Tahun ini, Hari Perempuan Internasional mengusung tema “Pihak Berperan untuk Perubahan” (IWD 2023: DigitALL: Innovation & Technology for Gender Equality).
Tahun ini, isu kesetaraan gender masih menjadi perbincangan hangat dalam perayaan Hari Perempuan Internasional 2025, Ibu. Menurut data, kemajuan kesetaraan gender bagi perempuan di Indonesia sudah terlihat, tetapi masih perlu semakin cepat.
Di Kantor PBB di Jakarta, Kamis (6 Maret 2025).
Survei global PBB ‘We the Women’ yang dilakukan tahun lalu menunjukkan, tiga perempuan dari empat di Indonesia percaya bahwa dalam lima tahun ke depan, kondisi mereka akan lebih baik. Sementara itu, lebih dari dua pertiga menyatakan bahwa mereka memiliki kendali atas masa depan mereka.
“Di balik kesulitan yang ada, kita tidak boleh melupakan gambaran yang lebih besar, bahwa mayoritas perempuan Indonesia optimis terhadap masa depan mereka,” kata Gita.
Angka Kesetaraan Gender di Indonesia Masih Rendah, Ternyata Ini Fakta yang Membangkinkannya
|
Progess keseimbangan gender di dunia dan Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Kepala Program UN Women, Dwi Yuliawati, menjelaskan beberapa kemajuan dalam kesetaraan gender di dunia. Menurutnya, saat ini sudah banyak perempuan yang terlibat dalam berbagai sektor, termasuk politik formal, pendidikan, industri, dan dunia bisnis.
“Dari sisi politik, banyak perempuan sudah menjadi pemimpin, seperti memimpin perusahaan dan industri. Banyak negara sekarang sudah memiliki undang-undang yang melindungi perempuan dari kekerasan. Di Indonesia, pendidikan bagi perempuan juga sudah berkembang,” kata Dwi.
“Salah satu kemajuan besar adalah aktivitas muda-mudi, terutama muda-mudi perempuan, yang mendukung kesetaraan gender,” katanya.
Meski sudah mengalami kemajuan, tapi ada beberapa hal yang perlu dipahami. Kemajuan yang terjadi tidak cukup cepat, Bunda.
“Selama 20 tahun, partisipasi tenaga kerja perempuan masih stagnan. Lalu, membutuhkan waktu 137 tahun bagi perempuan dan anak perempuan untuk terbebas dari kemiskinan ekstrem,” ujar Dwi.
Selain itu, kemajuan teknologi juga dapat membahayakan perempuan. Dwi mengatakan bahwa kemajuan teknologi seperti dua sisi mata uang yang dapat memberikan keuntungan, tetapi pada saat bersamaan juga dapat merugikan perempuan.
“Kemajuan teknologi memberikan dua sisi mata uang, ada kemungkinan perempuan menikmati dan mendapatkan manfaatnya, tapi ini juga bisa menjadi platform untuk melakukan kekerasan,” jelasnya.
Kesempatan yang tidak setara antara pria dan wanita masih terjadi di Indonesia
sampai saat ini, data masih menunjukkan adanya kesenjangan gender di Indonesia, Bunda. Spesialis Gender dari UNDP, Agnes Gurning, mengatakan bahwa angka Indeks Ketimpangan Gender (IKG) tahun 2023 memang menunjukkan perbaikan dalam kesetaraan gender di Indonesia. Namun, ada beberapa komponen yang perlu dilihat lagi, seperti kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan, dan pasar tenaga kerja.
Pada aspek kesehatan reproduksi, data menunjukkan bahwa 0,258 persentase perempuan berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak pertama berusia kurang dari 20 tahun. Di sisi lain, sekitar 12% atau 0,126 perempuan di rentang usia tersebut melahirkan tanpa fasilitas kesehatan.
“Itu berarti fasilitas kesehatan belum dapat dijangkau oleh semua perempuan atau ibu hamil,” ujar Agnes.
Pada dimensi pemberdayaan, komposisi anggota legislatif perempuan sekitar 22,14 persen. Sementara itu, proporsi penduduk yang memiliki pendidikan SMA ke atas untuk perempuan masih di angka 37,60 persen.
Terakhir adalah dimensi pasar tenaga kerja. Menurut IKG, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 54,52 persen, sedangkan laki-laki mencapai 84,26 persen.
Demikian laporan tentang kemajuan kesetaraan gender di Indonesia selama beberapa tahun terakhir yang disampaikan PBB di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ibu.
Pilihan Redaksi
|
Gratis!