Sebagai orang tua, Anda pasti memiliki kekhawatiran setiap kali melihat anak Anda bermain atau menjalankan aktivitasnya. Kata-kata seperti ‘Hati-hati ya, Nak’, ‘Jangan memukul, ya’, atau ‘Siapa yang melakukan ini?’, pasti menjadi bagian dari percakapan sehari-hari.
Tidak ada yang salah dengan peringatan-peringatan ini, Ibu. Sebagai orang tua, Ibu hanya ingin melindungi mereka dari berbagai bahaya yang mengancam.
Perlu diingat bahwa jika kata-kata ini terlalu sering diucapkan, ternyata bisa mempengaruhi cara anak belajar menghadapi tantangan dan mengambil risiko. Meskipun ingin melindungi Si Kecil, tetap penting untuk memberikan ruang bagi anak untuk belajar mengambil keputusan dan menghadapi konsekuensi dari pilihan yang mereka buat.
.
![]() |
Manfaat anak mengambil risiko
Anak yang berani mengambil risiko tentu akan meningkatkan rasa kemandirian, kemampuan menilai risiko, serta stres positif yang akan mendorong pertumbuhannya, Bu. Tidak hanya itu, Si Kecil juga akan mengevaluasi batasan mereka saat bereksperimen dan mendorong diri mereka untuk selalu mengambil risiko.
Beberapa anak secara alami lebih berani mengambil risiko. Namun, mereka tetap memerlukan dukungan untuk memastikan langkah mereka tetap aman. Di sisi lain, ada anak-anak yang cenderung menghindari risiko dan membutuhkan dorongan agar mereka berani mencoba hal-hal baru.
Hindari Mengatakan “Jangan” ke Anak, Ini 10 Kata Penggantinya yang Paling Baik
|
Saat anak mulai belajar mengambil risiko, mereka juga belajar untuk berjalan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri dan menilai situasi dengan bijak. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan rasa percaya diri.
Sebagai orang tua, Bunda mungkin perlu mengingatkan anak agar berhati-hati dalam mengambil risiko tertentu. Namun, selain kata ‘hati-hati’, Bunda bisa memilih kata-kata lain yang lebih mendorong anak untuk berpikir dan bertindak dengan bijaksana.
Kata pengganti ‘hati-hati’ terbaik menurut psikolog
Jamie Glowacki mengatakan bahwa setiap ibu biasanya mengucapkan kata ‘hati-hati’, yaitu ketika anaknya biasanya dalam keadaan baik. Ini menunjukkan bahwa anaknya mampu menavigasi risiko yang lebih besar daripada yang ibunya pikirkan.
“Meskipun mereka mungkin membuat beberapa kesalahan dalam prosesnya, mereka pasti akan mendapatkan beberapa kesuksesan yang sangat luar biasa,” jelasnya.
:
- Jangan lupa… (tusukannya sangat tajam/adikmu ada di samping kamu/beratnya sangat ekstrem)
- Perhatikan… (permukaannya sangat licin/ada kaca di sampingmu)
- Apa yang akan kamu lakukan dengan tongkat besar itu jika kamu memanjat pohon?
- Apakah kamu merasa…(tetap stabil di atas batu itu/terasa stabil di atas pijakan itu/terasa panasnya api itu)
- Bisakah kamu mendengar… (airnya sangat deras/angin yang kencang/anak-anak lain bermain)
- “Cobalah gunakan… (tangan/kaki/lengan)”
- “Apakah kamu merasa… (takut/aman/lelah/bersemangat)”
- “Tidak usah terburu-buru”
- Aku ada di sini kalau kamu membutuhkan aku
Anak perlu berani mengambil risiko untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan dapat menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dengan mengambil risiko, anak dapat belajar mengenai batasan-batasan diri dan bagaimana mengatasi hambatan.
keluarga/Foto: Getty Images/imtmphoto
|
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak lebih berani mengambil risiko. Berikut ini adalah ulasannya seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. Jadilah teladan yang baik
Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, terutama dalam bagaimana mereka menghadapi kesulitan.
Ketika anak-anak melihat Bunda atau Ayah berusaha keras untuk melakukan hal yang benar, mereka tentu akan terdorong untuk melakukan hal yang sama.
Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan anak tentang menghadapi rasa takut adalah dengan memberikan mereka contoh langsung. Biarkan anak melihat bagaimana Bunda atau Ayah keluar dari zona nyaman dan menghadapi ketakutan serta keraguan, baik dalam pekerjaan, interaksi sosial, atau tantangan sehari-hari lainnya.
2. Minta anak bercerita
Belajar menjadi anak yang berani mengambil risiko memerlukan waktu dan latihan. Pastikan Bunda selalu meminta anak untuk melakukan sesuatu yang berani setiap harinya.
Biarkan anak memperkenalkan diri pada orang baru, mengajak teman baru untuk bermain, atau membantu temannya yang sedang menghadapi kesulitan. Jika diinginkan, bunda dan ayah juga dapat meminta mereka untuk menceritakan pengalamannya sehari-hari pada sebuah kertas.
3. Pengurangan rasa takut
Jika rasa takut mengambil risiko tidak diatasi, dampaknya akan sangat besar pada perkembangan anak. Oleh karena itu, bunda perlu mengajarkan anak bagaimana mengurangi rasa takutnya ini.
Asalkan anak mengatakan “Aku bisa melakukannya”, itu sudah cukup. Selain itu, ajarkan juga mereka untuk mengambil napas dalam untuk menemukan keberanian mereka.
4. Ajak anak bicara
Anak-anak biasanya sulit mengekspresikan perasaannya sendiri. Oleh karena itu, bunda perlu sering mengajaknya berbicara bersama.
Terkadang, anak-anak hanya membutuhkan saran dari orang terdekatnya. Jadi, dengarkan mereka tanpa menghakimi atau mengubah pikirannya, ya.
.
5. Tingkatkan rasa percaya diri anak
Keyakinan diri sendiri adalah kepercayaan anak terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk menghadapi segala situasi atau tantangan dalam kehidupannya. Dokter Spesialis Anak, dr. Asmita Mahajan, mengatakan bahwa rasa percaya diri ini perlu ditanamkan pada anak dengan cara memberikan pujian yang tidak berlebihan.
.
Pilihan Redaksi
|
. Gratis!