Diet Karnivora: Manfaat atau Bahaya?

Posted on

Asal Usul Diet Karnivora

Pola makan karnivora memiliki akar sejarah yang cukup panjang, berasal dari minat ilmiah terhadap pola makan tradisional berbasis daging dari masyarakat Arktik dan nomaden. Sejak abad ke-18, para peneliti telah mempelajari cara mereka mengonsumsi makanan. Pada tahun 1797, Dr. John Rollo memberikan diet berbasis daging dan lemak kepada pasien diabetes tipe 2, yang diinspirasi oleh pola makan penduduk St. Lucia. Pendekatan ini terbukti efektif dalam mengelola diabetes hingga insulin ditemukan pada tahun 1921.

Versi modern dari diet karnivora populer karena buku “The Carnivore Diet” yang ditulis oleh Shawn Baker, MD, pada tahun 2018. Dalam bukunya, ia menjelaskan manfaat kesehatan yang dirasakannya setelah menghilangkan semua makanan nabati. Diet ini menekankan konsumsi daging, telur, makanan laut, dan produk susu full-fat, dengan beberapa pengikut secara ketat menghindari makanan nabati sementara yang lain memperbolehkan sedikit sayuran rendah karbohidrat.

Cara Kerja Diet Karnivora

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh. Saat mengonsumsinya, tubuh mengubahnya menjadi glukosa untuk energi. Jika tidak mengonsumsi karbohidrat, tubuh akan menggunakan lemak sebagai alternatif, mengubahnya menjadi keton. Penemu diet karnivora mengklaim bahwa mengurangi karbohidrat membantu membakar lemak lebih cepat, menurunkan berat badan, dan mengurangi rasa lapar. Mereka juga menyatakan bahwa diet ini dapat meningkatkan kadar gula darah pada pasien diabetes tipe 2 dan mengurangi peradangan dengan menghindari makanan seperti kentang goreng, donat, dan pasta.

Namun, tubuh setiap orang bereaksi berbeda terhadap diet. Klaim ini tidak didukung oleh banyak ahli kesehatan, dan mengurangi banyak kelompok makanan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi. Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai diet baru, terutama jika ada kondisi medis tertentu.

Pro dan Kontra Diet Karnivora

Diet karnivora mendapat perhatian karena potensinya sebagai diet antiperadangan yang bisa bermanfaat bagi orang-orang dengan kondisi autoimun. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut, dan diet antiperadangan biasanya berbasis tanaman.

Banyak ahli melihat diet karnivora sebagai bentuk ekstrem dari diet eliminasi. Karena pengikut hanya makan beberapa jenis makanan, mereka menghilangkan banyak makanan yang umumnya menyebabkan sensitivitas makanan, seperti kacang-kacangan, gandum, dan kedelai. Diet ini juga populer di kalangan orang yang berpikir bahwa diet ini akan menghasilkan penurunan berat badan, meskipun kurangnya penelitian untuk mendukung klaim tersebut.

Risiko Utama Diet Karnivora

Karena sifatnya yang sangat membatasi, diet karnivora memiliki risiko yang signifikan. Beberapa risiko utamanya termasuk sembelit, risiko kanker usus besar, dampak negatif pada kesehatan usus, risiko kanker lambung, risiko gangguan makan, kekurangan nutrisi, risiko dampak buruk dari konsumsi lemak jenuh, risiko bagi ginjal, dan mungkin tidak cocok untuk beberapa kelompok orang.

Apakah Diet Karnivora Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan?

Aspek tertentu dari diet karnivora dapat menyebabkan penurunan berat badan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi protein dan rendah karbohidrat dapat meningkatkan penurunan berat badan. Hal itu terutama karena protein dan lemak dapat membuat seseorang merasa lebih kenyang, sehingga mengurangi asupan kalori. Protein juga dapat meningkatkan laju metabolisme, membantu membakar lebih banyak kalori.

Studi menunjukkan bahwa peningkatan asupan protein dan lemak makanan dapat menyebabkan penurunan berat badan dan membantu mengurangi jumlah berat badan yang bertambah seiring waktu. Namun, kamu tidak perlu menghentikan semua karbohidrat untuk menurunkan berat badan. Diet lain yang lebih banyak diteliti, seperti diet keto dan diet karbo, telah terbukti mengurangi penambahan berat badan.

Ditambah lagi, sifat diet karnivora yang sangat ketat membuatnya sulit untuk diikuti dalam jangka panjang. Tidak ada penelitian tentang keamanan jangka panjang dari diet karnivora, jadi diet ini tidak direkomendasikan untuk dijalani dalam jangka panjang. Orang dengan kondisi kronis, seperti diabetes atau penyakit jantung, harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencobanya, dan pasien penyakit ginjal harus menghindarinya.

Secara umum, kita direkomendasikan untuk menerapkan pola makan seimbang yang mencakup buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, legum, biji-bijian utuh, dan lemak tak jenuh sambil membatasi lemak jenuh. Selain itu, makan banyak buah-buahan dan sayuran dikaitkan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih baik.