Aksi Unjuk Rasa di Jakarta Pusat Menggemparkan
Pada hari Senin (8/9/2025), Ibu Kota kembali menjadi pusat perhatian dengan berlangsungnya tiga aksi unjuk rasa yang digelar secara bersamaan. Massa dari berbagai elemen, termasuk mahasiswa, aktivis Papua, dan kelompok solidaritas kasus Munir, turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi mereka di sejumlah titik di Jakarta.
Polres Metro Jakarta Pusat telah memperketat pengamanan guna menjaga ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas. Apel pasukan dijadwalkan berlangsung sejak pukul 09.00 WIB, sebelum massa mulai berkumpul di lokasi aksi. Personel kepolisian ditempatkan di sekitar Gedung DPR/MPR RI, kawasan Medan Merdeka Barat, serta kantor Komnas HAM di Menteng.
Demo Mahasiswa: Isu Pendidikan dan Kebijakan Publik
Aksi pertama dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Indraprasta PGRI melalui Unit Aktivitas Mahasiswa Teknik Industri. Titik aksi dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.
Massa akan menyuarakan sejumlah tuntutan terkait isu pendidikan dan kebijakan publik. Selain itu, mereka juga menyerukan tuntutan 17+8 yang hingga saat ini belum sepenuhnya dipenuhi oleh DPR RI. Polisi menyiapkan pengamanan di sekitar kawasan Senayan untuk mengantisipasi penumpukan massa dan arus lalu lintas.
Demo Papua: Tuntutan Keadilan Sosial dan Hak-Hak Kemanusiaan
Aksi kedua berasal dari Aliansi Rakyat Papua untuk Kebenaran dan Keadilan Tabi Saireri Nusantara bersama sejumlah elemen massa di wilayah Gambir. Massa akan berkumpul di sekitar Pospol Merdeka Barat. Kepolisian akan menurunkan personel di kawasan tersebut untuk menjaga ketertiban dan memastikan arus kendaraan di Jalan Medan Merdeka Barat tetap terkendali.
Kelompok masyarakat Papua menuntut keadilan sosial dan hak-hak kemanusiaan. Mereka berharap pemerintah dapat memberikan solusi yang adil dan merata bagi seluruh warga negara.
Demo Kasus Munir: Mencari Kebenaran atas Pelanggaran HAM Berat
Aksi ketiga digelar oleh Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Momentum peringatan 21 tahun meninggalnya aktivis HAM, Munir Said Thalib, menjadi ajang penting untuk mendesak pemerintah mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM berat tersebut.
Munir, yang merupakan pendiri KontraS, dikenal sebagai advokat HAM yang vokal di Indonesia. Ia aktif dalam mengusut pelanggaran HAM, terutama yang melibatkan militer dan aparat negara. Ia meninggal setelah diracuni dengan arsenik saat berada di pesawat Garuda Indonesia saat menuju Amsterdam pada 7 September 2004 silam.
Salah satu orang yang dijadikan tersangka saat itu adalah pilot dari pesawat yang ditumpanginya, yakni Pollycarpus Budihari Priyanto. Budi awalnya dihukum 20 tahun penjara lalu dikurangi menjadi 14 tahun dan akhirnya bebas pada tahun 2018. Namun, Budi bukanlah dalang utama dari pembunuhan Munir.
Dalang utama pembunuhan ini masih dalam penyelidikan. Suciwati, istri Munir, terus mendesak agar kasus ini diakui sebagai pelanggaran HAM berat karena dugaan pelakunya terstruktur dan melibatkan aparat negara. Masyarakat pun terus mempertanyakan kasus pemubunuhan Munir yang hingga saat ini belum terkuak.
Aksi ini akan berlangsung di depan kantor Komnas HAM RI, Menteng, Jakarta Pusat. Massa rencananya akan menuntut negara mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM berat dan memastikan akuntabilitas hukum. Dengan adanya aksi ini, harapan besar muncul bahwa kasus ini bisa menjadi preseden penegakan HAM di Indonesia.