Akan menjadi perusahaan yang berfokus pada investasi dan pengelolaan harta kekayaan negara.
Tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) raksasa, termasuk Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, Telkom, dan MIND ID, akan berada di bawah naungan Danantara. Dengan aset awal sebesar 900 juta dolar AS (Rp14 triliun), Prabowo berharap Danantara menjadi kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia.
Danantara tidak hanya mengelola aset, tetapi juga berperan penting dalam pengembangan ekonomi dan inovasi di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Dengan pendekatan ini, Danantara dapat meningkatkan nilai aset negara, mendorong investasi yang lebih terarah, dan memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di panggung global.
Tetap berperan sebagai regulator BUMN, dengan kewenangan untuk menyetujui RUPS, mengusulkan agenda RUPS, mengakses data perusahaan, dan menetapkan pedoman strategis. Sementara itu, Dana Aset Manajemen (DAM) lebih fokus pada pengelolaan investasi dan aset BUMN.
Perusahaan investasi global dari Singapura, Temasek, mendapat perhatian publik sebelum peresmian BPI Danantara. Hal ini menarik karena Temasek telah berpengalaman dalam mengelola investasi besar-besaran. Kedua perusahaan terlihat mirip, sehingga masyarakat penasaran dan bertanya-tanya, apakah Danantara akan mengikuti model bisnis Temasek.
Temasek Holdings adalah sebuah perusahaan investasi di Singapura yang didirikan pada tahun 1974. Berbeda dengan lembaga pemerintah atau badan hukum lainnya, Temasek beroperasi sebagai sebuah perusahaan komersial di bawah Undang-Undang Perusahaan Singapura, memiliki dewan direksi dan tim manajemen profesional sendiri, membayar pajak, dan membagi dividen kepada pemegang saham. Meskipun demikian, sebagai institusi penting di Singapura, Temasek juga terikat pada ketentuan tertentu dalam Konstitusi Singapura, khususnya terkait perlindungan cadangan masa lalu.
Bertugas mengelola investasi dan aset yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Singapura. Tujuannya adalah untuk memisahkan pengelolaan investasi yang dilakukan secara komersial oleh Temasek dengan pembuatan kebijakan dan regulasi pemerintah yang dipegang oleh Kementerian Keuangan. Dengan demikian, Kementerian Keuangan Singapura dapat lebih fokus pada perumusan kebijakan, sementara Temasek memaksimalkan nilai aset negara melalui investasi yang strategis.
Temasek beroperasi secara independen dan profesional. Sumber pendanaannya berasal dari hasil penjualan investasi, dividen, dan distribusi kas lainnya dari perusahaan portofolio dan investasi lainnya, serta pinjaman dan sumber biaya utang seperti Obligasi Temasek dan Program Surat Berharga Euro-komersial. Temasek tidak mengelola dana tabungan CPF (Central Provident Fund), kelebihan kas pemerintah, atau Cadangan Devisa Resmi Singapura yang dikelola oleh Otoritas Moneter Singapura.
Temasek memiliki nilai portofolio bersih sebesar SGD 389 miliar per 31 Maret 2024. Angka ini menunjukkan nilai aset yang diurus oleh Temasek di berbagai wilayah. Portofolio investasi Temasek mencakup berbagai sektor, termasuk teknologi, keuangan, energi, dan lain-lain.
Selain nilai portofolio bersih yang telah disebutkan sebelumnya, Temasek juga mengungkapkan potensi peningkatan nilai asetnya. Dengan menetapkan aset yang belum terdaftar di pasar (aset tidak tercatat) ke harga pasar, diperkirakan akan ada peningkatan nilai sebesar 31 miliar dolar Singapura (Rp378 triliun). Jika potensi peningkatan ini direalisasikan, maka nilai portofolio Temasek dapat mencapai 420 miliar dolar Singapura (Rp5 ribu triliun).
Nilai kekayaan yang besar ini menunjukkan skala dan pengaruh Temasek sebagai salah satu perusahaan investasi terkemuka di dunia. Dengan kantor di 13 kota di 9 negara, Temasek melakukan investasi secara global dan berperan penting dalam perekonomian Singapura dan dunia.
Investasi Temasek di Indonesia mencakup berbagai sektor, mulai dari perbankan, telekomunikasi, hingga ritel. Hal ini menunjukkan komitmen mereka terhadap pasar Indonesia yang dinamis dan potensial. Meskipun beberapa investasi telah dilepas, kehadiran Temasek sebagai investor besar tetap memberikan dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia.
BDMN, sebuah bank dengan kapitalisasi pasar Rp46 triliun di Bursa Efek Indonesia. Investasi ini menempatkan Temasek sebagai pemegang saham mayoritas di salah satu bank terkemuka di Indonesia, menunjukkan kepercayaan mereka pada sektor perbankan nasional.
Selain perbankan, Temasek juga memiliki investasi signifikan di bidang komunikasi. Melalui SingTel, di mana Temasek memiliki 54% saham, mereka memiliki 35% saham di PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), operator seluler terbesar di Indonesia. Kepemilikan ini dimulai sejak tahun 2001 dan terus berkembang, menjadikan Temasek sebagai salah satu pemain utama di industri komunikasi Indonesia.
Pada tahun 2013, Temasek, melalui Anderson Investments, membeli 26,1% saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), operator gerai Hypermart, senilai 300 juta dolar AS (Rp4 triliun). Investasi ini menunjukkan minat Temasek pada sektor ritel Indonesia yang berkembang pesat. MPPA saat ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp6,6 triliun di Bursa Efek Indonesia.
Sebelumnya, Temasek juga pernah terafiliasi dengan Indosat, penyedia layanan seluler terbesar kedua di Indonesia, melalui anak usahanya ST Telemedia (STT). Namun, kepemilikan ini kemudian dijual pada tahun 2008 setelah adanya kasus kepemilikan ganda di industri telekomunikasi. Meskipun demikian, investasi ini mencerminkan keinginan awal Temasek untuk memasuki pasar telekomunikasi Indonesia yang potensial.