Pengusaha hingga ojol alami kerugian akibat gangguan internet di Merauke

Posted on

Gangguan Jaringan Internet di Merauke Memicu Demonstrasi Ricuh

Gangguan jaringan internet yang sering terjadi di Merauke, Papua Selatan, telah memicu demonstrasi yang berujung ricuh pada hari Kamis (21/08). Warga dan pelaku usaha mengeluhkan kerugian akibat gangguan kabel bawah laut dan jaringan internet. Masalah ini bukan kali pertama, karena sejak 2016, gangguan serupa sering terjadi, dengan kejadian terparah pada tahun 2023 lalu.

Pada awal Agustus 2025, jaringan internet 4G Telkomsel di Kabupaten Merauke kembali mengalami gangguan akibat kerusakan kabel Sistem Komunikasi Kabel Laut-Sulawesi Maluku Papua Cable System (SKKL-SMPCS) di ruas Sorong-Merauke. Gangguan ini menyebabkan penurunan kualitas layanan di wilayah tersebut, termasuk Merauke, Timika, dan Kaimana.

Dampak dari gangguan ini sangat signifikan, terutama bagi warga yang bergantung pada internet untuk berbisnis. Salah satu pengemudi ojek online, Angelbertus Farel, mengatakan bahwa aktivitasnya lumpuh total selama jaringan internet mati. “Selama jaringan internet mati, saya rugi,” ujarnya. Pendapatan ekonominya nihil selama periode ini, sehingga ia harus mencari pekerjaan sampingan seperti bekerja di bengkel motor.

Sisilia Weni, seorang penjual makanan siap saji secara daring, juga merasa rugi akibat gangguan internet. Ia menjual makanan katering melalui Facebook, namun saat jaringan mati, penghasilannya turun drastis. “Kadang hanya Rp500.000 hingga Rp600.000 per hari,” katanya.

Elisabeth Kartini, ibu rumah tangga yang juga pembuat konten, mengeluhkan tidak bisa memperoleh penghasilan dari konten yang biasa dibagikannya di media sosial. “Saat jaringan mati begini, kita tidak bisa apa-apa. Lumayan pendapatannya, ada sedikit pemasukan,” ujarnya.

Protes Berujung Ricuh

Akibat gangguan berkepanjangan, sekitar 1.000 orang dari Aliansi Mahasiswa Masyarakat Kabupaten Merauke melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Telkom Indonesia Daerah Merauke. Massa meneriakkan yel-yel “Bakar Telkom” dan melemparkan batu, kayu, serta botol ke kantor Telkom. Beberapa massa bahkan membakar ban di halaman kantor, tetapi api dapat dipadamkan oleh pihak berwenang.

Situasi semakin memanas ketika terjadi bentrok antara aparat keamanan dan para pedemo. Polisi melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa, dan beberapa pendemo serta aparat mengalami cedera ringan.

Tuntutan dan Komentar Warga

Koordinator aksi, Andika Labobar, menuntut agar Telkom segera memperbaiki jaringan internet, membangun jalur cadangan, serta transparan dalam anggaran. Ia juga menuntut kompensasi kepada pengguna Indihome dan data Telkomsel di Merauke yang terdampak.

Menurut Elizabeth Kartini, aksi unjuk rasa ini penting dilakukan karena gangguan jaringan sudah berulang sejak 2016. “Kita masyarakat tentu rugi. Kalau tidak didemo, Telkom bisa seenaknya,” ujarnya.

Sementara itu, Sisilia Weni berharap dengan adanya desakan masyarakat, Telkom segera melakukan pemulihan jaringan internet. “Masalah jaringan ini juga menghambat komunikasi kami dengan keluarga, sehingga kami harap secepatnya diperbaiki.”

Perbaikan Jaringan Dijadwalkan Rampung September

PT Telkom Indonesia menyatakan sedang berupaya memulihkan gangguan pada SKKL Sulawesi-Maluku-Papua Cable System #2 (SMPCS#2) ruas Sorong-Merauke. EVP Telkom Regional V, Amin Soebagyo, mengatakan gangguan berupa double shunt fault teridentifikasi pada dua titik, yakni di sekitar Sorong dan Merauke, dengan kedalaman bervariasi antara 50 meter hingga 500 meter.

Sebagai langkah awal, Telkom menyiapkan jalur cadangan dengan kapasitas terbatas dan menerapkan pengaturan prioritas layanan (Quality of Service/QoS). Pihaknya juga akan melakukan perbaikan permanen pada pertengahan September 2025, dengan rencana penghapusan degradasi layanan selama satu hingga dua hari.

Perbaikan ini diharapkan rampung di minggu ketiga September 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *