-Se pasang kura-kura Galapagos yang berasal dari barat Santa Cruz baru-baru ini menjadi orangtua pada usia mendekati seratus tahun. Kedua induk kura-kura tersebut bernama Abrazo dan Mommy.
Bayi kura-kura tersebut menetas dari telur yang dihasilkan oleh kura-kura betina, Mommy.
Mama merupakan sebuah kepiting raksasa yang terancam punah dan bertempat tinggal di Kebun Binatang Philadelphia, Pennsylvania, AS.
*Perhatian: Ada kesalahan dalam teks asli mengenai spesies Mommy dari kura-kura menjadi kepiting.*
Sementara itu, umur Abrazzo diperkirakan mencapai kira-kira 96 tahun.
Belum jelas berapa tepatnya umur Mommy, namun si tutul laut yang jarang ditemukan ini telah tinggal di taman hewan tersebut selama lebih dari sembilan puluh tahun.
Berikut adalah data penting: Populasi kura-kura Galápagos barat daya Santa Cruz berisiko pupus dari habitat alami mereka di Kepulauan Galápagos. Saat ini, hanya ada sekitar 50 ekor yang dipelihara dalam penangkaran di kebun binatang Amerika Serikat.
Maka, kehadiran anak kura-kura Galapagos barunya di Pulau Santa Cruz Barat menjadi berita yang menggembirakan untuk Kebun Binatang Philadelphia.
“Kebun Binatang Philadelphia baru saja mencatatkan pencapaian luar biasa dengan penetasan kura-kura Galapagos Western Santa Cruz untuk kali pertamanya dalam sejarah panjang hampir 154 tahun mereka,” demikian disampaikan oleh sumber dari institusi tersebut melalui pernyataan resmi.
Presiden dan CEO Kebun Binatang Philadelphia Jo-Elle Mogerman mengatakan, kelahiran bayi-bayi kura-kura itu juga menjadi tonggak penting dalam sejarah kebun binatangnya. Dia mengaku amat gembira bisa membagikan kabar ini ke seantero negeri.
Dikutip dari
CNN,
Berat anak kura-kura Galapagos dari pulau Western Santa Cruz biasanya antara 70-80 gram, setara dengan bobot sebuah telur ayam.
Telur pertama berhasil menetas pada tanggal 27 Februari 2025. Telur-telur tersisa yang belum menetas pun kini ditunggu dengan penuh perhatian oleh para ahli perawatan satwa di kebun binatang tersebut.
Rencananya, si kura-kura bayi itu akan dipertunjukkan pertama kali kepada publik saat memperingati ulang tahun Mommy yang ke-93 di taman hewan pada hari Rabu (23/4/2025).
Berikut ini merupakan bagian dari upaya pemuliaan spesies oleh Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup jenis hewan serta keragaman genetika mereka.
Cerita tentang Kura-Kura Abrazzo dan Mommy
Sebelum bertelur sebanyak 16 butir, cerita tentang pertemuan sepasang kura-kura bernama Abrazzo dan Mommy melalui sebuah petualangan yang panjang.
Sesungguhnya, asal-usul kedua reptil itu kabur dan tidak jelas. Akan tetapi, dokumen awal mengindikasikan bahwa Abrazzo datang dari Kebun Binatang Gladys Porter yang berlokasi di Texas pada tahun 1929, sebagaimana tertera dalam sumber tersebut.
Smithsonian Magazine
.
Hewan tersebut selanjutnya di pindah ke Kebun Hewan Philadelphia mulai Desember 2020.
Abrazzo bertemu dengan Mommy di tahun 2022. Pada awalnya, kedua kura-kura itu tidak akur lantaran belum terbiasa satu sama lain.
“Pada awalnya, dia dengan jelas mengatakan bahwa dirinya tidak benar-benar paham tentang apa yang sebenarnya ia lakukan,” ungkap Rachel Metz, wakil presiden untuk kesejahteraan dan pelestarian satwa di Kebun Binatang Philadelphia.
Namun, Abrazzo dan Mommy akhirnya berhasil menikah. Mulai tahun 2023, Mommy telah bertelur sebanyak tiga kali, namun belum ada satupun yang menetas.
Selanjutnya di bulan November 2024, makhluk berkubah tersebut menetaskan anakannya sekali lagi. Karyawan taman satwa memperoleh total 16 butir telur dengan ukuran serupa dengan bola billiard lalu merawatnya dalam temperatur yang beragam. Tindakan ini diambil karena spesies kepiting bakar ini sangat sensitif terhadap tingkat panas.
Sebagian dari mereka dipanaskan di bawah 82,4 derajat Fahrenheit untuk mendapatkan jantan, sementara sisanya dipaparkan suhu lebih tinggi yaitu di atas 85,1 derajat untuk memperoleh betina.
Telur pertama pecah menjadi seekor anak burung pada tanggal 27 Februari 2025, disusul tiga telur berikutnya. Sampai saat ini, seluruh telur yang sudah menetas menghasilkan anak perempuan. Akan tetapi, manajemen kebun binatang menyampaikan bahwa terdapat sejumlah besar telur tambahan yang diperkirakan akan menetaskan anak-anak burung dalam beberapa pekan ke depan.
Pada saat ini, anak-anak kura-kura itu tengah mendapatkan perawatan di Pusat Kadal dan Amphibia Taman Hidup dengan pantauan yang cermat oleh para ahli perawatannya.
Keempat si keong tersebut bertambah besar dan berkembang sesuai harapan. Bobot tiap-tiap individu mencapai antara 70 sampai 80 gram.
Mengetahui tentang Kura-kura Galapagos Barat Laut Santa Cruz yang berisiko pupus
Dikutip dari
Live Science
Kura-kura Galápagos Western Santa Cruz merupakan subspesies dari kura-kura Galápagos yang memiliki ukuran terbesar di seluruh dunia. Biasanya, kura-kura jantan cenderung lebih besar dibandingkan dengan kura-kura betina dan dapat mencapai panjang hingga 1,8 meter serta bobot sekitar 250 kilogram.
Walau begitu, kegiatan manusia di Kepulauan Galapagos sudah mengakibatkan kepunahan beberapa jenis kura-kura yang pada gilirannya membuat populasi kura-kura Galapagos Western Santa Cruz berisiko terhadap kepunahan.
Sejarawan, para nelayan biasanya mengejar hewan itu demi dagingnya. Selain itu, manusia turut menghancurkan lingkungan hidup kura-kura serta membawa spesies asing seperti kambing yang berkompetisi dengan kura-kura dalam mencari makanan.
Selama sementara waktu, pemangsa seperti kucing dan tikus turut memakan anak kura-kura serta telur mereka.
Di habitat alami, diyakini terdapat sekitar 3.400 ekor kura-kura Galapagos dari varietas Western Santa Cruz yang bertahan di bagian baratdaya Pulau Santa Cruz, demikian laporan International Union for Conservation of Nature.
Ribuan binatang itu menggambarkan salah satu dari berbagai subspesies kura-kura Galápagos.
Ilmuwan menduga bahwa reptil besar ini bermigrasi dari wilayah Amerika Selatan menuju kepulauan vulkanik terpencil sekitar dua sampai tiga juta tahun silam.
Akan tetapi, belum diketahui cara mereka dapat mencapai Kepulauan Galapagos yang terletak kurang lebih 600 mil di arah barat laut dari tepi pantai Ekuador. Setibanya di daerah ini, populasi kepiting besar-besar mulai tersebar dan terisolir satu sama lain.
Binatang tersebut kemudian berkembang menjadi sekitar 14 hingga 15 subspesies yang beragam.
Di masa abad ke-18 dan 19, jumlah penduduk tempat tersebut mengalami penurunan drastis akibat serangan perompak serta tindakan para pemburu paus yang memburu kura-kura demi mendapatkan daging dan minyaknya.