Kenaikan Harga Beras Menghancurkan Kesejahteraan Pelaku Warung Nasi Kuning di Polewali Mandar
Di tengah kenaikan harga beras yang terus berlangsung, Ibu Ros (45) merasa kewalahan. Sebagai pemilik warung nasi kuning di Jl. Ratulangi, Kelurahan Pekkabata, Kecamatan Polewali, ia harus menghadapi tantangan besar dalam menjalankan usahanya. Harga beras yang naik secara bertahap selama sebulan terakhir memaksa Ibu Ros untuk menambah modal usahanya, sementara pendapatannya tidak meningkat.
Ibu Ros mengungkapkan bahwa sebelumnya harga beras per kilogram berada di kisaran Rp11 ribu. Namun, saat ini harga beras telah mencapai Rp16 ribu per kg. Dengan kenaikan ini, ia harus membeli beras lebih sering dan dalam jumlah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan warungnya. Sebelumnya, ia hanya membeli 4 kg beras setiap bulannya, tetapi kini harus membeli dua kali dalam sebulan dengan jumlah 10 kg.
Kenaikan harga beras bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi Ibu Ros. Ia juga mengeluhkan kenaikan harga bumbu-bumbu seperti tomat dan cabai, yang kini harganya mencapai Rp30 ribu per kg. Selain itu, harga tabung gas juga meningkat, mencapai Rp38 ribu per 3 kg. Hal ini semakin memberatkan biaya operasional warungnya.
Ibu Ros tak berani menaikkan harga makanan lantaran khawatir pembeli akan semakin sedikit. Ia juga takut mengurangi porsi nasi kuning atau nasi putih karena banyak pelanggan yang sudah terbiasa dengan ukuran porsi yang sama. “Kita juga takut kalau mau kurangi porsi nasi kuning sama nasi putih, karena sudah banyak langganan yang tahu porsinya,” ujarnya.
Selain Ibu Ros, para pedagang beras di Pasar Sentral Pekkabata juga mengeluhkan kenaikan harga beras yang signifikan. Harga beras di pasar tersebut kini mencapai Rp410 ribu per 25 kg, naik dari sebelumnya yang berada di kisaran Rp350 ribu per 25 kg. Kenaikan ini terjadi sejak akhir Mei lalu, dan dalam satu bulan terakhir, harga beras naik sebanyak lima kali.
Ilham, salah satu pedagang beras di Pasar Sentral Pekkabata, mengatakan bahwa stok beras di tokonya mulai menipis sejak beberapa pekan terakhir. Para pedagang harus antre untuk mendapatkan beras dari pabrik lantaran permintaan yang tinggi. “Seperti di pabrik Nurmadina kita harus antre. Penyebabnya saya kurang tahu, mungkin karena sudah akhir panen. Beras medium juga sudah tidak ada sejak dua pekan lalu,” jelasnya.
Selain itu, Ibu Ros dan para pedagang lainnya juga khawatir karena beras SPHP yang biasanya menjadi alternatif saat harga beras mahal kini tidak lagi tersedia di pasaran. “Berat SPHP itu terakhir keluar saat pertengahan Ramadan. Untuk saat ini sudah tidak ada. Rata-rata orang mencari beras SPHP, saya kurang tahu apa penyebabnya sampai tidak disalurkan,” tambahnya.
Dengan situasi ini, para pelaku usaha seperti Ibu Ros dan Ilham sangat berharap agar harga beras dapat kembali turun ke angka sebelumnya. Mereka berharap kondisi ini tidak terus berlanjut dan bisa segera stabil agar usaha mereka tetap bisa berjalan dengan baik.


