Menelusuri Jejak Sejarah GOR Haji Agus Salim! Kandang Semen Padang yang Dibangun pada 1983

Posted on

Sejarah dan Perkembangan Stadion Haji Agus Salim

Stadion Haji Agus Salim, yang terletak di Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, memiliki sejarah panjang yang tak bisa dipisahkan dari kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Dibangun pada tahun 1983, stadion ini awalnya dirancang sebagai tempat multifungsi yang dapat menampung berbagai acara olahraga maupun kegiatan masyarakat. Nama resmi stadion ini diambil dari Haji Agus Salim, pahlawan nasional sekaligus mantan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.

Pada awal pembangunan, kawasan ini dikenal dengan nama Lapangan Rimbo Kaluang. Pembangunan dimulai sebagai persiapan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-13 yang digelar di Padang. Pada masa awal, hanya ada tribun Barat yang tertutup dan tribun Selatan yang masih terbuka. Meski sederhana, stadion ini menjadi pusat perhatian masyarakat saat itu.

Setelah perhelatan MTQ usai, pembangunan stadion tidak berhenti. Di bawah kepemimpinan Gubernur Sumbar saat itu, Azwar Anas, pembangunan tribun Timur dan Utara dilanjutkan hingga rampung pada tahun 1985. Dengan selesainya pembangunan, nama stadion pun resmi diabadikan sebagai penghormatan kepada Haji Agus Salim.

Sejak saat itu, Stadion Haji Agus Salim tumbuh menjadi markas dua klub besar Sumbar, yaitu PSP Padang dan Semen Padang FC. Berbagai pertandingan nasional sering digelar di sana, menjadikannya sebagai pusat sepak bola Ranah Minang.

Selain menjadi tempat pertandingan, stadion juga menjadi ruang publik bagi masyarakat. Pada akhir pekan, kawasan ini dipenuhi pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai jenis makanan, pakaian, dan kebutuhan rumah tangga. Masyarakat juga kerap menggunakan stadion sebagai tempat berolahraga, seperti jogging, senam, atau sekadar berkumpul bersama keluarga.

Sayangnya, fasilitas stadion ini belakangan menuai sorotan. Ruang ganti pemain sempat viral setelah pesepakbola asing Nick Kuipers mengunggah foto kursi plastik hajatan yang digunakan di dalamnya. Meski sudah beberapa kali direnovasi, termasuk setelah gempa bumi 2009 dan kebakaran pada 2023 lalu, kondisi stadion masih dinilai kurang memadai.

Kini, harapan baru muncul seiring rencana renovasi total Stadion Haji Agus Salim. Anggaran sebesar Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar dari APBN disiapkan untuk membangun kembali stadion bersejarah ini. Rencana renovasi dijadwalkan mulai pada Desember 2025, dengan lelang proyek akan dilaksanakan pada November 2025 setelah seluruh perencanaan teknis selesai.

Renovasi besar ini bertujuan agar stadion dapat memenuhi standar Asian Football Confederation (AFC). Seluruh aspek, mulai dari tribun, struktur bangunan, drainase, hingga kualitas rumput, akan diperbarui secara menyeluruh.

Dukungan langsung datang dari Presiden RI, Prabowo Subianto, yang menilai perbaikan menyeluruh ini sangat mendesak mengingat infrastruktur stadion sudah sangat tua. Meskipun direnovasi, sentuhan budaya Minangkabau tetap menjadi ciri utama wajah baru stadion. Atap gonjong khas Rumah Gadang yang selama ini menjadi ikon di tribun timur akan tetap dipertahankan.

Bagi masyarakat Minang, atap gonjong bukan sekadar arsitektur. Bentuknya yang meruncing seperti tanduk kerbau memiliki makna filosofi dan identitas budaya yang melekat. Dengan renovasi ini, masyarakat Sumbar berharap GOR Haji Agus Salim kembali menjadi kebanggaan nasional.

Tidak hanya sebagai kandang Semen Padang, tapi juga sebagai stadion modern berstandar internasional yang tetap berakar pada kearifan lokal. Jika rencana berjalan sesuai jadwal, wajah baru Stadion Haji Agus Salim akan segera hadir dalam waktu dekat. Sebuah kebangkitan bagi markas tua yang sejak 1983 menjadi saksi sejarah olahraga dan kebersamaan masyarakat Ranah Minang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *