Pendekatan Baru untuk Jaminan Keamanan Ukraina
Pergeseran fokus dalam konflik antara Rusia dan Ukraina kini beralih ke kemungkinan jaminan keamanan yang diusung oleh Amerika Serikat (AS). Skema ini dianggap sebagai langkah penting yang bisa mengakhiri perang yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Namun, bagaimana sebenarnya bentuk jaminan keamanan ala AS? Apakah AS benar-benar serius dalam menawarkan dukungan tersebut?
Dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, muncul indikasi bahwa Rusia setuju secara prinsip bahwa AS dapat memberikan perlindungan sesuai Pasal 5 NATO untuk Ukraina. Hal ini disebut sebagai titik terang oleh utusan AS Steve Witkoff. Pasal 5 NATO sendiri merupakan inti dari keamanan aliansi tersebut, di mana jika satu negara anggota diserang, itu dianggap sebagai serangan terhadap seluruh aliansi.
Pembahasan tentang jaminan keamanan juga muncul saat Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Washington. Mereka membahas kemungkinan adanya garansi keamanan yang akan diberikan oleh berbagai negara Eropa dalam koordinasi dengan AS. Meskipun detail teknis belum dirilis, beberapa poin utama telah muncul dalam pembicaraan tersebut.
Elemen-Elemen Utama Jaminan Keamanan
Salah satu elemen yang dibahas adalah penempatan pasukan Eropa di Ukraina. Trump menyebutkan bahwa negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Jerman kemungkinan akan menempatkan pasukan di sana, tanpa kehadiran pasukan AS di darat. Ide ini didasarkan pada gagasan tentang “koalisi sukarela” yang akan menjadi mekanisme disiplin bersama setelah kesepakatan perdamaian ditandatangani.
Di Paris, Zelenskyy menyatakan bahwa dukungan AS sangat penting. Ia menegaskan, “Jika AS terlibat, kita bisa memiliki kontingen yang lebih besar.” Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menekankan bahwa jaminan keamanan ideal harus mencakup pasukan penenang di darat, udara, dan laut.
Namun, tidak semua pihak yakin bahwa langkah ini cukup efektif. Analis militer Sean Bell menyampaikan keraguan, mengatakan bahwa diperlukan hingga 100.000 pasukan perdamaian agar bisa menjadi efek deterrence. Belum lagi kapal, jet tempur, dan dukungan logistik yang kuat.
Pemerintah Ukraina juga menilai bahwa pasukan Eropa saja tidak cukup. Zelenskyy menyatakan kepada Sky News bahwa “menempatkan pasukan Inggris, Prancis, dan sekutu lain tanpa melibatkan AS akan memberi keuntungan bagi Rusia.” Ia menekankan pentingnya keterlibatan AS agar jaminan keamanan benar-benar kredibel. Selain itu, ia juga menyarankan pendirian zona demiliterisasi (DMZ) dengan pembatasan artileri berat minimal 40 kilometer dari garis depan.
Inisiatif Alternatif: European Sky Shield
Selain penempatan pasukan, inisiatif alternatif yang semakin mendapat perhatian adalah European Sky Shield. Ini adalah zona pertahanan udara yang dikontrol pesawat tempur Eropa seperti F-16, Typhoon, Rafale, dan Eurofighter, dilengkapi radar canggih serta drone pengintai. Tujuannya adalah melindungi wilayah udara Ukraina dari serangan rudal jelajah dan drone Rusia tanpa konfrontasi langsung dengan jet Rusia. Dengan demikian, inisiatif ini dinilai lebih efektif daripada pengerahan 10.000 pasukan darat dan mengurangi risiko eskalasi, asalkan ada regulasi misi yang jelas serta dukungan intelijen dan elektronik perang yang memadai.
Hasil Konferensi London 2025
Hasil dari London Summit on Ukraine 2025 mencakup rencana jangka panjang yang mencakup kelanjutan aliran bantuan militer sambil menekan Rusia melalui sanksi ekonomi. Pernyataan ini menegaskan bahwa setiap kesepakatan perdamaian harus menjamin kedaulatan dan kehadiran Ukraina. Selain itu, meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina sebagai unsur pencegahan kapal serang di masa depan dan mendirikan koalisi sukarela untuk memastikan keamanan pascaperjanjian.
Pengalaman Masa Lalu dan Tantangan Masa Depan
Ukraina pernah menerima jaminan keamanan melalui Budapest Memorandum pada 1994, sebagai imbalan atas pelepasan senjata nuklirnya. Perjanjian ini diberikan oleh Rusia, AS, dan Inggris, tetapi penyerangan Rusia pada 2014 membuktikan kelemahan perjanjian non-legally binding atau tidak mengikat secara hukum.
Karenanya, Ukraina kini meminta kerangka jaminan keamanan yang lebih enforceable (dapat ditegakkan) dan tahan risiko pengingkaran seperti yang pernah terjadi. Secara keseluruhan, gagasan jaminan keamanan ala AS untuk Ukraina memiliki potensi besar sebagai terobosan diplomatik. Namun, keberhasilannya tergantung pada kombinasi dukungan udara, darat, laut, dan legitimasi yang kuat. Tanpa keterlibatan AS yang kredibel dan rancangan yang bisa menghindari kesalahan masa lalu, jaminan ini bisa kembali dianggap pepesan kosong di masa depan.
