Perjalanan Menulis yang Berawal dari PasarModern.com
Sejak awal mengenal PasarModern.com, rasanya ingin terus bernostalgia. Mengingat masa-masa duduk di bangku perkuliahan, penulisan jurnal, hingga memulai karir dan berkembang. Tahun lalu, saya menyebut PasarModern.com sebagai rumah kedua untuk pulang dan bercerita, setelah capek lalu-lalang di tempat buku. Sekarang, agaknya bertambah, menjadi penghubung dalam berkarir dan menyulam cita-cita.
Pada 2019, saya pertama kali mampir ke PasarModern.com. Saat itu, saya baru saja lahir ke dunia yang katanya apa-apa serba mandiri, alias baru lulus sekolah dan beranjak untuk berkuliah. Di ajak nulis di PasarModern.com, yang masih gabung dengan akun rekan dan senior. Terbiasa menulis di buku, kagok jika disuruh menulis untuk publik. Alhasil, saya cukup menyumbang puisi. Lupa bulan, kala itu selalu disapa baik oleh Alm. Pak Evri (Evridus Mangung). Selanjutnya? Yoo ngilang. Hanya jadi pembaca tok.
Efek Positif dari PasarModern.com dalam Kehidupan Akademik
Di tahun 2022, rupanya seangkatan Ilmu Komunikasi tempat saya berkuliah diwajibkan untuk memilih media: untuk membagikan karya dan reportase, plus menjadi tabungan untuk magang. Saya diarahkan memilih PasarModern.com sebagai media ketiga tempat saya menulis.
Sebelum diarahkan, ada satu mata kuliah yang mengupas habis tentang media, salah satunya PasarModern.com. Ya, PasarModern.com masuk pembahasan materi dan menjadi yang paling banyak diminati rekan-rekan saat itu. Belum ada yang spesial, selain rasa lega setelah setoran tulisan untuk penilaian. Tapi, ada satu pesan yang selalu saya ingat ketika ingin menulis, yaitu benih. Benih yang ditanamkan oleh Bu Dosen, ialah jauhkan niat hanya untuk mendapatkan uang. Apalagi headline, lho… “utamakan patuh kode etik jurnalistik, sekalipun ada di platform jurnalisme warga,” begitu pesannya.
Dari situ, saya keluar kandang. Semula hanya dengan buku, jadi lebih terbuka. Lagi-lagi, saya nggak tertarik belajar bagaimana caranya agar mendapatkan viewers banyak, uang, apalagi headline. Dulu, nggak ngerti apa itu artikel pilihan dan utama. Waktunya nulis ya nulis aja. Berlajarnya, dibagian isi. Semua masih didikte dosen: dari mulai gali pengamatan sehari-hari, pengalaman atau bidang yang sudah dikuasai, sampai reportase saat ada peristiwa tertentu.
Sampai-sampai dosen dan kakak saya bilang, “Nulis apa aja, sebisanya. Digali, dicoba, diselami. Nanti juga bakal nemuin jodohnya: ada dibidang mana, gaya penulisan pun dengan sendirinya akan nemuin posisi nyamannya.”
Membuka Cakrawala Baru di Dunia Penulisan
Akhirnya saya ikuti dan baru menyadari setelah benar-benar menjalaninya: menulis dan terus menulis. Ada struktur dan celah, kenyamanan bidang, rasa, deterrence topik tertentu, jadwal menulis dan terbit, yang akhirnya sinkron dan bisa dikelola. Berbuahnya pada masa-masa akhir kuliah, jadi memudahkan kala menyusun skripsi. Nggak lagi bingung saat kehabisan bahan sekalipun kosakata, dan pengerjaan jauh lebih cepat dari target.
Setiap menulis, saya selalu mengutamakan kedalaman materi. Pelajaran itu pula yang saya terapkan saat skripsi. Efeknya, ada pemahaman dan kedalaman yang dirasa pembimbing berbeda. Alhasil, masih jauh dari waktu pengumpulan sudah diminta lebih dulu untuk dikumpulkan.
Kabar baiknya, ternyata hasil karya saya diminta untuk dipresentasikan di salah satu seminar internasional di Pekan Baru. Setelahnya, berlanjut diangkat ke jurnal internasional yang pada saat itu diselenggarakan di Bali. Sampai ada dititik itu, saya merasa efek dominannya dari PasarModern.com. Penulisan fiksi dan non-fiksi saya jadikan satu untuk sisi gaya bahasa. Sedangkan isi, saya mengikuti ritme seperti sedang menulis di PasarModern.com.
Perjalanan Menulis di Luar Negeri
Gongnya ialah pada PasarModern.com Awards 2024. Dihadiahi piagam Best In Opinion oleh PasarModern.com. Serupa ketika membaca perjalanan Mba Tutut. Dulu saya hanya berani di kandang: buku, buku, dan buku, giliran keluar ya puisi tok. Kini, terlatih menulis artikel dan bertemu bidang ternyaman, sesekali mampir ke Kompas.com.
Setelah melewati malam penganugerahan, saya mengira perjalanan menulis akan berhenti begitu saja atau menetap di PasarModern.com seperti biasanya. Ternyata salah dan jauh dari angan-angan itu. Sebulan setelah awards, desember 2024, saya dihubungi oleh Tim Marketing dari Perusahaan Software yang berbasis di London, Inggris. Menawarkan kerja sama dan promosi. Saat dihubungi ada nama PasarModern.com di sana.
Negosiasi memakan waktu cukup panjang hingga januari. Banyak ketakutan dan pertimbangan. Dari mulai bahasa dan peraturan yang agak sulit untuk bisa diterima. Alhasil, setelah pertimbangan panjang, saya menolak. Tapi rupanya, salah satu utusan tim tetap menghubungi dan memberikan penawaran baru, menjadi penulis untuk perusahaannya.
Adaptasi dan Pengalaman Baru
Kebimbangan kedua hadir kembali, setelah adanya pilihan yang wajib ditetapkan: satu diantaranya pilihan sebagai ghost writer (nggak akan ada nama, yang artinya semua tulisan akan menjadi milik perusahaan). Dengan pertimbangan panjang, betul saja saya memilih ghost writer. Menyoal bahasa, saya tetap diminta menulis menggunakan bahasa Indonesia dan akan dialih bahasakan oleh tim. Yap, kekurangan saya ada pada bahasa asing, yang belepetan.
Lantas, kok mau ya mempekerjakan orang yang belepetan bahasa asingnya? Jauh lagi di negeri orang. Saya pun juga bertanya-tanya. Akhirnya, saya tanya beneran. Saya menyapanya Mr. Parc, beliau memberitahu bahwa rupanya jejak saya sudah diikuti lebih dulu melalui Linkedin dan Getty Images (tempat di mana saya melabuhkan karya-karya fotografi). Di 2024 memang pernah terjadi wawancara melalui Linkedin seputar fotografi dan Getty Images, yang rupanya orang tersebut masih bagian dari tim Mr. Parc.
Dicari sosial media saya, nggak ditemukan oleh mereka, yang tercantol ialah link PasarModern.com. Menjadi babak baru, mau melihat lebih lanjut karya fotografi malah bertemu tulisan. Dua hal berbeda yang menjadi perhatian. Depth, authentic, not half-assed, bagi Mr. Parc menjadi poin yang menguatkan penarikan saya untuk ranah penulisan. Sempat terjadi juga diskusi, “kenapa disaat anak muda lainnya membranding diri untuk tampil di publik dan berkarir lebih, kamu justru memilih sepi dan menutup diri?” tanya mereka.
Bullying, move slowly. Menjadi diskusi lebih lanjut kala itu. Tanggapan baik dan sikap saling menghargai yang pada akhirnya membuat saya nyaman.
Keuntungan dan Kekurangan dalam Bekerja di Luar Negeri
Beradaptasi dan menjalani kegiatan baru, tentu ada plus minus yang saya rasakan. Minusnya: Masuk mode ninja, sesuai jalan yang dipilih. Artinya, nggak akan tercantum nama saya disetiap artikel yang saya tulis, jika mau buat portfolio jadi nggak akan memungkinkan. Terlebih, ada topik tertentu yang isinya hasil dari kolaborasi penulis. Perusahaan menjaga setiap nama ghost wrtiter, begitu pun sebaliknya. Tidak diperkenankan banyak memberikan atau menyebarkan informasi perusahaan, termasuk menyerbarkan link artikel dan mengakuinya. Waktu menulis di PasarModern.com pun ikut berkurang. Sementara hanya bisa satu artikel dalam satu minggu, karena keterbatasan waktu.
Plusnya: Keluar dari kandang. Di ajarkan, plus menjadi tuntutan untuk menulis berbagai bidang, bahkan jauh dari bidang yang selama ini saya tekuni. Tetapi, benar-benar diajarkan, diberi materi. Contohnya: topik berbau IT, atau dunia marketing yang lebih mendalam. Semua aktivitas dijalankan WFA dan serba online. Terkendala bahasa nggak dijadikan permasalahan, amat dibolehkan menggunakan translate, yang paling buat nyaman adalah ketika kita salah atau terbata-bata, nggak ditertawakan. Menulisnya, selayak mode nulis di PasarModern.com. Berbahasa Indonesia, bergaya bahasa sama. Alih bahasa, sudah ada tim yang melakukannya. Bedanya hanya pada waktu, aturan, dan dokumen. Koneksi. Jadi kenal orang baru yang amat berbeda latar belakangnya, plus bisa lihat sudut pandang atau ide yang selama ini mungkin nggak pernah terpikirkan oleh saya.
Tetap dengan Buku
Namanya tukang buku, yo tetap dengan buku. Di rumah – buku, di toko – buku, di PasarModern.com pun serba buku. Masih asyik bermain dengan buku. Beberapa saran kompasianer pun sedikit-banyak saya terapkan. Seperti disarankan untuk review buku, katanya biar dagangan tukang buku laku. Gas! Saya review. Eh, tapi yang direview buku-buku tua. Laku nggak? Alhamdulillah. Beberapa buku tua yang saya review di PasarModern.com, setelahnya ada saja yang menawar, ada juga yang langsung checkout via marketplace. Rezeki anak sholeh…
Lha kedepannya gimana? Ya terus nulis! Buku lagi!
Perihal menulis, saya enggan berpaut dengan angka: uang, pilihan, headline, jumlah artikel, jumlah keterbacaan. Lama dalam waktu menulis pun saya masa bodo. Fokus saya tetap pada topik dan isi, nyamannya seperti apa dan mampunya sampai mana, ikuti. Kembali ke hati.
Hal itu pula yang memang sudah ditanamkan oleh orang terdekat, hingga saya yakini pasti akan menemukan jalannya sendiri. Juga seperti yang saya singgung di atas. Kalau saya, menggantikan peran media sosial dengan PasarModern.com. Semenjak puasa media sosial 4 tahun dan vakum, saya lebih banyak menghabiskan waktu di PasarModern.com dan buku. Baca: apa saja, vote: biasanya hanya yang saya kenali, sedang komentar: jarang, lebih fokus dan nyaman baca isinya saja.
Alhasil, meski waktu nulis bergeser untuk aktivitas lain, pasti tetap menyempatkan waktu buat mampir di PasarModern.com. Entah, saya belum menemukan dan nggak terpikirkan untuk pindah ke platform lain. Sama-sama Libra. Rupanya, nggak berbeda jauh dengan Sweet 17 PasarModern.com, bertepatan dengan usia saya yang menginjak usia perak, 25. Dengan ini saya ucapkan,
“Happy Sweet 17, PasarModern.com!
Terus berbahagia dan menjadi teman bertumbuh muda-mudi Nusantara!”
Love, from Kaka D.
