Cek kesehatan gratis tak cukup atasi masalah kesehatan pesantren

Posted on

Peran Cek Kesehatan Gratis dalam Meningkatkan Kesehatan Santri

Program cek kesehatan gratis yang diberlakukan pemerintah untuk seluruh pelajar di Indonesia, termasuk para santri di pesantren, merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Namun, efektivitas program ini tidak akan tercapai jika hanya berfokus pada pemeriksaan fisik semata. Diperlukan pendekatan holistik yang mencakup pencegahan penyakit dan pengelolaan lingkungan sehat.

Lingkungan Pesantren yang Rentan Terhadap Masalah Kesehatan

Pesantren merupakan lingkungan padat yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Infeksi saluran pernapasan, kudis, tuberkulosis, gizi buruk, hingga gangguan mental sering kali menjadi ancaman bagi para santri. Oleh karena itu, cek kesehatan diharapkan dapat mendeteksi dini gangguan fisik maupun mental, sehingga mencegah perkembangan masalah kesehatan yang lebih parah. Pemeriksaan meliputi perilaku merokok, status gizi, tingkat aktivitas fisik, kondisi penglihatan, pendengaran, serta kesehatan gigi-mulut. Selain itu, ada juga pemeriksaan darah, skrining penyakit menular seperti TB, hepatitis B dan C, talasemia, kesehatan reproduksi, dan kesehatan jiwa.

Cek Kesehatan Tidak Bisa Berjalan Sendirian

Pemeriksaan kesehatan adalah salah satu tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan dalam Pedoman Pesantren Sehat 2019. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesantren dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Namun, cek kesehatan gratis tidak bisa berjalan sendirian. Penelitian menunjukkan bahwa skrining kesehatan hanya efektif jika disertai dengan tindakan untuk mengurangi dampak penyakit.

Salah satu upaya utama adalah penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Contohnya, membiasakan santri untuk mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, mengonsumsi jajanan sehat dan bergizi, menggunakan jamban bersih, berolahraga secara teratur, serta menjaga kebersihan lingkungan pesantren. Studi tahun 2016 menunjukkan bahwa PHBS efektif dalam mendorong santri menjalani praktik kebersihan pribadi guna mencegah penyakit di lingkungan pesantren.

Tantangan dalam Menerapkan PHBS di Pesantren

Sayangnya, penerapan PHBS masih menjadi isu utama di sekolah berbasis asrama karena penerapannya sering tidak konsisten. Banyak santri belum menerapkan PHBS meskipun telah menerima sosialisasi. Akibatnya, banyak pesantren memiliki pengelolaan sampah yang buruk serta konsumsi gizi yang kurang seimbang. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya keterlibatan santri husada dalam menjaga kesehatan lingkungan pesantren. Hanya 52,2% kader yang mempromosikan PHBS dengan baik. Untuk meningkatkan partisipasi santri husada, tenaga kesehatan dari puskesmas setempat perlu aktif dan konsisten dalam pendampingan dan pemantauan promosi kesehatan.

Pentingnya Pemantauan dan Pengembangan Sumber Daya

Selain itu, pengasuh dan orang tua juga perlu terlibat aktif dalam mendorong partisipasi santri dalam menerapkan PHBS. Perawatan berkelanjutan dalam mencegah dan mengatasi penyakit, seperti imunisasi, serta pemberian obat bagi para santri juga sangat penting. Jenis pemeriksaan kesehatan perlu diperluas dan disesuaikan dengan masalah kesehatan yang sering terjadi di pesantren. Misalnya, pemeriksaan kulit untuk mendeteksi kudis, yang sering terjadi pada penghuni sekolah asrama.

Tantangan Tenaga Kesehatan dan Anggaran

Tenaga kesehatan masih menjadi garda terdepan dalam penerapan program cek kesehatan gratis. Namun, pemerintah perlu mengantisipasi risiko kekurangan tenaga kesehatan. Jumlah santri di Tanah Air mencapai 3,2 juta orang, sedangkan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas hanya sekitar 530 ribu orang. Keterbatasan sarana prasarana dan anggaran operasional untuk program promosi kesehatan juga bisa menjadi hambatan lainnya. Keterbatasan SDM dan anggaran ini bisa menyebabkan peningkatan beban kerja serta penurunan kualitas layanan dari tenaga kesehatan.

Libatkan Santri dalam Proses Cek Kesehatan

Memaksimalkan peran santri husada bisa menjadi solusi untuk mendukung promosi kesehatan maupun pendataan hasil pemeriksaan kesehatan para santri. Santri husada perlu dibekali pelatihan tambahan seperti bantuan hidup dasar, antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, dan manajemen pos kesehatan pesantren. Selain itu, alokasi anggaran sepatutnya tidak hanya berfokus pada cek kesehatan gratis, tetapi juga mencakup pemantauan perilaku hidup bersih dan sehat di pesantren oleh puskesmas, hingga imunisasi dan pengobatan bagi santri.

Integrasi Teknologi dalam Manajemen Kesehatan

Pemerintah juga perlu meningkatkan efisiensi, akurasi data, serta tindak lanjut penanganan kasus. Aplikasi SATUSEHAT milik Kemenkes bisa diintegrasikan dengan sistem informasi kesehatan pesantren yang memuat laporan kesehatan para santri. Dengan begitu, hasil pemeriksaan tidak sekadar berwujud angka, tapi bisa digunakan untuk memberantas masalah kesehatan di pesantren secara menyeluruh.