Kondisi Kesehatan Jokowi yang Menjadi Perhatian Publik
Beberapa waktu terakhir, kondisi kesehatan mantan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) menjadi sorotan masyarakat. Banyak pihak memperhatikan perubahan yang terjadi pada wajah dan tubuhnya, termasuk bengkak di bagian muka dan leher serta kulit kaki yang memerah. Perubahan tersebut membuat publik berspekulasi mengenai penyebabnya.
Dokter Tifa, seorang ahli saraf nutrisi dan pegiat media sosial, menyampaikan pendapatnya tentang kondisi Jokowi. Ia menilai bahwa penanganan penyakit yang dialami oleh Jokowi belum menunjukkan kemajuan. Penyakit tersebut sudah menyerang sejak akhir April 2025 atau sekitar lima bulan lalu. Dokter Tifa menyebut bahwa penyakit kulit yang diderita Jokowi adalah penyakit autoimun, yang tidak hanya menyerang kulit tetapi juga menggerogoti tubuh secara keseluruhan.
“Kondisi ini sangat serius, jangan dikira cuma kudisan,” ujarnya dalam tweet yang viral di media sosial. Postingan tersebut mendapat respons beragam dari masyarakat, baik pro maupun kontra.
Perubahan Wajah dan Spekulasi
Dalam sebuah foto yang dibagikan oleh akun X @Tan_Mar3M pada Sabtu (4/10/2025), wajah Jokowi terlihat lebih cerah dan putih dibandingkan sebelumnya. Hal ini memicu spekulasi mengenai apakah perubahan tersebut disebabkan oleh efek kamera, pencahayaan, atau kondisi kesehatan tertentu. Tidak hanya Jokowi, Iriana juga tampak memiliki rona kulit yang lebih terang, sehingga banyak orang bertanya-tanya tentang alasan di balik perubahan tersebut.
Kehebohan di media sosial semakin meningkat ketika Jokowi tidak hadir dalam acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-80 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2025). Ketidakhadirannya menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat dan media, karena biasanya acara nasional seperti ini selalu dihadiri oleh para petinggi negara.
Penjelasan Ajudan Jokowi
Tidak lama setelah kehebohan tersebut, klarifikasi resmi datang dari ajudan pribadi Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah. Dalam keterangan tertulis yang diberikan kepada awak media, ia menyampaikan bahwa Jokowi sedang menjalani proses pemulihan dan dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan di luar ruangan yang terkena panas.
Penjelasan ini seolah membenarkan bahwa kondisi kesehatan Jokowi masih dalam masa pemulihan yang cukup serius. Kompol Syarif juga menegaskan bahwa ketidakhadiran Jokowi bukan disebabkan oleh alasan politis, melainkan murni karena pertimbangan medis.
Penyebab Kondisi Kesehatan Jokowi
Sebelumnya, Jokowi sempat mengalami iritasi kulit akibat alergi, yang muncul setelah ia kembali dari kunjungan diplomatik ke Vatikan beberapa bulan lalu. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka menghadiri pemakaman Paus Fransiskus pada 26 April 2025, mewakili Pemerintah Republik Indonesia.
Setelah kembali dari perjalanan internasional tersebut, muncul gejala kulit kemerahan pada wajah dan leher Jokowi, yang terlihat jelas saat ia mengikuti beberapa agenda resmi kenegaraan. Beberapa warganet bahkan membandingkan foto-foto lama Jokowi dengan foto terbaru, dan menduga adanya perubahan drastis akibat pengobatan tertentu atau penyakit kulit.
Dugaan Mengenai Penyakit Langka
Isu semakin memanas ketika muncul dugaan bahwa Jokowi mungkin mengidap penyakit langka seperti Stevens-Johnson Syndrome (SJS). Penyakit SJS merupakan kondisi langka yang serius, ditandai dengan melepuh dan mengelupasnya kulit serta dapat berdampak pada selaput lendir seperti mulut dan mata.
Namun dugaan itu segera dibantah oleh pihak Istana, yang menyebut bahwa kondisi Jokowi tidak separah itu dan tidak berkaitan dengan SJS. Kompol Syarif juga menegaskan bahwa “Jokowi tetap menjalankan aktivitasnya dengan normal dan tidak ada tanda-tanda sakit serius.”
Tuduhan Dokter Tifa Dibantah
Tuduhan dokter Tifa yang menyebut Jokowi terkena autoimun dibantah oleh Ajudan Mantan Presiden Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah. Syarif mengatakan bahwa Jokowi hanya terkena alergi kulit. Hal itu membuat Jokowi tidak bisa hadir di acara Hari Kesaktian Pancasila.
“Betul, tidak hadir. Beliau masih proses penyembuhan dari alergi kulit,” ungkap Kompol Syarif saat dihubungi Senin.
Apa Itu Alergi Kulit?
Alergi kulit adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya (alergen), seperti bulu hewan, sabun, atau makanan, sehingga memicu gejala pada kulit seperti gatal, kemerahan, bengkak, ruam, atau bersisik.
Reaksi ini dapat terjadi karena kontak langsung dengan alergen pada kulit atau karena konsumsi zat yang mengandung alergen.
Penyebab Alergi Kulit
Alergi kulit disebabkan oleh aktivasi sistem kekebalan tubuh yang menganggap alergen sebagai ancaman, meskipun alergen tersebut biasanya tidak berbahaya. Pemicu alergi (alergen) bisa berupa:
- Zat Eksternal: Kontak dengan bulu hewan, nikel (dalam perhiasan), lateks, sabun, deterjen, atau parfum.
- Makanan dan Obat-obatan: Konsumsi makanan seperti telur, susu, kacang-kacangan, atau obat-obatan tertentu dapat memicu reaksi alergi.
- Faktor Lingkungan: Serbuk sari, gigitan serangga, atau bahkan faktor genetik juga bisa menjadi pemicu.
Gejala Umum Alergi Kulit
Gejala alergi kulit dapat bervariasi, namun yang paling umum meliputi:
- Gatal: yang berlebihan.
- Kemerahan: atau ruam pada kulit.
- Pembengkakan: (angioedema), terutama pada bibir atau kelopak mata.
- Ruam atau bercak kasar.
- Kulit kering, bersisik, atau mengelupas.
Jenis-jenis Alergi Kulit
Beberapa jenis alergi kulit yang umum antara lain:
- Dermatitis Kontak: Reaksi setelah kulit bersentuhan langsung dengan alergen, seperti sabun atau nikel.
- Eksim (Dermatitis Atopik): Kondisi kulit yang menyebabkan kulit kering, gatal, dan rentan terhadap iritasi.
- Urtikaria (Biduran): Munculnya benjolan atau bercak merah yang gatal di kulit.
- Angioedema: Pembengkakan di jaringan di bawah kulit, seperti pada bibir, yang dapat menyebabkan sesak napas jika terjadi di tenggorokan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala alergi kulit yang parah atau tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.


