Flu Singapura Bukan Hanya Menyerang Anak-Anak
Flu Singapura, atau secara medis dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), sering dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang anak-anak. Namun, ternyata, virus ini bisa menjangkiti berbagai kelompok usia, termasuk orang dewasa. Penyakit ini pertama kali dikenali di Singapura pada tahun 1970 dan sempat menjadi wabah besar pada tahun 2000.
Dr. Fatimah Mayasari, Sp.A, seorang dokter spesialis anak dari RSUP Surakarta, menjelaskan bahwa meskipun mayoritas kasus HFMD terjadi pada anak di bawah lima tahun, tidak menutup kemungkinan anak usia sekolah hingga orang dewasa juga bisa tertular. Pada kelompok rentan, infeksi biasanya terjadi antara bayi hingga usia 5 tahun. Namun, ia menegaskan bahwa anak hingga usia 10 tahun dan bahkan orang dewasa juga bisa terinfeksi virus ini.
Gejala HFMD pada Orang Dewasa
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa pada orang dewasa, HFMD sering muncul tanpa gejala. Kondisi ini disebut asimptomatik, artinya seseorang tidak merasakan gejala apa pun. Namun, hal ini tidak berarti tidak berbahaya. Orang dewasa yang terinfeksi dapat menjadi pembawa virus yang menyebar ke lingkungan sekitarnya, termasuk anak-anak atau kelompok rentan lainnya.
Dibandingkan dengan flu biasa, HFMD memiliki pola gejala yang khas. Awalnya, penderita mungkin mengalami demam dan rasa tidak nyaman di tubuh seperti pegal atau nyeri otot. Setelah 1–2 hari, akan muncul bintik-bintik kemerahan di area mulut, seperti langit-langit dan tenggorokan. Bintik-bintik ini bisa pecah menjadi luka sakit di mulut. Selanjutnya, ruam atau lenting muncul di tangan dan kaki, serta bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti pantat, lipatan paha, lengan, dan tungkai.
Tidak semua ruam akan pecah. Beberapa tetap berbentuk bintik merah utuh, sementara yang lain melepuh. Tingkat keparahan gejala sangat bervariasi antar individu.
Komplikasi yang Mengancam
Meski HFMD umumnya bergejala ringan, penyakit ini bisa menyebar ke area lain dan menyebabkan komplikasi serius. Dalam kasus tertentu, HFMD dapat menyebabkan kejang, kelumpuhan, meningitis, radang otak (ensefalitis), bahkan kegagalan jantung dan paru-paru. Karena itu, meskipun banyak kasus sembuh sendiri, kewaspadaan tetap diperlukan.
Pencegahan Melalui PHBS
Untuk mencegah penyebaran HFMD, dr. Fatimah menyarankan agar anak-anak yang sedang mengalami gejala tidak masuk sekolah selama minimal tujuh hari sejak gejala pertama muncul. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran virus ke lingkungan sekitarnya.
Selain itu, pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diterapkan di rumah, sekolah, maupun tempat penitipan anak. Salah satu langkah sederhana namun efektif adalah membiasakan cuci tangan menggunakan sabun, terutama setelah buang air, sebelum makan, dan setelah bermain. Orang dewasa yang sedang batuk atau pilek juga disarankan untuk menutup mulut saat bersin dan segera mencuci tangan.
Anak-anak perlu diajarkan untuk tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, serta tidak berbagi alat makan dengan teman. Meski HFMD lebih umum pada anak-anak dan biasanya ringan, risiko penyebaran cepat dan kemungkinan komplikasi berat membuat penyakit ini perlu diwaspadai oleh semua kalangan.
