Arti Kata Totaliter dan Pengertian Negara Totaliter
Totaliter adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang sangat otoriter dan mengontrol hampir seluruh aspek kehidupan warga negaranya. Dalam konteks politik, kata ini merujuk pada sebuah negara di mana pemerintah memiliki kendali mutlak atas semua aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Pemerintah tidak hanya mengendalikan kebijakan, tetapi juga pikiran, nilai-nilai, dan perilaku masyarakat.
Secara umum, arti totaliter dapat dijelaskan sebagai sistem pemerintahan yang menindas hak-hak individu dan memantau segala aktivitas warga negara. Dalam negara totaliter, negara menggunakan sumber daya manusia dan benda secara maksimal untuk mencapai tujuan nasional. Pemerintah tidak hanya mengendalikan politik dan ekonomi, tetapi juga berusaha memengaruhi cara berpikir dan bersikap masyarakat.
Karakteristik Utama Negara Totaliter
Negara totaliter memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari sistem pemerintahan lainnya. Berikut adalah karakteristik utama dari negara totaliter:
- Ideologi Tunggal: Negara memiliki satu ideologi resmi yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat. Ideologi ini seringkali dipaksakan melalui propaganda dan indoktrinasi.
- Partai Tunggal: Kekuasaan hanya dikuasai oleh satu partai politik yang tidak mentolerir adanya oposisi. Partai ini mengendalikan seluruh lembaga negara dan organisasi masyarakat.
- Pemimpin Karismatik: Biasanya ada seorang pemimpin yang sangat dipuja dan dianggap sebagai simbol negara. Pemimpin ini memiliki kekuasaan mutlak dan tidak bertanggung jawab kepada siapa pun.
- Kontrol Ekonomi: Negara mengendalikan sebagian besar atau seluruh aspek ekonomi, termasuk produksi, distribusi, dan konsumsi.
- Represi Politik: Negara menggunakan kekerasan, teror, dan pengawasan untuk menekan oposisi dan memastikan kepatuhan warga negara. Kebebasan sipil seperti kebebasan berbicara, berkumpul, dan berpendapat sangat dibatasi atau dilarang sama sekali.
- Propaganda dan Sensor: Negara menggunakan media massa untuk menyebarkan propaganda dan mengendalikan informasi yang tersedia bagi masyarakat. Sensor dilakukan untuk mencegah kritik dan pandangan yang bertentangan dengan ideologi negara.
- Militerisme: Negara seringkali menekankan kekuatan militer dan siap menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politiknya.
Ciri-ciri Negara Totaliter
Selain karakteristik di atas, negara totaliter juga memiliki ciri-ciri tambahan yang semakin memperkuat gambaran tentang sistem pemerintahan yang sangat otoriter. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:
- Represi Politik yang Kuat: Oposisi dilarang dan kebebasan individu sangat dibatasi.
- Tidak Ada Demokrasi: Pemilihan umum yang curang atau ditiadakan.
- Pengagungan Individu: Pemimpin diagung-agungkan secara berlebihan.
- Kontrol Ekonomi Absolut: Negara mengendalikan seluruh kegiatan ekonomi.
- Penyensoran Masif: Informasi dikontrol ketat oleh negara.
- Pengintaian Massal: Kehidupan pribadi warga diawasi secara ketat.
- Terbatasnya Kebebasan Bergerak: Warga negara sulit untuk bepergian, termasuk ke luar negeri.
- Penggunaan Terorisme sebagai Alat Negara: Negara menggunakan kekerasan untuk mengendalikan warga.
Perbedaan Totaliter dengan Otoriter
Meskipun sering disamakan, totaliter dan otoriter memiliki perbedaan signifikan. Dalam rezim otoriter, kekuasaan dipegang oleh seorang diktator, komite, junta militer, atau kelompok elite politik yang memonopoli kekuasaan politik. Sementara dalam totaliterisme, negara mengontrol hampir semua aspek kehidupan publik dan pribadi warga negaranya.
Hubungan Totaliter dengan Soekarno
Isu hubungan Soekarno dengan totaliter menjadi topik yang kompleks dan diperdebatkan. Beberapa pihak menuduh bahwa Soekarno memiliki kecenderungan ke arah pemerintahan totaliter, sementara yang lain membantahnya. Argumen yang mendukung tuduhan ini antara lain:
- Konsep Demokrasi Terpimpin: Soekarno memperkenalkan konsep Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959, yang secara signifikan membatasi peran partai politik dan memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada presiden.
- Pembubaran Konstituante: Pada tahun 1959, Soekarno membubarkan Konstituante yang bertugas menyusun undang-undang dasar baru.
- Pembentukan Kabinet Kerja: Soekarno membentuk Kabinet Kerja yang beranggotakan orang-orang yang setia kepadanya.
- Propaganda dan Kultus Individu: Soekarno membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang karismatik dan diagung-agungkan.
- Pembatasan Kebebasan Pers dan Berpendapat: Pada masa Demokrasi Terpimpin, kebebasan pers dan berpendapat sangat dibatasi.
Namun, ada juga argumen yang menentang tuduhan totaliter terhadap Soekarno, seperti:
- Nasionalisme dan Anti-Imperialisme: Soekarno adalah tokoh nasionalis yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan melawan imperialisme.
- Ideologi Pancasila: Soekarno adalah penggagas ideologi Pancasila, yang menekankan pada persatuan, keadilan sosial, dan demokrasi.
- Dukungan Rakyat: Soekarno memiliki dukungan yang luas dari rakyat Indonesia.
- Konteks Sejarah: Kebijakan-kebijakan Soekarno perlu dilihat dalam konteks sejarah pada saat itu.
Contoh Negara yang Totaliter
Beberapa contoh negara yang dianggap totaliter dalam sejarah antara lain:
- Nazi Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler
- Uni Soviet di bawah Joseph Stalin
- Korea Utara yang masih bertahan hingga kini
- Republik Rakyat Tiongkok di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok
Arti Totaliter dalam Bahasa Gaul
Dalam bahasa gaul, kata “totaliter” sering digunakan untuk menggambarkan situasi atau sikap yang terlalu ketat dan mengontrol. Misalnya, seseorang bisa mengatakan “Dia itu pacar totaliter, semua-muanya diatur.” Di sini, kata “totaliter” digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sangat mengontrol dan mengatur kehidupan orang lain.
Arti Totaliter dalam Hubungan Asmara
Dalam hubungan asmara, kata “totaliter” merujuk pada dinamika di mana satu pihak mencoba mengendalikan atau mendominasi pasangannya secara berlebihan. Ini bisa mencakup kontrol berlebihan, pengambilan keputusan sepihak, kurangnya kebebasan, manipulasi emosional, isolasi, dan kecemburuan berlebihan. Hubungan seperti ini tidak sehat dan dapat merusak kesejahteraan emosional dan mental korban.


