Fenomena Tidur dalam Kebisingan: Apa yang Membuat Seseorang Merasa Lebih Rileks di Tengah Suara?
Tidur sering dikaitkan dengan suasana tenang dan damai. Namun, tidak semua orang merasa nyaman dalam keheningan. Ada sebagian orang yang justru lebih mudah tertidur ketika lingkungan sekitarnya berisik. Hal ini mungkin terlihat aneh bagi banyak orang, tetapi ternyata ada alasan psikologis yang mendukung kebiasaan tersebut.
Alasan Psikologis di Balik Kebiasaan Tidur dalam Kebisingan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur dalam kebisingan bukanlah kebetulan. Ada mekanisme mental dan emosional yang membuat sebagian orang justru merasa lebih rileks dengan suara-suara sekitar. Berikut beberapa ciri kepribadian dan kondisi psikologis yang mungkin Anda miliki jika hanya bisa tertidur dalam keadaan berisik:
-
Terbiasa Hidup di Lingkungan Ramai
Orang yang tumbuh di daerah perkotaan atau lingkungan penuh aktivitas biasanya terbentuk pola adaptasi khusus. Otak mereka mengasosiasikan suara ramai dengan normalitas. Ketika suasana terlalu sunyi, mereka justru merasa aneh, tidak aman, atau sulit terlelap. -
Mudah Cemas Saat Suasana Terlalu Hening
Keheningan bisa memicu kecemasan pada sebagian individu. Tanpa suara, pikiran menjadi terlalu aktif, membiarkan berbagai kekhawatiran muncul. Kebisingan berfungsi sebagai tameng yang menutupi suara pikiran sendiri, sehingga mereka lebih cepat merasa tenang dan akhirnya tertidur. -
Memiliki Mekanisme Koping yang Unik
Banyak orang menggunakan meditasi atau musik lembut untuk mengatasi stres. Namun, sebagian lain lebih memilih kebisingan sebagai bentuk distraksi dari masalah. Dengan cara ini, tubuh bisa masuk ke mode istirahat meski situasi sekitar tampak ribut bagi orang lain. -
Lebih Nyaman dengan Sensasi Kehadiran Orang Lain
Suara ramai sering dihubungkan dengan adanya orang lain di sekitar. Secara bawah sadar, hal itu menciptakan rasa aman: mereka tidak sendirian. Maka, tidur dalam kebisingan bagi sebagian orang sama artinya dengan tidur ditemani, walau hanya oleh suara-suara dari luar. -
Otak Sulit Mematikan ‘Mode Siaga’
Individu dengan kecenderungan waspada tinggi sering kesulitan memejamkan mata dalam keheningan. Sunyi total membuat otak semakin siaga karena setiap suara kecil akan terdengar mencurigakan. Kebisingan justru berfungsi menutupi suara-suara tak terduga, sehingga sistem saraf merasa lebih aman untuk beristirahat. -
Lebih Kreatif dan Imajinatif
Beberapa penelitian psikologi mengaitkan kebiasaan tidur dengan suara ramai dengan otak yang kreatif. Orang kreatif cenderung memiliki alur pikir yang aktif, sulit berhenti meski sudah berbaring. Kebisingan berperan sebagai latar belakang yang menyalurkan energi mental agar tidak meluber menjadi overthinking. -
Memiliki Pola Tidur yang Fleksibel
Orang yang terbiasa dengan kebisingan biasanya lebih mudah tidur di mana saja—di bus, kereta, atau ruangan penuh orang. Sifat ini membuat mereka punya keunggulan adaptasi: tidak tergantung pada kondisi “sempurna” untuk beristirahat. Hal ini bisa sangat membantu dalam pekerjaan maupun perjalanan jauh.
Kesimpulan
Tertidur hanya saat ada kebisingan bukanlah hal aneh, melainkan cerminan unik dari cara otak dan emosi bekerja. Bisa jadi, Anda terbiasa dengan lingkungan ramai, memiliki mekanisme coping berbeda, atau sekadar merasa lebih aman saat suara sekitar menutupi keheningan. Yang jelas, fenomena ini menunjukkan betapa luar biasanya kemampuan manusia dalam beradaptasi.
Jadi, jika Anda sering merasa baru bisa terlelap ketika TV menyala atau jalanan masih ramai, jangan buru-buru merasa “aneh”. Itu bisa jadi justru pertanda bahwa otak Anda punya cara unik untuk mencari ketenangan di tengah hiruk pikuk dunia.