Bitcoin vs Emas: Pilihan Aset Aman di Tengah Ketegangan Global

Posted on

Dampak Ketegangan Geopolitik terhadap Pasar Keuangan

Ketegangan geopolitik, konflik bersenjata, dan instabilitas politik di kawasan Timur Tengah dapat memicu erosi terhadap tatanan ekonomi global. Situasi ini sering kali menyebabkan ketidakpastian yang meluas di pasar keuangan. Akibatnya, investor cenderung mencari aset yang mampu mempertahankan nilainya selama masa gejolak ekonomi. Aset-aset seperti emas dan bitcoin sering menjadi pilihan utama dalam situasi ini.

Di era digital saat ini, investor ritel memiliki akses yang lebih mudah untuk menginvestasikan dana mereka ke aset digital. Bitcoin dan emas adalah dua aset yang populer karena kemudahan akses melalui berbagai aplikasi. Namun, pertanyaan klasik tetap muncul: mana yang lebih baik antara bitcoin dan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik pada 2025?

Apa Itu Aset Safe Haven?

Aset safe haven merujuk pada aset yang diharapkan mempertahankan atau meningkatkan nilainya selama masa gejolak pasar. Aset ini memberikan perlindungan bagi investor selama penurunan ekonomi. Karakteristik utama dari aset safe haven adalah:

  • Stabilitas: Biasanya dikeluarkan oleh pemerintah dengan ekonomi yang solid.
  • Likuiditas: Mudah dan cepat dikonversikan menjadi uang tunai tanpa mempengaruhi harga pasar.
  • Korelasi Negatif dengan Aset Berisiko: Cenderung bergerak berlawanan arah dengan aset berisiko seperti saham selama masa krisis.

Emas Sebagai Lindung Nilai Tradisional

Sejarah mencatat bahwa harga emas cenderung naik ketika terjadi peperangan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan aset safe haven. Meskipun kenaikan tersebut bervariasi tergantung tingkat keparahan konflik, durasi, dan dampak ekonomi seperti inflasi, emas telah terbukti sebagai pelindung yang andal.

Beberapa mekanisme yang mendorong kenaikan harga emas selama konflik antara lain:

  • Tekanan inflasi: Perang seringkali menyebabkan belanja pemerintah yang berlebihan dan devaluasi mata uang, sehingga membuat emas menarik sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
  • Disrupsi rantai pasok: Konflik dapat mengganggu operasi pertambangan dan transportasi logistik, sehingga mengurangi suplai emas terhadap pasar.
  • Pencarian keamanan: Investor akan beralih dari aset volatil seperti saham ke emas selama periode krisis.

Perilaku Investor Individual dan Institusi

Investor institusi, seperti bank sentral dan pemerintah, biasanya akan menaikkan alokasi emas untuk melindungi kekayaan negara dan menstabilkan mata uang. Contohnya selama Perang Dunia II. Sementara itu, investor institusi swasta seperti hedge fund dan mutual fund akan membeli emas untuk diversifikasi portofolio dan lindung risiko.

Di sisi lain, investor ritel biasanya lebih memilih emas fisik (koin, batang) atau ETF (yang didukung oleh emas) untuk pengamanan kekayaan. Hal ini didorong oleh ketakutan akan inflasi dan ketidakstabilan ekonomi. Permintaan dari investor ritel biasanya melonjak selama periode krisis, namun cenderung reaktif dan jangka pendek dibandingkan strategi jangka panjang yang dilakukan oleh investor institusi.

Bitcoin vs Emas sebagai Aset Safe Haven

Bitcoin menunjukkan performa yang sangat volatil selama periode konflik, berbeda dengan stabilitas yang ditunjukkan oleh emas. Contohnya selama Perang Rusia-Ukraina (2022), harga emas naik 4% langsung setelah invasi, sementara Bitcoin turun 8,5% karena panik di pasar. Namun, dalam hitungan hari, Bitcoin melejit 20% dalam kurun waktu tidak sampai sepekan karena para investor menggunakan bitcoin untuk melewati sanksi dan sempat melebihi performa dari emas.

Meski Bitcoin menawarkan potensi high reward, risiko tinggi juga menyertainya karena volatilitasnya. Selain itu, aset kripto ini belum optimal digunakan sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan oleh perang.

Emas Tetap Pilihan Utama

Emas secara konsisten berfungsi sebagai safe haven untuk komoditas selama berbagai krisis geopolitik sepanjang sejarah. Ia memiliki karakter resiliensi yang sudah teruji dengan waktu, likuiditas yang mapan, serta penerimaan secara universal. Secara historis, emas selalu digunakan sebagai penyimpan nilai selama masa perang.

Para investor, baik institusi maupun ritel, sama-sama mengakui peran emas dalam melindungi kekayaan selama masa perang. Di satu sisi, bitcoin menawarkan potensi tinggi, tetapi tidak memiliki konsistensi emas sebagai lindung nilai. Oleh karena itu, emas tetap menjadi pilihan utama selama krisis geopolitik karena stabilitasnya yang telah terbukti.

Apakah hal ini akan terus berlanjut di 2025 dan tahun-tahun mendatang? Masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas bitcoin dalam skenario perang yang berbeda.