Altman: Pasar Kecerdasan Buatan Seperti Gelembung yang Bisa Pecah
CEO OpenAI, Sam Altman, menyampaikan pandangan bahwa pasar kecerdasan buatan (AI) saat ini mengalami euforia berlebihan. Ia membandingkan situasi ini dengan gelembung dot-com di akhir 1990-an, di mana banyak perusahaan teknologi terlalu optimis dan valuasi saham meningkat secara drastis tanpa dasar fundamental yang kuat.
Altman mengakui bahwa AI sedang berkembang pesat dan memberikan inovasi yang signifikan. Namun, ia khawatir terlalu banyak investor terlalu antusias dan percaya bahwa AI akan menjadi solusi universal untuk semua masalah. Hal ini bisa memicu munculnya gelembung di pasar modal.
Gelembung bisa terjadi ketika ekspektasi investor tidak sejalan dengan realitas. Jika bisnis AI tidak mampu menciptakan laba yang cukup, maka valuasi saham perusahaan yang fokus pada pengembangan AI bisa turun tajam. Altman menegaskan bahwa situasi ini bisa terjadi jika orang-orang pintar terlalu bersemangat tentang potensi AI.
Menurut Altman, AI adalah hal yang sangat penting dan akan tetap relevan dalam jangka panjang. Namun, ia juga menyoroti bahwa saat ini, banyak investor terlalu optimis dan memprediksi pertumbuhan yang tidak realistis. Hal ini bisa membawa risiko besar bagi pasar modal.
Perbandingan dengan Gelembung Dot-Com
Altman menggambarkan dinamika saat ini sebagai mirip dengan gelembung dot-com. Saat itu, banyak startup internet memiliki valuasi yang tinggi meskipun belum memiliki model bisnis yang jelas. Akibatnya, pada akhir 2000-an, NASDAQ kehilangan hampir 80 persen nilai sahamnya. Banyak perusahaan bangkrut dan investor rugi besar, meski inti dari internet tetap bertahan dan menjadi fondasi ekonomi digital saat ini.
Para ahli dan analis lain juga menyampaikan peringatan serupa. Joe Tsai, salah satu pendiri Alibaba, Ray Dalio dari Bridgewater Associates, dan Torsten Slok, kepala ekonom Apollo Global Management, semuanya mengkhawatirkan adanya gelembung AI yang lebih besar daripada gelembung dot-com.
Slok bahkan menyatakan bahwa valuasi 10 perusahaan teratas di S&P 500 saat ini dinilai terlalu tinggi dibandingkan pada tahun 1990-an. Hal ini menunjukkan bahwa pasar AI sedang mengalami peningkatan yang tidak proporsional dengan realitas ekonomi.
Pandangan Ahli Teknologi
Dalam sebuah email kepada CNBC, Ray Wang, direktur penelitian di Futurum Group, menyatakan bahwa komentar Altman memiliki dasar logis. Namun, ia menekankan bahwa risiko bergantung pada masing-masing perusahaan. Dari perspektif investasi yang lebih luas, Wang tidak melihat situasi saat ini sebagai gelembung. Menurutnya, fundamental di seluruh rantai pasokan AI masih kuat dan tren jangka panjang mendukung investasi yang berkelanjutan.
Kehadiran Startup AI Baru
Kekhawatiran akan gelembung AI mencapai puncaknya di awal tahun ini. Salah satu contohnya adalah DeepSeek, startup asal Tiongkok yang merilis model penalaran dengan biaya produksi jauh lebih murah dibandingkan perusahaan teknologi AS. DeepSeek mengklaim bahwa satu versi model bahasa besar mereka dilatih dengan biaya kurang dari 6 juta dolar AS, yang jauh lebih rendah dibandingkan miliaran dolar yang dihabiskan oleh perusahaan seperti OpenAI.
Pada awal Agustus 2025, Altman mengungkapkan bahwa OpenAI berada di jalur yang benar dan akan menghasilkan lebih dari 20 miliar dolar AS dalam tahun ini. Meskipun demikian, perusahaan tersebut masih belum menguntungkan.
Kritik terhadap GPT-5
Peluncuran model AI GPT-5 terbaru OpenAI mendapat perhatian dari berbagai pihak. Beberapa kritikus menganggap model ini kurang intuitif dan tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan. Setelah peluncuran tersebut, Altman juga menunjukkan sikap yang lebih hati-hati terhadap prediksi optimis industri AI. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara antusiasme dan realitas dalam pengembangan AI.


