) sebagai program gagal.
Hanya omong kosong menyamakan hal itu seperi US$20 miliar atau setara Rp325,94 triliun (asumsi Rp16.297 per dolar AS).
Hashim menceritakan bahwa dirinya bertemu dengan utusan khusus dari Presiden Amerika Serikat (AS) bernama John Podesta di Baku, Azerbaijan beberapa waktu lalu. Hashim mengatakan Ashini menanyakan kelanjutan JETP.
Namun, Hashim menyatakan, JETP gagal karena tidak ada satu dolar pun dana dari AS yang dialirkan untuk Indonesia guna mengubah energi. Ini termasuk alokasi dana US$5 miliar dalam total komitmen JETP yang sama sekali tidak ada yang tersalurkan.
Sementara itu, ya, itu hibah US$5 miliar. Tidak ada dalam US$20 miliar, itu ada khusus dalam program JETP yaitu US$5 miliar akan hibahkan if dana ada,” tukas Hashim di acara ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025).
Di Indonesia, termasuk PT PLN (Persero), Hashim kemudian mendapat konfirmasi bahwa memang benar tidak ada dana JETP yang masuk ke RI.
“Setelah dicek kapan bisa dihibahkan. ‘Siap’ mereka bilang oh maaf tidak tersedia. Ini realita Pak. Yang saya dengar dari kawan-kawan PLN. Ya. So, ini saya kira kita jangan harapan ya US$20 miliar,” ucap Hashim.
Pada saat yang sama, Wakil Presiden Eksekutif Transisi Energi dan Keberlanjutan PLN Kamia Handayani mengkonfirmasi pendapat Hashim. Kamia menyatakan bahwa tidak ada anggaran dari JETP yang masuk untuk mendanai proyek transisi energi PLN.
“Ini benar kata Pak Hashim tadi, JETP memang belum secara langsung mendanai proyek dari PLN,” katanya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan dana transisi energi dari skema JETP untuk Indonesia baru saja masuk sebesar AS$500 juta atau Rp7,76 triliun (dengan diasumsikan nilai tukar Rp15.521) pada Agustus 2024 yang silam.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyatakan bahwa dana tersebut merupakan bantuan dari Uni Eropa dan International Partners Group (IPG) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang.
“Ada dua yang berasal dari Uni Eropa, telah menerima SMI, kemudian yang satu lagi dari IPG, dengan negara United States [AS]. Uni Eropa kalau tidak salah sebesar US$500 juta,” kata Dadan saat diwawancarai di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Dadan menyampaikan, dana dari dua sumber tersebut langsung dialokasikan kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang merupakan pengelola dana JETP, untuk proyek panas bumi (geothermal).
“Saya dimintakan oleh pemerintah untuk membuat rencana strategis energi nasional. Jangan lupa juga diarahkan ke SMI untuk proyek geotermal,” kata Dadan.