Presiden RI Minta Peningkatan Jumlah Dokter Gigi di Indonesia
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan instruksi kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk meningkatkan jumlah dokter gigi di seluruh wilayah Indonesia. Instruksi ini diberikan setelah menerima laporan mengenai pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) sekolah dari Menkes di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa (5/8/2025) malam.
CKG merupakan program pemeriksaan kesehatan yang ditujukan untuk anak usia sekolah, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko kesehatan, mendeteksi dini kondisi pra penyakit, serta menemukan penyakit lebih awal. Program ini telah resmi dimulai di sejumlah wilayah pada Senin (4/8/2025), dan hasilnya menunjukkan bahwa masalah gigi menjadi fokus utama dalam pemeriksaan.
Menkes menyampaikan bahwa Presiden sangat memperhatikan hasil CKG, terutama soal kesehatan gigi yang dinilai masih buruk. “Beliau ingin dipastikan tindak lanjutnya gimana,” ujar Budi Gunadi Sadikin. Ia juga menjelaskan bahwa dari 10.000 puskesmas, sekitar 600 tidak memiliki dokter umum, sementara 4.000 tidak memiliki dokter gigi. Hal ini menjadi tantangan besar dalam upaya memperbaiki kesehatan gigi masyarakat.
Peran Dokter Gigi dalam Program CKG
Dalam program CKG, pemeriksaan kesehatan gigi menjadi salah satu bagian penting. Cek gigi secara rutin membantu mendeteksi masalah gigi dan gusi dalam tahap awal. Jika ditemukan lubang kecil pada gigi, dokter gigi bisa langsung melakukan penambalan agar gigi tidak sampai keropos. Selain itu, dokter gigi juga dapat memberikan saran bagi pasien jika diperlukan pemeriksaan lanjutan oleh spesialis lain.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk sekolah diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada 4 Agustus 2025. Program ini menyasar 53,8 juta siswa di lebih dari 282 ribu sekolah, mulai dari SD/MI hingga SMA/SMK/MA, SLB, Pesantren, dan Sekolah Rakyat. Para siswa dapat memeriksakan kesehatan secara menyeluruh tanpa biaya dan tanpa mengganggu aktivitas belajar mengajar.
Sejak peluncuran program tersebut, CKG telah mencakup 17 juta siswa. Presiden berharap target pencapaian bisa mencapai 20 juta siswa pada 17 Agustus, sebagai bentuk pencapaian yang baik.
Fokus pada Pembangunan Rumah Sakit di Wilayah Terpencil
Selain CKG, pembangunan rumah sakit di wilayah-wilayah terpencil juga menjadi prioritas utama. Dari total 32 rumah sakit yang direncanakan, 22 sudah dilakukan peletakan batu pertama. Sisanya akan dilanjutkan di paruh kedua tahun ini. Harapan terbesar adalah sebanyak 12 hingga 15 rumah sakit bisa selesai dalam tahun ini, terutama di daerah seperti Reda Bolo, Borong, Konawe, Buton, Anambas, Taliabu, dan Nias.
Presiden berharap semua kabupaten dan kota di Indonesia memiliki fasilitas rumah sakit yang memadai. Hal ini menjadi langkah penting dalam memastikan akses layanan kesehatan yang merata dan berkualitas.
Jenis Pemeriksaan dalam CKG Sekolah
CKG sekolah mencakup berbagai jenis pemeriksaan sesuai kelompok umur dan jenjang pendidikan. Berikut beberapa contoh:
- Anak SD (Usia 7–12 Tahun):
- Status gizi
- Tekanan darah dan gula darah
- Pemeriksaan telinga, mata, dan gigi
- TB dan pemeriksaan hati (Hepatitis B)
- Kesehatan jiwa dan reproduksi (kelas 4–6)
- Deteksi dini merokok (kelas 5–6)
- Aktivitas fisik (kelas 4–6)
-
Riwayat imunisasi (kelas 1)
-
Anak SMP (Usia 13–15 Tahun):
- Status gizi dan tingkat aktivitas fisik
- Merokok, tekanan darah, gula darah
- Tuberkulosis, talasemia, anemia (kelas 7)
- Telinga, mata, gigi
- Jiwa dan kesehatan reproduksi
- Pemeriksaan hati (Hepatitis B dan C)
-
Riwayat imunisasi HPV (siswi kelas 9)
-
Anak SMA (Usia 16–17 Tahun):
- Pemeriksaan umum dan lanjutan
- Anemia remaja putri (kelas 10)
- Hepatitis B dan C
- Kesehatan jiwa dan reproduksi
Program ini tidak hanya berfokus pada siswa yang sedang bersekolah, tetapi juga mencakup anak usia 7–17 tahun di luar satuan pendidikan. Dengan demikian, CKG menjadi salah satu inisiatif penting dalam memastikan kesehatan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.


