Pentingnya Khutbah Jumat dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Khutbah Jumat tentang Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen penting dalam kehidupan umat Islam. Momen ini menjadi ajang untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW, sosok utama yang membawa cahaya kebenaran bagi seluruh alam. Dalam khutbah ini, jamaah diajak untuk meneladani akhlak mulia, perjuangan, dan ajaran Nabi yang penuh dengan rahmat.
Selain memperkuat rasa cinta kepada Rasulullah, khutbah Maulid juga menjadi sarana refleksi diri agar setiap muslim dapat menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peringatan Maulid bukan sekadar tradisi, melainkan momentum spiritual yang memperdalam keimanan dan memperkokoh ukhuwah di tengah umat.
Isi Khutbah I
Dalam khutbah pertama, khatib menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. Khatib juga mengajak jamaah untuk menjaga ketakwaan dengan menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Dengan takwa, manusia akan mendapatkan solusi dari Allah dalam setiap tantangan hidup serta rezeki yang tidak terduga.
Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang mulia, karena di dalamnya Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sebagai nabi akhir zaman, beliau adalah suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Dalam ayat Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Imam al-Baidhawi menjelaskan bahwa pengutusan Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam adalah karena ajarannya memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Begitu pula dengan Imam Ibnu Abbas, yang menyatakan bahwa siapa saja yang menerima ajaran kasih sayang Nabi akan bahagia hidupnya, sedangkan yang menolaknya akan merugi.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya menyebarkan kasih sayang lewat kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata. Bahkan kepada orang-orang musyrik, beliau bersikap santun dan penuh kasih. Contohnya ketika beliau hijrah ke Thaif dan menghadapi perlakuan kasar dari penduduk sana, namun beliau tetap memohon kebaikan bagi mereka.
Dalam hadis riwayat Shahih Muslim, seorang sahabat meminta Nabi untuk mendoakan keburukan bagi orang-orang musyrik. Namun Nabi menjawab, “Aku tidak diutus sebagai pelaknat, tapi sebagai rahmat.”
Sifat Pemaaf Nabi Muhammad SAW
Salah satu sifat mulia yang perlu diteladani adalah sifat pemaaf Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Perang Uhud, pamannya Hamzah bin Abdul Muthallib dibunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Meski sangat sedih dan marah, Nabi memaafkan Wahsyi ketika ia masuk Islam. Meskipun tidak ingin melihat wajah Wahsyi lagi, beliau tetap memberi maaf.
Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf Ayat 199:
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Dengan memiliki sifat pemaaf, lingkungan sosial akan menjadi damai tanpa dendam antar sesama manusia. Itulah contoh kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita.
Khutbah II
Dalam khutbah kedua, khatib menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT dan mengajak jamaah untuk bertakwa. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu kepadanya dan ucapkanlah salam sejahtera.”
Khatib juga memohon kepada Allah agar memberi ampunan kepada para mukminin, melindungi dari berbagai bencana, serta memberikan kebaikan di dunia dan akhirat. Selain itu, khatib mengajak jamaah untuk senantiasa mengingat Allah, bersyukur atas nikmat-Nya, dan menjauhi keburukan.
Kesimpulan
Di bulan Maulid ini, kita diingatkan untuk meneladani sifat dan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Dengan meniru perilaku beliau, kita akan mendapatkan manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang taat, pemaaf, dan penuh kasih sayang seperti Nabi kita.
