Perayaan Hari Statistik Nasional dan Potensi Integrasi Data di NTT
Perayaan Hari Statistik Nasional (HSN) yang jatuh pada tanggal 26 September setiap tahunnya menjadi momen penting bagi seluruh masyarakat statistik di Indonesia. Tahun ini, perayaan HSN di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan harapan baru dengan terbukanya peluang integrasi antara Nagekeo Satu Data (NSD) dan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Kedua sistem data ini memiliki nilai tinggi dan potensi besar dalam mendukung berbagai program pembangunan lintas sektor.
Integrasi NSD dengan DTSEN dilakukan melalui pemberian data NSD By Name By Address (BNBA) untuk dipadankan dengan DTSEN. Dengan adanya integrasi ini, Pemerintah Daerah dapat melakukan intervensi yang lebih tepat sasaran dalam berbagai program pembangunan. NSD sendiri telah menyediakan beberapa modul yang bisa diintegrasikan, namun proses integrasi masih membutuhkan waktu karena sekitar 20 persen dari total data belum terselesaikan.
Salah satu kendala utama adalah bencana banjir bandang Mauponggo yang terjadi pada 8 September 2025. Bencana ini menghancurkan banyak rumah dan memengaruhi proses pengumpulan data. Namun, meskipun ada tantangan, integrasi dengan DTSEN tetap menjadi kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan. Dengan memanfaatkan integrasi ini, daerah dapat meningkatkan kualitas data dan keberlanjutan pembangunan.
Sejarah HSN dimulai sejak tahun 1960 ketika Pemerintah RI mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus. Seiring waktu, undang-undang ini berkembang menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik, yang kemudian diganti oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997. Pada tahun 2025, tema HSN adalah “Statistik Berkualitas untuk Indonesia Emas”.
DTSEN, yang dimulai pada 20 Februari 2025, menjadi tonggak sejarah dalam perstatistikan Indonesia. Peran BPS dalam DTSEN adalah mengorkestrasi data menjadi satu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berbagai program pemerintah. DTSEN menyediakan data seluruh keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraannya, mulai dari Desil 1 hingga Desil 10. Informasi yang tersedia mencakup identitas kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kepemilikan usaha, kesehatan, kondisi perumahan, dan kepemilikan aset.
NSD sendiri baru dimulai pada 20 Mei 2025 dengan launching oleh Wakil Bupati Nagekeo. Meski awalnya hanya diperkirakan akan digunakan dalam jangka panjang, NSD justru berfungsi saat bencana. Saat banjir bandang Mauponggo terjadi, NSD membantu dalam pemutakhiran data yang sangat cepat, memungkinkan relokasi rumah terdampak bencana.
Bencana banjir bandang Mauponggo dipicu oleh aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial yang melintasi Nusa Tenggara. Kejadian ini menyebabkan kerusakan pada pemukiman warga dan infrastruktur. Masa bencana dibagi menjadi tiga tahap: siaga, tanggap darurat, dan pemulihan. Selama masa darurat, kebutuhan air bersih dan rumah menjadi prioritas utama.
Kendala utama dalam integrasi data adalah ketersediaan data lintas sektor. Pembinaan Statistik Sektoral bertujuan untuk memperkuat statistik sektoral agar sesuai dengan ketentuan Satu Data Indonesia (SDI). Namun, sering kali data masukan belum siap, sehingga pengolahan data manual masih menjadi tantangan.
Dengan adanya NSD dan DTSEN, data dapat diolah secara digital dan saling berbagi pakai. Contohnya, data BNBA dari PLN dapat dipadankan dengan Dukcapil, sehingga memungkinkan penghitungan jumlah pelanggan air minum yang akurat. Langkah-langkah seperti ini menjadi fondasi penting dalam menuju satu data yang lebih efisien dan akurat.
Harapan besar ditempatkan pada integrasi NSD dan DTSEN, yang diharapkan dapat mengurangi kesalahpahaman dan penyaluran bansos yang lebih tepat sasaran. Dengan terus melakukan pemutakhiran data dan pengembangan teknologi, NTT dapat menjadi kabupaten dan provinsi digital pertama di Indonesia.


