Bisakah Mobil Blind Van Angkut Penumpang?

Posted on

Kelebihan dan Keterbatasan Penggunaan Blind Van untuk Angkut Penumpang

Blind van, seperti Daihatsu Gran Max Blindvan, menjadi pilihan banyak orang karena bodinya yang ringkas, kabin yang luas, serta biaya operasional yang relatif hemat. Hal ini membuat mobil ini sangat populer dalam penggunaan niaga. Namun, beberapa pemilik mungkin tertarik untuk menggunakan kendaraan ini sebagai mobil penumpang. Pertanyaannya adalah, apakah blind van boleh digunakan untuk mengangkut penumpang atau hanya khusus untuk keperluan niaga? Jawabannya terletak pada status kendaraan di STNK, standar keselamatan dari pabrik, serta konsekuensi administratif jika fungsi kendaraan berubah.

Status Hukum dan Klasifikasi Kendaraan

Secara pabrikan, blind van dikategorikan sebagai “mobil barang”. Di STNK biasanya disebutkan bahwa jenis kendaraan tersebut adalah barang, bukan penumpang. Status ini menentukan fungsinya, yaitu untuk mengangkut muatan, bukan orang. Mengangkut kru kerja dalam jumlah terbatas masih bisa diterima selama mereka duduk di bangku depan yang dilengkapi sabuk keselamatan.

Namun, membawa orang di ruang kargo tanpa kursi dan sabuk pengaman bertentangan dengan prinsip keselamatan. Jika kamu ingin ruang belakang digunakan secara legal sebagai tempat penumpang, maka status kendaraan harus diubah menjadi penumpang melalui proses resmi. Jangan hanya sekadar menambahkan bangku tambahan.

Modifikasi Kursi dan Konsekuensi Administrasi

Banyak pemilik tergoda untuk memasang bangku baris kedua lengkap dengan jok lipat. Secara teknis, modifikasi ini termasuk perubahan bentuk. Untuk langkah aman, pemasangan kursi harus dilakukan dengan kuat, dilengkapi sabuk pengaman, titik jangkar yang sesuai, serta tambahan jendela untuk visibilitas dan ventilasi.

Setelah itu, kendaraan perlu melalui pemeriksaan teknis, kemudian registrasi perubahan data di kepolisian dan pembaruan dokumen. Tanpa prosedur ini, mobil tetap tercatat sebagai barang meskipun sudah memiliki bangku. Dampaknya bisa merembet: polisi dapat menindak karena fungsi tidak sesuai dokumen, dan perusahaan asuransi berpotensi menolak klaim jika insiden melibatkan penumpang di kabin belakang yang tidak semestinya.

Aspek Keselamatan dan Rekomendasi Praktis

Di luar urusan dokumen, keselamatan harus menjadi prioritas utama. Kabin belakang blind van tidak dirancang dengan perlindungan penumpang setara minibus: tidak ada sabuk bawaan, tidak ada titik jangkar ISOFIX, jalur evakuasi terbatas, dan area samping tanpa kaca membatasi pandangan.

Jika rutinitasmu menuntut angkut orang secara reguler, pilihan paling aman ialah membeli varian penumpang seperti Gran Max Minibus atau MPV sekelasnya. Jika tetap ingin fleksibilitas cargo–crew, lakukan konversi legal, pasang kursi dan sabuk sesuai standar, tambahkan jendela dan ventilasi, lalu urus perubahan data agar status kendaraan sejalan dengan fungsi. Untuk kebutuhan niaga murni, pertahankan format blind van, pasang sekat kargo, dan ikat muatan agar tidak bergerak saat pengereman.

Kesimpulan

Kesimpulannya, blind van pada dasarnya merupakan kendaraan niaga. Pemakaian untuk penumpang boleh-boleh saja jika pemilik menempuh konversi yang benar dan memperbarui status di dokumen. Tanpa itu, mengangkut orang di ruang kargo bukan hanya berisiko kena sanksi, tetapi juga membahayakan keselamatan. Pilih jalur yang sesuai kebutuhan: tetap sebagai kendaraan barang untuk urusan usaha, atau ubah secara legal dan aman jika ingin berfungsi sebagai pengangkut penumpang.

Awali Semester II 2025 dengan Manis, Penjualan Daihatsu Naik 12 Persen!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *