Laporan Wartawan , Ines Noviadzani
Usai lama vakum dari dunia hiburan, Epy Kusnandar kini kembali jalani syuting film. Sebelumnya aktor yang dikenal karena peran “Kang Mus” ini telah vakum selama 2 tahun lamanya.
Dilansir dari Kompas.com, sang istri, Karina Ranau mengungkapkan alasan Epy Kusnandar kembali mengambil tawaran syuting setelah vakum cukup lama. Rupanya ia ingin sang suami melepaskan identitas “Kang Mus” yang selama ini melekat pada diri suaminya.
Epy ingin dikenal sebagai dirinya sendiri dengan citra baru yang lebih beragam. Karakter “Kang Mus” sendiri merupakan karakter yang ada dalam sinetron Preman Pensiun.
“Emang dia kepengin ya kita tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu ya, dia itu kepengin move on dari yang orang-orang tahu sebenarnya hanya kang kang kang aja. ‘Saya pengin jadi Epy Kusnandar, pengin citra baru,” ujar Karina.
“Jadi dia bilang ‘ya udah saya lagi tertantang pengin main film’ karena kan berbagai macam karakter yang menantang,” tambahnya.
Selain tertantang untuk kembali di dunia perfilman, Epy Kusnandar juga ingin dikenal dengan karakter lain seperti “Kang Mus” yang selama ini melekat pada dirinya.
Epy Kusnandar dan Karina Ranau Berjualan Takjil saat Ramadan
Epy dan sang istri berjualan takjil di bazar Ramadan yang digelar Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
Epy Kusnandar tampak tak terlibat langsung di lokasi berjualan lantaran sibuk dengan urusan syuting. Namun Karina Ranau terlihat cekatan menata dagangan berbagai jenis takjil yang dijualnya.
“Karena Epy lagi syuting, jadi aku sendiri yang jualan,” ujar Karina.
Namun tentu saja Karina tak mengurus dagangannya sendiri, ia dibantu oleh empat orang pegawai yang ikut menjajakan lebih dari 10 jenis takjil yang berbeda. Di antaranya ada kolak, gorengan, piscok, hingga kue-kue.
Karina mengatakan jika kegiatan berjualan takjil selama Ramadan sudah dijaninya dengan Epy sejak 10 tahun yang lalu. Hal ini seperti sudah menjadi tradisi tak tertulis.
“Biasanya dagang makanan berat, cuma kalau puasa gini jarang yang beli. Melihat antusiasnya berburu takjil, akhirnya jualan takjil,” jelas Karina.
Untuk mempermudah transaksi jual belinya, Karina membuat inovasi QRIS yang dikenakan di kepalanya sebagai bando.
“Biar mempermudah orang aja buat bayar. Kalau di baju, kata Kang Epy kurang sopan. Akhirnya bentuk bando seperti ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, omzet berjualan takjil dapat mencapai Rp 10 hingga 15 juta setiap harinya.
“Hari pertama bisa tembus Rp 10 sampai Rp 15 juta, setelahnya sih naik turun, tapi alhamdulillah, kami syukuri saja,” jelasnya.
Dengan antusiasme tinggi, aktivitas positif berjualan takjil di bulan Ramadan membawa keuntungan bagi Epy Kusnandar dan Karina Ranau.
(*)