– Sering kali kita mendengar komentar seperti, “Dia benar-benar mirip ayahnya!” atau “Wajahnya persis ibunya, hanya hidungnya yang mengikuti ayah.” Tapi, jika kita berbicara dalam konteks genetika, sebenarnya kita lebih mirip siapa?
Jawabannya tidak sesederhana 50/50. Secara teoritis, kita memang mewarisi jumlah DNA yang sama dari kedua orang tua. Namun, ada faktor lain yang membuat kita lebih condong ke salah satu orang tua, tergantung pada jenis gen yang diwarisi dan bagaimana gen tersebut diekspresikan.
1. Warisan Kromosom
Kita mewarisi 23 kromosom dari ayah (melalui sperma) dan 23 kromosom dari ibu (melalui sel telur), sehingga secara keseluruhan, kontribusi genetik dari kedua orang tua adalah sama.
Kromosom seks (X dan Y) memainkan peran penting. Anak perempuan mewarisi satu kromosom X dari ayah dan satu dari ibu, sementara anak laki-laki mewarisi kromosom X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Karena kromosom X membawa lebih banyak gen daripada kromosom Y, anak laki-laki mungkin lebih sering mengekspresikan gen dari ibu pada kromosom X.
2. Gen yang Diekspresikan (Ekspresi Gen)
Beberapa gen bersifat dominan atau resesif. Jika gen dari salah satu orang tua dominan, maka gen tersebut akan lebih tampak dalam ekspresi fisik atau biologis.
Misalnya, gen untuk mata cokelat biasanya lebih dominan dibandingkan dengan gen untuk mata biru. Jadi, jika ayah memiliki gen dominan untuk mata cokelat dan ibu memiliki gen resesif untuk mata biru, anak lebih cenderung memiliki mata cokelat.
3. DNA Mitokondria
Sebagian besar DNA kita disimpan dalam 23 pasang kromosom yang diwarisi dari kedua orang tua. Namun, ada satu jenis DNA lain yang hanya diwarisi dari ibu, yaitu DNA mitokondria. Mitokondria adalah “pembangkit energi” dalam sel dan berperan penting dalam metabolisme, penuaan, hingga daya tahan fisik.
Menurut Marika Charalambous, seorang ahli genetika dari King’s College London, “Contoh yang jelas adalah bahwa kita lebih mirip ibu dalam hal DNA mitokondria, daripada ayah.”
Studi juga menunjukkan bahwa DNA mitokondria mempengaruhi ketahanan atletik seseorang. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Physiology pada tahun 2005 menemukan bahwa varian gen mitokondria tertentu kurang umum ditemukan pada atlet elit dibandingkan dengan populasi umum. Bahkan, kemampuan olahraga seorang ibu dapat lebih akurat memprediksi ketahanan fisik anak dibandingkan dengan kemampuan ayahnya.
4. Imprinting Genetik
Jika kita bertanya bukan tentang jumlah gen, tetapi gen siapa yang lebih aktif, jawabannya lebih kompleks. Banyak perbedaan fisik dan karakter yang kita miliki tidak hanya berasal dari urutan DNA, tetapi juga dari mekanisme epigenetik—yaitu “saklar” kimiawi yang mengaktifkan atau menonaktifkan gen tertentu.
Fenomena ini disebut imprinting genetik, di mana gen dari salah satu orang tua bisa dinonaktifkan sepenuhnya. Misalnya, jika suatu gen tertentu hanya aktif ketika diwarisi dari ibu, maka jika diwarisi dari ayah, gen tersebut akan tetap diam.
Contoh lain, gen IGF2 (yang terkait dengan pertumbuhan) biasanya hanya aktif jika berasal dari ayah.
Penelitian yang diterbitkan dalam PLOS Genetics tahun 2012 memperkirakan bahwa sekitar 100 hingga 200 gen dipengaruhi oleh proses imprinting ini. Gen-gen ini berperan dalam perkembangan otak dan plasenta. Dalam beberapa kasus, imprinting genetik dapat menyebabkan seseorang lebih mirip salah satu orang tua dalam hal ukuran tubuh, pola tidur, atau bahkan kemampuan ingat.
Dominasi Gen Ayah di Otak?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kemungkinan bias yang menguntungkan gen dari ayah. Sebuah penelitian dalam Nature Genetics tahun 2015 menemukan bahwa gen yang diwarisi dari ibu 1,5 kali lebih cenderung untuk menjadi diam dibandingkan dengan gen dari ayah.
Menurut penelitian ini, manusia cenderung mengungkapkan lebih banyak gen dari ayah daripada ibu. Hal ini karena gen dari ayah mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar pada perkembangan dan fungsi tubuh, terutama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan otak.
Studi lain yang dipublikasikan di PLOS ONE pada tahun 2008 juga menunjukkan bahwa sebagian besar gen yang aktif di otak berasal dari ayah, sedangkan di plasenta lebih banyak gen yang dominan dari ibu.
Tetapi, hingga saat ini belum ada bukti yang kuat bahwa pola ini terjadi pada semua orang.
Kesimpulan: Tidak Sesederhana Itu
Meski ada beberapa proses yang membuat kita mirip dengan ibu dalam hal DNA mitokondria atau lebih banyak menggunakan gen ayah di otak, secara keseluruhan, faktor-faktor ini tidak langsung membuat kita “lebih mirip” satu orang tua dibandingkan yang lain.
Seperti yang dikatakan Edward Chuong, ahli biologi genom dari University of Colorado Boulder, “Ekspresi gen kita memang bersumber dari orang tua, tetapi terlalu kompleks untuk mengatakan bahwa kamu lebih mirip salah satu dari mereka.”
Jadi, apakah kita lebih mirip dengan ibu atau ayah? Jawabannya: genetika itu sangat kompleks!