Rupiah Melemah Usai PM Jepang Mundur, Dolar AS Terpuruk Data Ketenagakerjaan

Posted on

Penurunan Yen dan Ketidakpastian Politik di Jepang

Nilai tukar yen mengalami penurunan pada hari Senin (1/9/2025) setelah Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran dirinya. Keputusan ini memicu ketidakpastian politik yang berdampak langsung terhadap pasar keuangan. Yen jatuh 0,6 persen terhadap dolar AS, mencapai posisi 148,25. Selain itu, yen juga melemah terhadap euro dan pound sterling, dengan tingkat terendah dalam lebih dari setahun.

Kemunduran Ishiba membuka babak baru ketidakpastian di Jepang, ekonomi terbesar keempat dunia. Pasar menantikan pemilihan perdana menteri baru, yang akan memengaruhi arah kebijakan fiskal dan moneter negara tersebut. Investor memperkirakan bahwa pengganti Ishiba akan lebih cenderung pada kebijakan yang lebih longgar, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga Bank of Japan (BOJ).

Beberapa nama yang dikaitkan sebagai calon pengganti Ishiba antara lain Sanae Takaichi, seorang politikus senior Partai Demokrat Liberal (LDP), yang sering mengkritik kenaikan suku bunga BOJ. Menurut Hirofumi Suzuki, Kepala Strategi Valuta Asing di SMBC, kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan pada September tidak tinggi. Ia memprediksi bahwa bulan September akan menjadi periode “wait and see” untuk The Fed.

Ketidakpastian Politik Memicu Volatilitas Pasar

Ketidakpastian politik di Jepang menyebabkan penjualan yen dan obligasi pemerintah Jepang (Japanese Government Bond/JGB). Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun bahkan mencapai rekor tertinggi. Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo, menjelaskan bahwa investor akan tetap waspada hingga pengganti Ishiba ditetapkan. Hal ini membuat volatilitas tinggi di yen, obligasi, dan saham.

Mantan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi menyatakan siap maju dalam pemilihan internal untuk menentukan pemimpin baru LDP. Meskipun demikian, situasi masih dinamis karena belum ada kejelasan tentang profil pengganti Ishiba.

Sementara itu, data ekonomi Jepang pada Senin tidak memberikan respons signifikan terhadap pergerakan yen. Pertumbuhan PDB kuartal kedua Jepang jauh lebih tinggi dari perkiraan awal. Namun, sentimen pasar lebih didominasi oleh faktor politik daripada data ekonomi.

Tekanan pada Federal Reserve AS

Dollar AS sempat pulih setelah pelemahan yen, meskipun sebelumnya turun pada Jumat. Data nonfarm payrolls menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat tajam pada Agustus. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen, mendekati titik tertinggi empat tahun. Hal ini meningkatkan keyakinan investor bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir bulan ini.

Menurut alat CME FedWatch, peluang pemangkasan sebesar itu kini mencapai 8 persen, naik dari nol persen sepekan lalu. Ekonom Barclays memperkirakan bahwa The Fed akan melakukan tiga pemotongan suku bunga 25 basis poin tahun ini, mengingat melambatnya pasar tenaga kerja.

Perkembangan Terkini di Pasar Mata Uang Lain

Pound sterling melemah 0,11 persen ke 1,3492 dolar AS, sementara euro turun 0,11 persen ke 1,1709 dolar AS. Indeks dolar stabil di 97,87 setelah merosot lebih dari 0,5 persen akhir pekan lalu. Dollar Australia menguat tipis 0,05 persen ke 0,6558 dollar AS, sedangkan dollar Selandia Baru turun 0,03 persen ke 0,5891 dollar AS.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyerukan tinjauan ulang terhadap The Fed, termasuk kewenangan menetapkan suku bunga. Pemerintahan Donald Trump sedang berupaya memperketat kendali atas bank sentral tersebut. Trump juga mempertimbangkan tiga calon untuk posisi Ketua The Fed guna menggantikan Jerome Powell, yang selama ini dikritik karena enggan menurunkan suku bunga sesuai harapan Gedung Putih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *