Berbicara dengan, Bukan kepada, Apalagi tentang! Pola Komunikasi Orang Tua dan Remaja

Posted on

Mengapa Berbicara dengan Anak Lebih Efektif daripada Berbicara Kepada Mereka?

Sebuah ungkapan yang sering diulang oleh dosen Agama saya saat masih kuliah adalah, “Ingat, kita harus omong dengan, bukan omong tentang!” Ungkapan ini seolah menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga. Pagi ini, saya kembali teringat akan pesan tersebut setelah membaca sebuah buku yang menarik perhatian saya.

Buku berjudul “Pendidikan Keluarga Sukses” karya Emil H. Tambunan, yang diterbitkan oleh Indonesia Publishing House pada tahun 2008, menyampaikan konsep penting dalam hubungan antara orang tua dan anak. Di halaman 163, bab 20, tulisan mengenai “Bicara Dengan, Bukan Kepada” memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana komunikasi yang efektif dapat membangun ikatan emosional yang lebih kuat antara ayah dan anak.

Setelah membaca buku tersebut, saya merasa tertantang untuk menulis artikel ini dengan tujuan mengajak para orang tua, terutama ayah, untuk lebih aktif dalam berbicara dengan anak-anak mereka. Bukan hanya sekadar berbicara kepada mereka, apalagi bicara tentang mereka bersama orang lain. Tapi, bicara dengan mereka secara langsung dan penuh pengertian.

Pengalaman Dua Teman

Dalam percakapan antara dua remaja, terungkap perbedaan pendapat mengenai cara orang tua berkomunikasi. Salah satu dari mereka mengatakan, “Sebal rasanya kalau ayah bicara kepadaku. Seolah-olah ia terus menggurui saya.” Sementara temannya yang lain menjawab, “Ayah saya suka mengerti mengenai saya. Ia suka bicara dengan saya, dan selalu meminta pendapat saya bilamana kami menghadapi masalah di rumah.”

Inilah yang membuat saya sadar bahwa komunikasi antara orang tua dan anak tidak bisa hanya dilakukan dengan cara yang monologis. Berbicara kepada anak sering kali menciptakan jarak dan kesan dominasi. Anak cenderung tidak nyaman jika dianggap sebagai pendengar yang harus menerima semua informasi tanpa kesempatan untuk berbicara.

Perbedaan Antara Berbicara Kepada dan Berbicara dengan Anak

Berbicara kepada anak sering kali menunjukkan posisi kuasa dan kewibawaan. Ini seperti guru yang mengajar atau orang tua yang menasehati. Namun, anak tidak selalu menyukai cara ini. Mereka lebih merasa nyaman ketika diajak berdiskusi dan diberi ruang untuk menyampaikan pendapatnya.

Rudolf Dreikurs, M.D., dalam bukunya “Happy Children a Challenge to Parents”, menyebutkan bahwa kesulitan utama antara orang tua dan anak remaja adalah kurangnya komunikasi. Jika tidak ada komunikasi yang baik, maka akan timbul keretakan dalam hubungan keluarga.

Kesulitan yang lebih tragis bisa terjadi jika orang tua tidak mampu membuka pintu komunikasi yang sehat. Hal ini bisa membuat anak merasa tidak didengarkan dan akhirnya menjauh dari keluarga.

Pentingnya Berbicara dengan Anak

Sebaliknya, berbicara dengan anak merupakan bentuk komunikasi yang saling menghargai. Ini melibatkan empat mata dan komunikasi dua arah. Orang tua perlu duduk berdampingan dengan anak dan memberi ruang bagi mereka untuk menyampaikan isi hati mereka. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan lebih mudah berkembang dalam kepribadian serta tanggung jawab.

Tambunan menekankan bahwa banyak ayah kehilangan pengaruh di rumah karena kurang memperhatikan cara berbicara dengan anak. Kehadiran ayah yang aktif dalam komunikasi akan memperkuat ikatan emosional antara keduanya.

Jangan Omong Tentang, Tapi Omonglah dengan Anak

Dr. Horst Baum, seorang Teolog Biblis, menyampaikan bahwa jangan sekali-kali berbicara tentang seseorang, tetapi lebih baik berbicara dengan mereka secara langsung. Berbicara tentang seseorang tidak memiliki manfaat apa pun, karena orang itu sendiri tidak mengetahui atau meresponsnya. Lebih baik berbicara empat mata agar mereka bisa bereaksi dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

Demikian juga dengan anak remaja, kita perlu menghindari kebiasaan buruk berbicara tentang mereka. Ganti dengan kebiasaan baru yaitu berbicara dengan mereka secara langsung.

Pesan untuk Para Orang Tua, Terutama Ayah

  1. Setiap anak remaja membutuhkan perhatian dari orang tuanya, terutama ayah. Ayah adalah sosok yang memberikan peneguhan dan ketenangan dalam masa galau.
  2. Sebagai orang tua, kita harus bijaksana dalam menghadapi anak remaja. Mereka butuh sahabat yang mendengarkan celoteh mereka. Maka, lebih baik bicara dengan mereka daripada hanya bicara kepada mereka.
  3. Berbicara dengan anak remaja memicu partisipasi mereka dalam memecahkan masalah. Ini juga bisa membuat anak merasa dihargai oleh orang tua.
  4. Kitab Amsal memberikan petunjuk penting dalam membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Contohnya, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu,” (Amsal 22:6).

Semoga pesan ini bermanfaat bagi semua orang tua, khususnya ayah, untuk lebih aktif berbicara dengan anak-anak mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *