Mengapa Banyak Orang Terjebak dalam Cyberchondria?
Di era digital saat ini, hampir semua informasi yang kita butuhkan bisa ditemukan hanya dengan mengetikkan beberapa kata di mesin pencari. Termasuk informasi tentang gejala penyakit. Banyak orang yang, ketika merasa tidak nyaman atau mengalami perubahan kecil pada tubuh, langsung membuka Google untuk mencari tahu kemungkinan penyakit yang mereka alami sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Perilaku ini disebut sebagai “cyberchondria”, yang merupakan gabungan antara “cyber” dan “hypochondria”. Cyberchondria menggambarkan situasi di mana seseorang mengalami kecemasan berlebihan akibat pencarian informasi medis secara online. Menurut psikologi, kebiasaan ini tidak hanya sekadar rasa ingin tahu, tetapi juga mencerminkan pola kepribadian tertentu yang mendalam.
Berikut adalah delapan ciri kepribadian yang mungkin Anda miliki jika sering mencari gejala penyakit di Google sebelum bertemu dokter:
-
Kecemasan Tinggi (High Anxiety Sensitivity)
Orang dengan ciri ini cenderung merasa panik terhadap gejala ringan. Mereka mudah mengaitkan sakit kepala dengan tumor otak atau nyeri perut dengan kanker usus karena hasil pencarian internet yang tidak akurat. Kecemasan ini membuat mereka terlalu fokus pada sensasi tubuh dan cepat menyimpulkan hal-hal terburuk. -
Perfeksionis
Individu perfeksionis memiliki kebutuhan tinggi untuk merasa “sempurna”, termasuk dalam hal kesehatan. Mereka ingin mengetahui pasti apa yang sedang terjadi dalam tubuh mereka dan tidak bisa menerima ketidakpastian. Pencarian gejala di Google menjadi upaya mereka untuk mendapatkan jawaban yang cepat dan pasti, meski belum tentu akurat. -
Kebutuhan Kontrol Berlebihan
Mereka yang memiliki kebutuhan besar untuk mengendalikan segala sesuatu dalam hidup biasanya tidak tahan terhadap perasaan tidak tahu. Ketika tubuh terasa aneh, mereka merasa “tidak berdaya”. Mencari tahu lewat Google adalah cara untuk merebut kembali kendali atas situasi tersebut, walau hanya dalam bentuk informasi. -
Sulit Mempercayai Otoritas Medis
Beberapa orang merasa dokter bisa salah, lambat, atau tidak menjelaskan secara lengkap. Maka dari itu, mereka memilih mencari tahu sendiri terlebih dahulu. Kepribadian seperti ini cenderung skeptis terhadap otoritas dan merasa harus memverifikasi sendiri segala informasi medis sebelum mempercayainya. -
Overthinker (Pemikir Berlebihan)
Jika Anda sering terjebak dalam pusaran pikiran “bagaimana jika…”, kemungkinan Anda termasuk dalam kategori overthinker. Pikiran Anda bisa bergulir dari satu asumsi ke asumsi lain yang makin menakutkan. Mesin pencari seperti Google menjadi bahan bakar kekhawatiran Anda. Alih-alih tenang setelah membaca informasi, Anda malah semakin bingung dan takut. -
Sensitif terhadap Rasa Sakit atau Ketidaknyamanan
Beberapa orang memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap perubahan kecil dalam tubuh. Rasa nyeri sedikit saja bisa terasa besar, dan ini membuat mereka segera ingin tahu penyebabnya. Kepribadian ini membuat mereka cepat bereaksi dan terdorong mencari informasi sesegera mungkin agar merasa tenang. -
Mudah Terpengaruh oleh Cerita Orang Lain
Ada juga kepribadian yang sangat sugestif—mudah terpengaruh oleh cerita orang lain, khususnya di media sosial atau forum diskusi. Mereka membaca cerita seseorang tentang gejala yang mirip, lalu langsung merasa bahwa mereka juga mungkin mengalami hal yang sama. Internet memperbesar efek ini karena cerita yang ekstrem sering kali lebih mencolok. -
Kurang Percaya Diri dalam Mengenali Tubuh Sendiri
Terakhir, orang yang sering mencari gejala penyakit di Google cenderung memiliki kepercayaan diri rendah terhadap kemampuan mereka memahami tubuh mereka sendiri. Mereka merasa tidak mampu membaca sinyal tubuh atau membedakan antara gejala ringan dan serius. Maka, mereka bergantung pada pencarian digital untuk “menerjemahkan” apa yang sedang mereka rasakan.
Kesimpulan: Mencari Informasi Itu Baik, Tapi Jangan Jadi Kebiasaan yang Mengganggu
Mencari informasi medis secara online memang bisa membantu untuk edukasi dasar. Namun, saat kebiasaan ini didorong oleh kecemasan berlebihan, kurangnya kepercayaan diri, dan kebutuhan kontrol yang ekstrem, maka yang terjadi bukan klarifikasi, melainkan kepanikan.
Jika Anda merasa sering cemas setelah membaca informasi kesehatan di internet, mungkin sudah saatnya Anda meninjau kembali pendekatan Anda terhadap kesehatan. Konsultasi langsung dengan tenaga medis profesional akan memberikan informasi yang lebih akurat dan menenangkan. Dan jika perilaku ini sudah mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, tidak ada salahnya mencari bantuan psikolog untuk memahami lebih dalam kecemasan yang Anda alami.
Ingatlah: Tubuh Anda adalah sistem yang kompleks, dan Google bukanlah dokter. Dengarkan tubuh Anda, tapi percayakan diagnosa pada ahlinya.
