– Vicky Nastasha sudah hampir 17 tahun tinggal di Jerman. Ia mulai mengikuti program Ausbildung pada tahun 2008.
Pada tahun 2014, Vicky memulai karirnya sebagai guru PAUD dan sekarang juga bekerja sebagai konsultan parenting di Jerman.
Sebelumnya, ia melanjutkan studinya S1 atau sarjana di Elly-Heuss-Knapp Berufskolleg di Düsseldorf pada tahun 2010.
Saat masih belum ramai perbincangan tentang “Kabur Aja Dulu” di media sosial, dia sudah lebih dahulu memutuskan untuk bekerja di luar negeri. Alasannya adalah peluang kerja di sana lebih baik.
Tagar #KaburAjaDulu banyak dibicarakan di X, Threads, dan Instagram karena adanya kekecewaan dalam mencari pekerjaan di Indonesia. Misalnya, ada syarat usia dan bentuk tubuh yang proporsional yang dirasa menghalangi generasi muda dalam mencari pekerjaan.
Seruan itu dianggap sebagai bentuk peringatan dari anak muda kepada pemerintah karena melihat ketidakjelasan di negaranya dan anak muda merasa tidak ada yang bisa membantu mereka selain diri mereka sendiri.
Akan tetapi, seruan yang berisi ketidakpuasan generasi muda justru dianggap tidak nasionalis oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Bahlil Lahadalia.
Bahlil mengatakan, orang-orang yang mengikuti tagar Kabur Aja Dulu patut dipertanyakan jiwa nasionalisme-nya.
pada Rabu (20/2/2025).
Tapi berapa gaji guru PAUD di Jerman?
Mereka bisa mendapatkan gaji sebesar Rp 60 juta per bulan
Vicky, yang juga sering membagikan konten parenting di Instagramnya, mengatakan gaji guru PAUD di Jerman sangat tinggi.
“Saya memiliki gaji Rp 60 juta setiap bulan,” katanya.
Dia berbagi foto di Instagram miliknya dan curhat kalau upahnya hanya ratusan ribu rupiah per bulan.
Bahkan ada yang sebesar Rp 200.000 per bulan. Itupun, baru cair dalam waktu beberapa bulan sekali. Sementara itu, biaya hidup di Indonesia sendiri sangatlah tinggi.
“Paling kaget ya. Apalagi di Indonesia semua hampir mahal. Kuliah, biaya kuliah juga mahal, kesehatan juga belum semua gratis,” ujarnya.
Dari penghasilannya, ia bahkan dapat menghemat uang dan mendirikan perusahaan sendiri. Saat ini ia memiliki satu perusahaan bernama Pro Keluarga di Indonesia.
Perusahaan ini menyediakan Pro Familie, sebuah layanan konsultasi dan konseling keluarga.
Perusahaan ini membantu keluarga mengimplementasikan gaya pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak Indonesia.
“Saya memiliki tujuh pegawai, saya membayar pajak juga di Indonesia. Jadi kalau ditanya bukti cinta tanah air, ya ini lah cara saya,” katanya.
Vicky mengatakan bahwa dirinya membayar pajak di Indonesia untuk usahanya ini. Setiap tahun ia juga berusaha untuk pulang ke Indonesia.
Di Jerman, masyarakat yang hanya ingin kuliah diberi penghargaan tanpa harus membayar. Bahkan, biaya kuliah kedokteran pun diberikan secara gratis.
Termasuk biaya kesehatan, kata Vicky, jika ada pasien ke rumah sakit pun tidak ditarik biaya.
“Semuanya benar-benar gratis,” tambahnya.
Vicky mengatakan, di Jerman, cuti melahirkan atau Mutterschutz berlaku untuk semua pekerja perempuan yang sedang hamil dan menyusui, bahkan hingga dua tahun. Selama cuti pekerja berhak menerima gaji penuh dan tidak boleh dipecat.
Di sana juga ada hak pekerja seperti cuti 30 hari dalam setahun. Selain itu, biaya pajak juga disesuaikan.
Contohnya pajak bagi pekerja yang belum menikah, sudah menikah, dan bercerai itu berbeda.
“Saat menikah pajaknya justru lebih kecil daripada saat single karena ketika menikah, ada biaya ekstra yang dikeluarkan dalam satu keluarga,” katanya.
Sistem yang berbeda di Indonesia, Jerman, dan negara lain membuat siapa pun ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Tidak berarti, ingin kehidupan yang lebih baik berarti tidak mencintai tanah air.
“Benar-benar anak muda Indonesia kabur dulu itu tepatnya. Mereka siap bekerja, tapi tidak ada pekerjaan. Jika ada gajinya sedikit. Di sini siap bekerja ya ada pekerjaannya dan gajinya tinggi,” jelasnya.
Ia menjawab soal tagar #KaburAjaDulu, bahwa nilai nasionalisme seseorang tidak bisa dibuktikan dengan kewajiban harus tinggal di Indonesia atau memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) Indonesia.
Ia menyatakan bahwa banyak anak muda Indonesia yang pergi ke luar negeri bukan karena mereka tidak menghargai tanah air, tetapi di sana mereka lebih dihargai dan memiliki peluang yang lebih besar untuk berkembang lebih maju.
“(Kabur aja dulu) itu muncul karena ada rasa tidak nyaman, merasa kurang tenang, seperti ada yang salah dalam sistem di Indonesia,”katanya.
Jerman tidak memiliki banyak syarat kerja
Vicky mencontohkan, salah satu ketidaknyamanan bagi anak muda saat mencari pekerjaan di Indonesia. Banyaknya lowongan pekerjaan di Indonesia seringkali memiliki syarat batas usia, jenis kelamin, dan orientasi seksual pada pelamar.
Seringkali individu dapat ditemukan sendiri dalam syarat perusahaan.
“Sementara di Jerman, tidak ada batasan usia. Apa pun jenis kelaminmu, apapun orientasi seksualmu, tidak perlu cantik untuk bekerja,” katanya.
Di Indonesia, selain masalah biaya kuliah yang tinggi, belum ada jaminan bahwa setelah lulus Anda langsung bisa bekerja. Jika sudah diterima, biasanya pekerjaan tersebut juga berdasarkan kontrak.
“Seperti adik saya yang pernah beberapa kali berganti pekerjaan. Masalahnya, contohnya, ada kontrak kerja. Di Jerman tidak ada. ‘Tidak ada kontrak kerja tak terbatas (unlimited),” ujar dia.
Peluang beasiswa ke Jerman, menurut Vicky juga sangat tinggi. Mahasiswa bisa didanai sepenuhnya dan didukung selama kuliah. Informasi beasiswa bisa ditemukan melalui situs DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst), yaitu Layanan Pertukaran Akademik Jerman.
DAAD merupakan organisasi yang mendanai pertukaran mahasiswa dan peneliti internasional. Vicky mengatakan, saat ini Jerman mengalami kekurangan tenaga kerja. Lebih banyak lansia daripada anak muda di Jerman.
“Saya memiliki tiga kelas di sekolah, salah satu grup telah ditutup selama tiga tahun. Bukan karena tidak ada ruangnya. Tapi tidak ada guru yang mengajar,” katanya.
Termasuk pekerjaan seperti dokter, perawat, dan psikolog, juga mengalami kekurangan tenaga kerja.
“Jadi pemerintah melakukan kemudahan bagi pendatang, seperti pembuatan kartu biru, visa kerja satu tahun, itu disederhanakan,” katanya.