heroiknya Selamatkan Pasien Gagal Jantung di Tengah Macet Tanjung Priok

Posted on


JAKARTA,

– Ketika sirine tak lagi cukup lantang melawan kemacetan, dan waktu terus berdetak menuntut keputusan cepat, seorang petugas ambulans memilih langkah yang tak biasa.

Di tengah kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang tercekik kendaraan kontainer, suara hati seorang petugas medis menjadi lebih nyaring daripada deru mesin.

Pagi itu, Kamis (17/4/2025), langit Jakarta masih berwarna kelabu ketika Joko Widodo, petugas Ambulans Gawat Darurat (AGD) DKI Jakarta, menerima panggilan darurat.

Ia ditugaskan merujuk seorang pasien gagal jantung dari RSUD Cilincing ke RSUD Koja. Waktu menunjukkan sekitar pukul 05.00 WIB.

Waktu itu di mana harapan dan kegelisahan berjalan beriringan di ruang-ruang UGD.

Perjalanan semula mulus. Jalanan masih lengang hingga arah Bogasari.

Namun harapan itu seketika berubah di depan Pertamina, dekat RSUD Koja. Macet total. Tidak sekadar padat merayap, tapi berhenti total.

“Pas sampai di depan Pertamina dekat RSUD Koja, tiba-tiba macet total,” kata Joko, Jumat (18/4/2025), dikutip dari
TribunJakarta.com
.

Di depan ambulansnya, kontainer besar berdiri seperti tembok. Mesinnya mati, dan itu pertanda buruk yakni antrean tak akan bergerak dalam waktu dekat. Waktu berjalan lambat, tapi napas pasien tak bisa menunggu.

Pilihan di ujung jalan

Ia sempat menunggu, berusaha memberi kesempatan keadaan berubah. Namun detik bergulir tanpa kejelasan, dan suplai oksigen pasien terus menipis.

“Daripada nanti pasien kenapa-kenapa, akhirnya saya putuskan untuk menurunkan pasien dan saya dorong pakai stretcher ke IGD RSUD Koja. Jaraknya sekitar 500 sampai 700 meter,” ujar Joko.

Bersama seorang rekan, Joko melawan logika jalanan Jakarta pagi kala itu. Mereka mendorong pasien yang terbaring lemah di atas kasur beroda, lalu melewati sela-sela truk trailer.

Bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi menunjukkan bahwa kemanusiaan tak boleh kalah oleh kondisi jalanan.

“Alhamdulillah pasien selamat tanpa kendala. Mungkin karena kita cepat dorongnya. Soalnya pasien gagal jantung itu nggak bisa ditunda-tunda, harus segera,” kata Joko, penuh syukur.

Langkah kecil mereka, sepanjang 700 meter, menjadi perpanjangan napas bagi satu jiwa yang bertarung melawan waktu.

Kemacetan yang mengurung Jakarta Utara sejak Rabu (15/4/2025) malam itu belum juga usai.

Volume kendaraan membengkak akibat aktivitas bongkar muat di terminal peti kemas yang melonjak karena keterlambatan tiga kapal.

Jalanan berubah jadi lautan kendaraan besar, sementara Joko dan rekannya melangkah melawan arus, karena bagi mereka, satu nyawa tetap lebih penting dari ribuan kendaraan yang berhenti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *