Dalam dunia yang semakin terhubung dan bergerak cepat, kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) berkualitas di sektor penerbangan semakin mendesak. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 300 bandara memiliki tantangan besar dalam membangun dan mempertahankan SDM yang tidak hanya kompeten, tetapi juga bangga menjalankan profesinya. Sayangnya, tren menunjukkan bahwa minat generasi muda untuk mengejar karier di bidang penerbangan—seperti menjadi pilot atau teknisi pesawat—semakin menurun.
Profesi Penerbangan Terpinggirkan
Beberapa tahun belakangan, profesi di sektor penerbangan tidak lagi menjadi impian utama para remaja dan pemuda. Sebaliknya, banyak dari mereka beralih ke profesi yang lebih “trendy” seperti selebgram, influencer, atau pekerjaan digital lainnya. Padahal, industri penerbangan adalah salah satu tulang punggung mobilitas nasional dan bagian penting dari kedaulatan udara Indonesia.
Faktor penyebab utama melunturkan kebanggaan terhadap profesi ini antara lain ketidakjelasan jenjang karier, rendahnya apresiasi sosial, serta minimnya narasi publik tentang pentingnya peran mereka. Di sisi lain, profesi digital dinilai lebih glamor, mudah menghasilkan uang, dan memberikan eksistensi di mata masyarakat.
Menurut teori self-determination oleh Deci dan Ryan (1985), motivasi intrinsik seperti rasa bangga terhadap suatu profesi sangat berpengaruh pada ketahanan dan pertumbuhan karier individu. Tanpa adanya kebanggaan tersebut, tenaga ahli cenderung mencari bidang lain yang memberikan penghargaan lebih tinggi.
SDM Penerbangan: Aset Strategis yang Terabaikan
Indonesia memiliki potensi besar dalam menyediakan SDM penerbangan. Setiap tahun, lembaga pendidikan seperti Perguruan Tinggi Kedinasan Penerbangan (PTKL) di bawah Kementerian Perhubungan meluluskan ribuan calon profesional. Namun sayang, sistem industri dalam negeri belum sepenuhnya mampu memberikan ruang tumbuh yang layak bagi mereka.
Banyak lulusan berbakat akhirnya memilih bekerja di luar negeri karena lingkungan kerja di sana lebih kondusif, baik dari segi fasilitas, gaji, maupun apresiasi sosial. Hal ini membuktikan bahwa meskipun kualitas SDM kita cukup baik, ekosistem yang mendukung masih lemah.
Gugatan: Spirit Nasionalisme di Sektor Penerbangan
Diskusi tentang industri penerbangan seringkali hanya berkutat pada aspek infrastruktur dan bisnis. Jarang sekali kita membahas soal “nasionalisme profesional”—bagaimana SDM merasa memiliki dan bangga terhadap tanah air saat menjalankan tugasnya. Jika tidak ada identitas kuat dan rasa memiliki, maka profesi teknis hanya akan dipandang sebagai pekerjaan biasa, bukan sebagai bentuk pengabdian.
Tanpa ekosistem yang membanggakan, sulit bagi kita menarik talenta baru ke sektor ini. Bahkan yang sudah berpengalaman pun enggan pulang ke tanah air. Ini menjadi tantangan besar yang harus segera dijawab melalui kebijakan strategis.
Pro-Kontra: Profesionalisme Global vs. Rasa Memiliki Lokal
Sebagian kalangan berpendapat bahwa profesionalisme harus diukur dari standar global, bukan dari aspek nasionalisme. Mereka ingin agar SDM Indonesia bisa bersaing di pasar internasional. Namun, pandangan ini mengabaikan pentingnya menjaga keberlanjutan nasional. Apa gunanya mencetak teknisi handal jika semua bekerja untuk maskapai asing?
Di sisi lain, fokus berlebih pada nasionalisme tanpa dukungan insentif dan sistem kerja yang baik hanya akan menghasilkan kebanggaan kosong. Solusi ideal adalah menyeimbangkan antara daya saing global dan rasa memiliki lokal.
Langkah-Langkah Menuju Pembaruan
Untuk membangkitkan kembali kebanggaan terhadap profesi penerbangan, beberapa langkah strategis perlu ditempuh:
-
Kampanye Narasi Inspiratif
Lakukan kampanye kreatif dan edukatif yang menampilkan kisah-kisah inspiratif pilot, teknisi, dan awak udara sebagai pahlawan modern di balik keselamatan penerbangan. -
Kemitraan Pendidikan-Industri
Lembaga pendidikan seperti PTKL dan sekolah penerbangan swasta harus lebih aktif dalam inovasi kurikulum, pelaksanaan magang, hingga penempatan kerja. -
Pemberian Insentif dan Penghargaan
Berikan penghargaan kepada SDM berprestasi, akses beasiswa, serta promosi media yang dapat membangun budaya apresiatif terhadap profesi ini. -
Platform Komunikasi Profesional
Ciptakan forum diskusi, komunitas, dan pameran profesi yang menjadi wadah bagi para praktisi untuk saling berbagi pengalaman dan semangat. -
Peningkatan Minat Generasi Muda
Adakan program berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), lomba aeronautika, dan eksplorasi teknologi dirgantara yang menyasar pelajar sejak usia dini.
Penutup: Bangkit dari Hati Para SDM
Penerbangan bukan hanya soal pesawat yang terbang di udara. Ia adalah simbol keberanian, disiplin, tanggung jawab, dan semangat pengabdian. SDM penerbangan adalah penjaga langit Indonesia. Untuk itu, penting bagi kita menanamkan kembali rasa bangga terhadap profesi ini kepada generasi muda.
PTKL Kemenhub dan institusi serupa memiliki peran penting sebagai garda depan pendidikan. Namun, kebanggaan tidak bisa diajarkan secara langsung; ia harus ditumbuhkan melalui contoh nyata, apresiasi, dan narasi publik yang hidup. Kita butuh lebih dari sekadar pesawat mewah—kita butuh manusia-manusia hebat yang siap menerbangkannya dengan semangat dan harga diri.


